webnovel

EP. 006 - Sendiri

"Walaupun kalian tahu, itu tidak akan merubah keadaan apapun dan aku sudah terlalu lelah untuk bertengkar dengan siapapun. Jadi... sebelum ada razia pelajar, lebih baik kalian berdua pergi dari sini, kembali ke sekolah, atau langsung pulang ke rumah", balas Naira.

"Baiklah, tapi nanti dulu. Ini aku membawa sesuatu untuk lukamu!" kata Devan.

"Lukaku sudah sembuh. Lagian juga ini sudah 2 minggu", jawab Naira

"Tidak apa-apa. Akan tetap aku tempelkan sebagai pengingat bahwa kami ada dipihakmu. Mana tanganmu?" kata Elvano. Devan dan Elvano menempelkan plester pada tangan dan wajah Naira. Mereka juga saling bercerita dan bercanda di pagi itu.

"Kapan mulai kembali masuk ke sekolah?" tanya Devan.

"Sekedar informasi saja. Kami tidak bisa membantumu di sekolah. Kami hanya bisa membantu di sini atau di rumah. Kami juga tidak mau babak belur gara-gara terang-terangan belain kamu. Kami cuma berdua sementara itu masih ada 29 anak lagi yang tidak suka sama kamu. Ada 14 diantaranya cowok sedangkan kami cuma berdua. Tapi tenang saja... jika nanti kamu terluka, nanti kami bantu obati di rumah. Kamu hanya perlu jadi diri sendiri dan seperti biasa", kata Elvano.

Sejak saat itu, Elvano, Devan, dan Naira menjadi teman dekat. Elvano dan Devan juga sering main ke rumah Naira. Naira kembali lagi ke sekolah. Dia masih disering menjadi kambing hitam dan dimaki teman-teman sekelasnya. Walaupun tidak dibela Elvano dan Devan di kelas, walaupun Naira harus berjuang sendiri saat sekolah, hal itu tidak mengusik ketenangannya. Elvano dan Devan benar-benar membantu Naira sepulang sekolah. Dia tetap bisa fokus di kelas, fokus belajar, fokus mendapatkan hasil terbaik, dan dan berhasil bertahan selama 3 tahun hingga studinya selesai.

Flashback, Tahun 1344

Selasa, 14 November tahun 1344, upacara pemakaman Raja Cedric digelar dengan khidmat. Upacara ini dihadiri oleh semua anggota kerajaan dan pejabat Tirtanu. Putra Mahkota Ehren memimpin jalannya upacara. Upacara digelar secara terbuka di alun-alun kota dekat Danau Abbot.

Sebagian masyarakat juga turut hadir dalam upacara pemakaman Raja. Banyak kios pasar yang tutup di hari pemakaman. Raja Cedric bukanlah raja yang sempurna namun dia berhasil memenuhi beberapa janji pada masyarakat yang dia ucapkan saat pidato pelantikan.

Keesokan harinya, kios pasar warga Tirtanu mulai dibuka kembali. Masyarakat mulai beraktivitas seperti biasanya. Sebagai kerajaan maritim terbaik, Tirtanu juga terkenal dengan hasil lautnya. Pemandangan bawah laut Tirtanu juga bagus. Mayoritas warga Tirtanu mencari nafkah dengan mencari ikan di laut. Ada juga masyarakat yang bertani, berkebun, dan berburu tumbuhan herba di Gunung Neji.

Seorang pria bertopi anyaman kerucut sedang berjalan menuju pasar ikan. Dia mendorong gerobak kecil yang berisi karung jaring dan tembikar untuk membawa ikan.

"Ada ikan bagus apa hari ini?" tanya pria tersebut pada seorang juragan kapal ikan.

"Banyak ikan bagus di musim gugur ini. Sekarang saatnya anda menimbun banyak ikan sebelum laut membeku. Ini ada ikan sanma, ikan layur, kepiting, dan ikan gizzard shad", kata juragan kapal.

"Baiklah. Aku beli semuanya. Masing-masing 4 karung. Berarti total ada 16 karung", kata pria bertopi anyaman.

"Bagaimana kondisi istana? Kau kan sering pergi ke sana untuk menjual ikan?" tanya juragan kapal ikan.

"Suasananya hening setelah Raja Cedric meninggal. Namun secara keseluruhan, semuanya baik-baik saja", jawab pria bertopi anyaman.

"Para warga di sini saling berbisik. Dengar-dengar Raja Cedric meninggal karena dibunuh dan pelakunya adalah Putra Mahkota Ehren agar segera naik tahta. Benarkah itu?" tanya juragan.

"Tutup mulutmu! Hati-hati kalau ngomong. Darimana kau dapat berita seperti itu?" kata pria bertopi anyaman.

"Semua orang membicarakannya", kata juragan.

Setelah semua ikan dimasukkan ke dalam karung dan disusun dalam gerobak. Pria bertopi anyaman kerucut segera membayar pada juragan kapal ikan. Pria itu segera menarik gerobaknya dan pergi menuju istana Kerajaan Tirtanu. Perjalanan dari pasar ke istana cukup lama yaitu sekitar 3 jam jika berjalan kaki.

Pintu gerbang istana dijaga oleh 2 orang. Sebenarnya ada 10 penjaga. Tapi yang 8 orang baru akan muncul jika ada situasi darurat. Dua orang penjaga tersebut tiba-tiba menunduk. Ternyata ada pria bertopi anyaman berjarak 20 langkah dari pintu. Pria bertopi anyaman menunjukkan tanda pengenalnya yang terbuat dari ukuran kayu setibanya dipintu.

"Silakan masuk, anda sudah ditunggu!" ucap salah satu penjaga.

Pria bertopi anyaman langsung memasuki istana melalui terowongan bawah tanah yang menuju ke dapur istana. Setelah itu, dia melepaskan topi anyamannya, berganti pakaian, lalu berjalan menuju istana utama. Ternyata, pria bertopi anyaman itu adalah Calvin Pemimpin tim elit dibawah komando Putri Mahkota Alatariel. Tim elit itu bernama Araukaria.

Putri Mahkota Alatariel sudah belajar ilmu bela diri dan perang sejak kecil. Dia juga sering menjalankan misi bersama Ehren sebelum Ehren menjadi putra mahkota. Karena punya skill yang mumpuni, Ehren mengusulkan pada Raja agar Alatariel menjadi komandan tertinggi dari tim elit Araukaria setelah Ehren resmi menjadi putra mahkota.

Calvin segera pergi menemui Putri Mahkota Alatariel di ruang kerjanya. Raja, Ratu, Putra dan Putri Mahkota, serta anggota kementerian bekerja di aula istana utama saat jam kerja pada hari Senin-Jumat. Di istana utama, ada singgasana Raja. Namun sekarang, singgasana itu kosong karena Raja baru saja meninggal dan belum ada yang dilantik menjadi Raja.

"Tuan Putri, di luar sedang ada rumor beredar bahwa Raja Cedric meninggal karena dibunuh oleh Putra Mahkota", kata Calvin.

"Itu tidak mungkin! Ehren adalah orang pertama yang menolong Raja dan Raja juga sempat batuk setelah menerima CPR", jawab Putri Mahkota.

Jenderal Calvin menambahkan, "Jika berita semacam ini sudah menyebar di masyarakat, artinya kementerian sudah membahas masalah ini diam-diam. Sepertinya akan ada hal besar yang muncul setelah ini. Entah apa yang akan dilakukan oleh kementerian".

Di ruang kementerian, para menteri berkumpul untuk membahas penyebab meninggalnya Raja. Beberapa menteri mencurigai Ehren yang merencanakan pembunuhan pada Raja. Mereka mencurigai Ehren karena dia adalah satu-satunya orang yang bersama Raja saat sesak napas Raja kambuh. Putri Mahkota dan Paman Alvaro baru datang setelah Raja sudah tak sadarkan diri.

Paman Alvaro adalah adik kandung Raja Cedric. Dia juga salah satu anggota kementerian. Dia adalah seorang menteri kelautan dan perikanan. Pada saat Raja dan Putra Mahkota Ehren bersama di Istana Amayuni, Paman Alvaro dan Putri Mahkota Alatariel sedang membahas persiapan ulang tahun perusahaan kapal milik Kerajaan Tirtanu.

Setelah pemakaman Raja Cedric, kegiatan pemerintahan juga mulai berjalan normal. Walaupun belum dilantik menjadi Raja berikutnya, Ehren mulai mempelajari beberapa laporan yang masuk di meja kerja ayahnya. Ada laporan tentang hasil panen, kelangkaan air bersih, pelabuhan yang tutup karena laut beku, hingga proyek kerjasama dengan kerajaan tetangga seperti Kepanu dan Andalanu.

"Tok... tok... tok...", seseorang mengetuk pintu ruang kerja Putra Mahkota Ehren.

"Kementerian meminta anda untuk datang ke aula Ednura", kata seorang staf kerajaan.

"Bilang ke mereka, jika ada yang ingin dikatakan, langsung datang ke ruangan ini", jawab Ehren.

"Ini terkait dengan hasil pemeriksaan pada jasad Raja. Bukan hanya para menteri tapi juga beberapa anggota kerajaan yang sedang berkumpul di sana", jawab seorang staf kerajaan.

"Baiklah", ucap Ehren.

Putra Mahkota Ehren segera menuju ke aula Ednura dengan sedikit kesal. Instingnya mengatakan ada yang aneh hari ini. Sesampainya di sana, semua anggota kerajaan dan para menteri sudah berkumpul. Di sana juga ada beberapa prajurit yang berjaga. Seorang menteri meminta Ehren untuk menceritakan kronologi peristiwa meninggalnya Raja Cedric. Ehren menjelaskan semuanya.

"Di dalam hidung Yang Mulia, ada sisa noda gas beracun. Apakah anda yakin bahwa yang anda katakan benar?", kata seseorang menteri.

"Jadi, anda semua mencurigaiku?", kata Ehren.

"Tidak mungkin jika tiba-tiba ada gas beracun yang menyangkut di dalam hidung jika tidak ada yang memasukkannya. Namun sayangnya, hanya ada anda di kamar Yang Mulia saat ini", ucap seseorang petugas.

"Saya tidak membunuh Yang Mulia. Raja sesak napas dan saya membantunya dengan memasangkan botol oksigen di hidungnya", jawab Ehren dengan yakin.

"Apa buktinya jika bukan anda yang membunuh Yang Mulia Raja?" tanya Paman Alvaro.

"Putra Mahkota Ehren, anda kami tahan atas dugaan pembunuhan Raja Cedric. Proses persidangan akan dimulai 3 hari lagi", ucap Perdana Menteri.

Pelajaran apa yang kamu dapatkan dari episode ini?

Expertarinacreators' thoughts