vote ceritanya
...Pahlawan tanpa tanda jasa
Hari ini berlalu seperti hari-hari biasanya, tidak ada yang spesial bagi Arif. Ia menjalankan rutinitasnya seperti biasa, dengan penuh kesungguhan dengan mengharap ridho dan pahala dari Allah. Ia paham betul, bahwa di hari akhir nanti tidak selangkahpun kaki manusia bergeser dari padang mahsyar kecuali setelah ditanyai tentang 4 hal. Usianya yang ia habiskan untuk apa, masa mudanya yang ia habiskan dimana, hartanya yang ia dapat darimana serta kemana ia belanjakan dan yang terakhir ilmunya yang ia gunakan untuk apa.
Arif sadar, betapa besar karunia dari Allah subhanahu wataala padanya, Allah telah memberikan ia kesempatan untuk menimba ilmu langsung dari sumbernya, tanpa bersusah payah sedikitpun. Berkat kasih sayang Allah jugalah, sampai sekarang ilmu tersebut masih rapih dan bersih terjaga Dalam ingatannya, hal itu tentu tidak didapat dengan mudah. Arif mesti berusaha keras agar ilmu-ilmu itu tetap terjaga, salah satu caranya ialah dengan cara mengajarkan kembali. Dengan engajarkan ilmu tersebut, ia mendapat dua sekaligus, yang pertama tentu saja pahala dari Allah karena dilakukan dengan hati yang ikhlas dan yang kedua ia bisa terus mengulang pelajaran-pelajaran yang dul;u pernah ia pelajari sehingga ingatan tentang ilmu-ilmu tersebuta akan terus utuh dalam hati dan pikirannya.
Sore itu Arif pulang terlambat, ada sedikit pekerjaan yang masih harus ia kerjakan di sekolah. Selepas sholat maghrib barulah ia beranjak dari sana, para santri dan santriwati juga sudah hening sibuk dengan kegiatan masing-masing didalam asramanya. Setelah berpamitan dengan beberapa teman ssejawatnya Arif kemudian memacu motor meninggalkan areal pesantren. Sekitar 10 menit berjalan, arif seperti menemukan sesuatu.
Semakin dekat, semakin jelas. Ada tiga orang lelaki yang sedang menggerubungi seorang anak perempuan. Anak itu terlihat ketakutan, tasnya direbut dan tangannya ditarik paksa ikut naik keatas motor lelaki. Secepat kilat Arif berhenti, menendang salah satu motor hingga terjungkal, ketiga remaja itu terlihat kaget dengan kedatangan Arif dari belakang, suasana pun mendukung, gang yang sepi dan lampu jalan yang semuanya mati.
Sang gadis melihat seorang yang menolongnya, dengan sekuat tenaga ia melepaskan kedua tangannya yang dipegang paksa oleh salah seorang lelaki. Setelah lepas, ia berlari ke arah Arif, ia memanggil nama Arif "Ustad Ariff". Arif terkejut kaget, ia sedang sibuk berkelahi dengan kedua anak yang motornya sudah terjungkal ia terjang, Arif melihat kearah gadis itu, antara ingat dan tidak. Sepertinya anak ini salah satu santri di pondok putri pikir Arif. Seketika tinjuan salah seorang remaja mendarat dimata kiri Arif, pandangannya sempat kabur. Ia tak bisa melihat dengan jelas, arif terjatuh.
Anak perempuan itu berteriak kencang-kencang. Meminta tolong kepada siapa saja yang mendengar. Teriakannya rupanya memancing kerumunan orang-orang yang tadinya berada didalam rumah sedang makan malam. Dua orang bapak-bapak tampak berlari mendekati Arif yang sudah tersungkur, tanpa sandal, maupun baju hanya kaus oblong dan masih mengenakan sarung. Melihat orang-orang sudah mulai berkumpul 3 orang remaja berpakaian urakan itu langsung mengendarai motornya. Memacunya menjauh dan menghilang.
Beberapa warga yang berdatangan membetulkan tubuh Arif, mereka mendudukannya ke pinggir jalan. Seorang ibu datang dan membawa sebotol air mineral untuk Arif minum. Tapi, belum sempat Arif minum ia sudah pingsan. Warga menolong mereka berdua, santriwati yang belakangan diketahui bernama Rahma itu kemudian memberitahukan warga bahwa ia hampir saja diculik dan mungkin akan diperkosa, kalau bukan karena pertolongan Ustad Arif. Ia juga memberitahukan warga bahwa mereka berdua adalah murid dan Ustad di pesantren al Kahfi.
Ketua RT yang kebetulan juga berada disana, kemudian membawa mereka berdua kembali ke pesantren, seorang warga lain membawa motor Arif juga ke Pesantren. Sesampai di Pesantren, mereka berdua masuk keruang kesehatan yang terpisah. Arif masih belum juga sadar. Diruang kesehatan khusus perempuan, seorang Ustadzah bernama Anna memeriksa keadaan Rahma. Setelah dipastika tidak terjadi suatu hal apapun pada gadis berwajah khas Minangkabau itu, Ustadzah Anna mulai menanyainya perihal apa sebenarnya yang terjadi. Rahma mulai bercerita.
Ia berkata bahwa sore tadi, ia berpamitan kepada penjaga pesantren untuk keluar karena ingin memoto copi salah satu kitab Bulughul maram diluar, karena koperasi santri sudah tutup, sebenarnya itu slah dia juga karena tidak melakukannya sejak kemarin. Lalu pas diluar dia berjalan sekian lama, tetapi tidak juga menemukan tempta poto cop[y. setelah berjalan kaki agak jauh, barulah ia menemukan tempat poto copian itu, tapi saat pulang Rahma tersesat, ia tidak tau jalan lagi. Sampai pada gang yang sempit dan sepi. Karena hari maghrib ia jadi susah untuk meminta bantuan.
Saat lagi kebingungan, Rahma melihat 3 orang sedang duduk-duduk diatas motor, Rahma pikir itu adalah tukang ojek. Ia memberanikan diri bertanya dan meminta antar kembali ke pesantren. Mereka mau. Saat mengantar Rahma, dua orang temannya itu menyusul mereka, disitu dia mulai curiga jangan-jangan ada sesuatu. Mereka juga berbicara bahasa Sunda yang artinya mereka akan merampok Rahma juga mau bawa dia ke kosan Mihar. Rahma yang sedikit-sedikit mengerti bahasa sunda kemudian meminta berhenti dengan logat bahasa Minang, dengan alasan dompetnya terjatuh berusan.
Motor berhenti, Rahma turun, lalu ia lari sekuat tenaga. Seorang dari mereka kemudian mengejar Rahma, sehingga ia tertangkap dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tas nya ditarik-tarik sehingga dengan sekelebat tas itu sudah berpindah tangan ke mereka. Rahma berteriak, tetapi diancam, jika melawan maka dia akan dibunuh dan diperkosa. Mereka menggunakan bahasa sunda. Saat ia putus asa, Ustad Arif menyelamatkannya. Mereka berkelahi sehingga salah satu dari mereka meninju mata kiri Ustad arif sampai ia pingsan dan belum sadarkan diri.
Ustadzah Anna yang mendengarkan cerita itu kemudian memeluk rahma, ia meminta Anna untuk beristirahat dulu diruang kesehatan sementara ia meninggalkan rahma disana untuk menceritakan cerita Anna kepada kepala sekolah. Didepan ruang kesehatan, beberapa santriwati, teman akrab Rahma sudah menunggu, Ustadzah Anna meminta mereka semua untuk masuk dan menemani Rahma tetapi tidak boleh ada seorang pun yang bertanya apa yang terjadi.
Ustadzah Anna masuk keruang kepala sekolah, ia menceritakan apa yang Rahma ceritakan kepada kepala sekolah dan beberapa guru lain yang ada diruangan tersebut. Dengan sigap, kepala sekolah mengambil keputusan untuk merahasiakan hal ini dari semua santri demi menjaga marwah Rahma, ia juga meminta Ustadzah Anna untuk menghubungi kedua orang tua Rahma yang ada di Pariaman dan menceritakan semuanya kemudian meminta agar orang tuanya jangan panik, Rahma baik-baik saja. Kepala sekolah yang memiliki janggut menyatu dari rambut itu kemudian juga meminta agar para Ustad membantu menyadarkan Ustad Arif, jika keadaan dilihat memburuk maka keputusannya Ustad Arif harus dibawa ke rumah sakit.
^^^
Kumandang adzan Isya berseru, dari satu masjid ke masjid yang lain hampir bersamaan. Arif yang saat itu pingsan terbangun karena mendengar suara adzan, ia langsung duduk dan ingin berdiri meninggalkan kasur menuju masjid. Tapi, tiba-tiba kepalanya berputar sehingaa membuat tubuhnya hampir terjatuh ke lantai. Proses hampir jatuh tadi, membuat tangan kanannya menyenggol peralatan kecil P3K yang ada di meja samping ranjang dan membuatnya terjatuh. Suara gaduh itu, membuat temannya sesama pengajar disana yang sedang diluar mendengar.
Ilham, berlari kedalam mendapati Arif sedang tertatih bangkit. Ia membantunya untuk naik lagi keatas ranjang. Arif meminta untuk segera dibawa ke Masjid, namun karena menurut Ilham kondisinya yang belum pulih, maka ia meminta Arif untuk beristirahat sejenak sambil meminum obat asam mefenamat, penghilang rasa nyeri.
Ilham pamit, ia ingin sholat berjamaah di masjid. Arif sendirian berbaring di ranjang, kepalanya masih berputar. Ia mulai ingat kejadian yang menjadi penyebab ia seperti ini, tinjuan seorang remaja usia tanggung yang tepat mengenai mata kirinya. Ia masih merasakan panas dan nyeri hebat di kepala sebelah kiri. Ia memutuskan untuk beristirahat sampai obat yang tadi ia minum bekerja dan ia sudah tidak terlalu kesakitan lagi.
Selepas sholat ilham masuk keruang kesehatan, ia duduk tepat disamping Arif. Ia menceritakan semuanya kepada Arif, tentang apa yang akan terjadi pada Rahma jika bukan karena Allah yang menghindarkannya dari bencana dengan mengirim Arif disana tepat waktu. Arif mengucap Syukur, berulang-ulang dengan suara yang bisa didengar Ilham 'Alhamdulillah'.
^^^
......
Balon pleasee
Review Review
Support IG penulis di @ririn.p.abdullah
bantu follow ya
yg mau ikut charity boleh DM
"Sedekah tidak akan membuatmu miskin"