webnovel

Lembah Jie

===========

Malam datang.

FeiEr duduk merapihkan selimut HongEr saat tabib Chang selesai memeriksanya.

TangYuan mendekati tabib tua itu.

"Tabib bagaimana dengan HongEr?"

Tabib itu menaruh kepalan tangannya di depan dada dan menundukkan kepalanya menghormat sebelum menjawab.

"Lapor yang mulia, tuan muda HongEr sudah lolos dari bahaya, hanya napasnya belum stabil, untuk berapa hari lebih baik berbaring di atas ranjang untuk memulihkan kondisinya, hamba ada menuliskan resep obat untuk memperkuat paru-parunya, obatnya harus diminum..."

FeiEr menatap wajah HongEr yang masih tak sadarkan diri lama, wajah putih dan halus itu, kulit yang mulus tanpa noda, bibirnya yang sangat menarik, FeiEr tak bisa memungkiri kalau ia sangat menikmati bibir lembut HongEr tadi, walau begitu, jantungnya benar akan meloncat keluar karena sangat takut pemuda itu mungkin tidak akan sadar, hingga ia membuka matanya tadi saat FeiEr memberinya napas buatan, sepasang mata yang indah dan teduh yang menatapnya lembut sesaat sebelum ia kembali tak sadarkan diri.

FeiEr mengenggam jemari lembut HongEr, tangan yang dulu kecil kini menjelma menjadi seorang pemuda yang sangat mempesona, HongEr tidak bisa ilmu tenaga dalam atau beladiri, kalau bisa ia mungkin ia tidak akan terlalu mencemaskannya, entah kenapa setiap Ayahanda hendak mengajarinya tubuh HongEr seakan menolak, ia selalu jatuh sakit.

TangYuan mendekati FeiEr, tabib dan lainnya sudah keluar kamar.

"Fei biar bunda yang menjaga HongEr malam ini yah.."

FeiEr menoleh cepat, melihat Ibundanya dengan tatapan tajam.

"Ibunda lakukan apalagi? Bunda tahu khan tubuh HongEr tidak sekuat yang lain"

TangYuan melambaikan tangannya menampis cepat.

"Tidak kok bunda tidak lakukan apa-apa? Kenapa kau mencurigai Ibunda?"

FeiEr menaruh tangan HongEr ke dalam selimut.

"Fei sudah dengar dari San Tu kalau bunda sedang mencoba pakaian baru pada HongEr dan saat menggantinya satu lembar pakaian jatuh ke dalam kolam, karena HongEr merasa bersalah jadi ia berusaha mengambilnya hingga tanpa sengaja jatuh, Ibunda kenapa selalu memberikan HongEr semua pakaian gadis itu ? HongEr itu anak laki-laki kenapa harus selalu mengenakan pakaian anak gadis? Apa kata orang nanti?"

Wajah TangYuan merengut, suara keras FeiEr membuat ia takut.

"Tapi HongEr begitu cantik, Ibunda benar-benar tak bisa mengalihkan pikiran bunda, FeiEr kau tahu Ibunda sangat sayang pada HongEr, ia putri yang Ibunda tidak bisa miliki, ia seperti Mei er waktu ia bayi dulu"

FeiEr menarik napas panjang, ini lagi, senjata Ibundanya, almarhum adik bayinya.

"Heh mulai lagi de, tidak mungkin sama Bunda, adik meninggal waktu bayi memangnya bunda tahu wajahnya seperti apa?"

TangYuan memasang wajah sedihnya, kerap membersihkan ujung matanya dengan sapu tangannya.

"Ems tapi kalau Mei er sudah besar, ia pasti secantik HongEr, ems"

FeiEr kehabisan kata, ia tidak bisa melawan Ibundanya, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Heh FeiEr akan bilang pada Ayahanda saat beliau kembali nanti"

Mendengar kata itu TangYuan menegakkan kepalanya cepat.

"Jangan Fei, nanti Ayahanda mu akan menyalahkan bunda, bunda janji tidak akan melakukannya lagi yah, ayo yah FeiEr yang manis"

Pagi datang.

Matahari bersinar dengan hangat, angin musim dingin perlahan berhembus menjauh meninggalkan lembah JieTai yang sangat indah.

Pohon tumbuh tinggi dengan daun yang lebat menari dengan lincah, bunga berwarna-warni di Padang rumput hijau hingga menarik banyak kupu-kupu beraneka bentuk keindahan yang mampir dan enggan menjauh.

Suara desakan batang bambu kuning yang tumbuh menjulang di depan bungalow Merak seakan memberikan suara seperti musik yang enak di dengar..

FeiEr membawa nampan bubur dan semangkuk obat mendekati ranjang HongEr, tepat saat HongEr membuka matanya.

"Kau sudah bangun" senyum FeiEr membantu HongEr yang berusaha duduk.

HongEr tersenyum, senyum yang sangat indah dari bibirnya yang merah, FeiEr menyukai senyum itu, setiap kali ia merasa resah senyum indah pemuda berusia enam belas tahun itu selalu membuat ia tenang, dan ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya, bahkan saat itu, walau tumbuh sejak kecil bersama HongEr ia tetap sulit melepaskan pikiran HongEr begitu menarik di matanya, sampai kapanpun.

Ia menundukkan kepalanya menghindari tatapan mata HongEr dan meniup hawa panas bubur di tangannya kini.

"Ini makan dulu, setelah ini minum obat yah, lain kali kau tidak boleh ceroboh HongEr, kau tahu kau tidak bisa berenang dan masih memaksakan diri hingga jatuh ke dalam air, dan DaHuang juga, di mana dia? Bukannya menjagamu malah wara-wiri ke sana ke sini, awas saja kalau dia sampai muncul"

Tepat di depan pintu kamar,

Seorang pemuda bertubuh tinggi besar, otot tangan yang terlihat dari pakaiannya, wajah yang tampan tapi agak sangar, ia DaHuang, yang sesekali menoleh ke arah pintu, tuan mudanya pasti akan memotongnya menjadi dua karena ia tidak berada di sisi HongEr saat ia jatuh ke dalam kolam, ia bisa membunuhnya, ini gawat sekali, walau ia jago ilmu bela diri tiada tanding tapi menuruti tuan mudanya sangat penting seperti melindungi nyawanya sendiri, tumbuh bersama dua tuan mudanya membuat ikatan itu sangat kuat, ia tampan dan gagah, wanita mana yang tidak suka padanya, tapi ia selalu gugup jika didekati wanita cantik, bahkan jika ia berada dekat dengan HongEr, jantungnya berdegup kencang kala ia hanya ditinggal sendiri dengan tuan muda keduanya itu, ia bisa pingsan!

Kembali ke kamar.

HongEr tersenyum melihat dahi FeiEr yang berkerut marah, diangkat tangannya meluruskan kerut di antara mata FeiEr,

"Kakak jangan kerutkan dahimu kau bisa cepat tua" bahkan suara HongEr begitu lembut dan enak didengar.

Hal yang seketika membuat FeiEr menghentikan gerakan tangannya, sekilas bau tubuh HongEr terbang bersama angin hingga tercium olehnya, bau yang sangat ia sukai.

FeiEr gagap, ia hampir lupa kalau ia memegang sendok bubur yang sudah mulai hangat, hingga HongEr menyentuh tangannya.

"Kak Fei"

"Eh Iyah, e ini, makan dulu, hari ini kau tidak boleh turun dari ranjang dulu, kau masih demam dan tabib bilang kau butuh banyak istirahat" ujar FeiEr sambil menyodorkan sendok ke depan mulut HongEr.

Sambil mengunyah HongEr menatap FeiEr.

"Tapi kak, Ibunda bilang harus segera menyelesaikan desain pakaiannya, berapa lama lagi akan ada jamuan makan untuk ulang tahun klan dan.."

"Apa hubungannya denganmu? Ibunda itu aneh, kau khan anak laki-laki kenapa setiap tahun mesti mengenakan pakaian gadis, setiap tahun Ibunda akan selalu mengenalkanmu sebagai salah satu pelayannya, benar-benar aneh, bagaimana kalau ada yang tiba-tiba datang dan melamarmu karena menyukaimu lalu.."

HongEr menahan tawa, ia hampir tersedak melihat ekpresi wajah FeiEr saat mengatakan semua itu, terlebih dengan tatapan tajam FeiEr yang galak, FeiEr menghentikan ucapannya,

"Eh, apa, ada yang salah dalam ucapanku yah?"

HongEr melambaikan tangannya.

"He tidak kak, emm kakak terlalu berlebihan, mana mungkin ada yang seperti itu, banyak anak gadis dalam perayaan itu kak tidak mungkin orang hanya melihatku saja, hanya orang-orang klan yang tahu, kakak tenang saja tidak akan ada yang memperhatikan, hehe"

FeiEr mengerutkan bibirnya, ia menganggap itu masalah besar, tapi HongEr ternyata menanggapinya dengan sangat biasa saja, ia tidak keberatan sama sekali, sudah sejak HongEr menginjak usia tiga belas tahun Ibunda akan mendadani HongEr dengan pakaian anak gadis di perayaan tahunan, dan ini sudah tahun yang ke tiga.

HongEr tumbuh dengan wajah semakin menarik, ia manis, juga tampan, cantik, semua wajah yang menarik bagaimanapun orang melihatnya, ia mengerti kenapa Ibunda begitu terobsesi pada HongEr, ia lembut, bisa manja, menggemaskan sekali waktu, mulut yang manis, bisa mengambil hati siapa saja dengan cepat, ia tidak akan aneh.

"Krekk!"

Pintu dibuka dari dalam.

DaHuang menegakkan tubuhnya melihat FeiEr muncul dari dalam kamar.

"Tuan muda"

FeiEr berdiri di depan DaHuang, ia menahan emosi, ingat apa pesan HongEr sebelum ia keluar tadi, adiknya itu benar-benar mengenal dirinya, ia sangat tahu keinginannya untuk menghukum DaHuang hingga ia mencegahnya terlebih dahulu.

"Setelah ini, kalau kau jauh dari HongEr dan ia celaka, aku, akan mengusirmu dari sini"

Sepatah kata saja, setelah itu FeiEr beranjak keluar bungalow, DaHuang yang merasa sangat bersalah tak berani melihat wajah tuan mudanya, ia hanya menunduk hormat mengantar tuan mudanya ke depan pintu.

"Baik tuan muda, terima kasih tuan muda tidak menghukum hamba"

============

Chapitre suivant