Gue sudah tiba di New York dan menuju apartemen milik sahabat gue Amelia. Gue memang sudah menghubungi dia sejak tiga minggu lalu.
"Ya udah lo kesini aja, gue sedang berada di California ! lo tahukan James baru aja diwisuda ?" ujar Amelia.
"Oh selamat ya, terima kasih atas pertolongan lo ya ?" jawab gue.
"Iya, lo santai aja! oh ya selamat ya atas terpilihnya lo di New York Fashion week, jangan khawatir gue akan datang kok !" ucap Amelia.
Dan begitulah, kini gue berada di New York dan tadi ada mobil jemputan, karena tas koper gue banyak, maklum semua berisi baju-baju yang gue persiapkan untuk acara besar ini. Dan kini gue berada di apartemen milik Amelia. Gue tertegun apartemennya bisa di sebut penthouse. Berada di lantai 20 sehingga pemandangan kota New York bisa dilihat dan lagi pula ke tempat acara tidak begitu jauh.
"Bu Amelia itu hebat ya ?" ucap Lidya, gue mengangguk, ini memang salah satu dari apartemen miliknya.
"Apa dia sudah menikah ?" tanya asisten gue sambil menunjukan sebuah foto terlihat Amelia dengan seorang pria tampan dan gagah. Gue mengangguk. Sejak di Bandara Singapura waktu lalu, gue tak percaya kalau Amelia sudah mempunyai pasangan, tapi gue senang akhirnya ia mendapatkan apa yang diinginkan sejak terakhir ia jatuh cinta kepada Julian dan hidup bersama. Setelah itu dia tidak pernah dekat dengan pria manapun.
Gue tersenyum, Amelia dan gue berasal dari keluarga yang sama dan mendapat kenyataan yang pahit tentang broken home, yang membedakan kami kedua orang tua Amelia masih berhubungan erat, sedang gue hancur sama sekali bahkan nyokap meninggal. Kita pun disebut gadis liar dan bebas waktu kuliah.
"Kita istirahat dulu Lidya, gue capek! perjalanan panjang dari Jakarta ke sini membuat badan pegal! untunglah acaranya masih ada dua hari lagi! tapi besok kita akan bertemu dengan para model dan harus mencocokan baju dengan tubuh mereka !" ujar gue, Lidya mengangguk karena dia pun sama, tadi sempat gue memberi pesan kepada Amelia kalau gue sudah sampai juga.
Di apartemen Amelia sudah tersaji hidangan, dan kebetulan memang lapar dan makan pagi kini saatnya istirahat. Gue pun juga sudah menghubungi Daniel, gue sudah tiba di New York. Entah berapa lama gue tertidur, gue terbangun dan ternyata sudah sore, Tadi gue sempat bermimpi Aneh bertemu dengan Mario tapi dengan wajah yang berbeda ? gue sempat termenung, Ah itu hanya mimpi saja !
Gue bangun dan menuju kamar mandi yang cukup besar dan juga lengkap dengan bathtube, rasanya gue ingin merendam tubuh gue sejenak. Setelah mandi, gue keluar kamar dan Lidya juga sudah bangun, kami makan malam setelah itu membuka koper baju dan memeriksa pakaian, untunglah semua baik-baik saja termasuk kebaya pengantin. Semua di gantung dahulu, agar besok tidak kusut.
---------------
Keesokan harinya gue dan Lidya melakukan registrasi ke pengarah acara, dan memberikan nomor untuk nanti peragaan busana, ternyata bagian gue malam hari pukul 7 malam tapi diberi waktu 3 jam untuk mempersiapkan diri, karena acara sangat padat, setelah itu pergi ke angensi model yang ditunjuk panitia.
Harus gue akui model mereka lansing dan tinggi, tapi itu tak perduli gue ingin baju gue cocok dengan selera pasar disini. Makanya gue membawa beberapa baju contoh yang harus mereka peragakan, tidak semua tapi secara acak. Gue dan Lidya melihat dari fotonya. Akhirnya selesai, besok gladi kotor kemudian gladi bersih. Tata panggung sudah gue berikan sebulan sebelumnya, biasa saja tidak ribet tapi berkelas.
Akhirnya semua selesai, gue kembali ke apartemen untuk memeriksa pakaian yang akan di peragakan nanti karena tadi sempat melihat rata-rata tinggi seorang model bule, engga semua tapi ada juga dari asia dan afrika, syukurlah setelah di cek ternyata sesuai, ini berkah dari pengalaman di Paris Fashion Week mirip tapi tidak sama,
Gue dan Lidya melihat pakaian yang akan dikenakan, dan diskusi mengenai mike up, aksesoris yang sesuai dengan foto yang di pilih tadi, semua harus cocok dengan para model. Keesokan harinya gue dan Lidya menuju tempat peragaan dan sudah ada 14 model masing-masing membawakan 2 baju peragaan dan satu baju pengantin.
Gue melihat tempat peragaannya dan cukup puas, tidak usah ribet karena baru pertama kali, bila sudah sering mungkin akan berbeda sesuai tema dan musim. Sebenarnya gue suka pakaian kasual, simple tapi kekinian. Gue tak menyangka bisa menjadi seorang desainer, gue dan Amelia sempat kursus Fashion di Paris ketika liburan panjang musim panas keliling Eropa waktu kuliah, Amelia memuji gambar dan bakat gue. Pada akhirnya gue setiap liburan selalu ke Paris tapi hanya sebatas kursus saja bukan sekolah. Dan rasanya tak percaya gue berhasil juara satu ketika kelas berakhir bersaing dengan yang bersekolah disitu.
Setelah kejadian itu membuat gue percaya diri untuk membuka butik senditi, berdasar relasi sosial gue, baju buatan gue di sukai dan sesuai dengan mereka. Sedikit demi sedikit butik gue mulai merambah beberapa kota dengan harga berbeda dan terjangkau. Dan akhirnya sampai disini, kalau kalian pikir semua mulus karena gue anak orang kaya, itu salah besar ada saja halangan dan rintangannya yang gue hadapi.
-------------------
Akhirnya acara pun digelar, gue benar-benar stess karena tekanan waktu yang sempit. Walau ada gladi kotor dan bersih tetap saja, apa lagi peragaan ini dihadiri para tamu yang bukan sembarangan, Lidya begitu menuruti perntah gue ini itu.
"Mariana !" teriak seseorang dan itu Amelia yang masuk ke belakang panggung.
"Sorry sayang, gue baru datang sekarang !" ucapnya dengan meminta maaf.
"Sudah tidak apa-apa, gue senang lo datang! oh iya sama siapa saja ?" tanya gue.
"Ortu gue, dan beberapa temen !" jawab Amelia.
"Suami lo ?" Tanya gue. Amelia terkejut.
"Ayolah sayang, gue tahu dari foto dan sempat melihat lo waktu di Singapura! gue senang akhirnya lo punya seseorang !" ujar gue sambil memeluknya.
"Eh iya, terima kasih !" jawabnya gugup.
Sampai ada pengumuman bahwa acara akan dimulai, Amelia pamitan dan gue mengangguk. Dan acara pun dimulai, dada gue berdebar-debar.
Satu persatu para model mulai muncul di panggung, para penonton semua memperhatikan pakaian yang dipakai para model dengan serius, gue melihat Amelia dan suaminya yang baru berwajah tampan mereka serasi dan romantis, entah kenapa gue merasa sedih dan sedikit iri, kalau saja Mario ada disini sekarang bersama gue pasti sesuatu yang sangat berarti buat gue, tanpa sadar air mata gue meleleh dengan cepat gue hapus. Dan akhirnya gaun pengantin keluar di iringi tepuk tangan membahana dan satu persatu para model keluar diakhiri gue dan berjalan di panggung melambai tangan dan membungkuk, Amelia naik ke panggung dan memberikan buket bunga mawar untuk gue dan membalasnya dengan memberikan kiss jarak jauh.
Bersambung ....