webnovel

Cinta Sabrina

20+ Sabrina Anastasya Bramantio, gadis cantik berusia 23 tahun itu terpaksa harus menelan pil pahit secara bersamaan dalam hidupnya. Dia tidak pernah menyangka hidupnya akan hancur bagaikan pecahan kaca. Kehancurannya berawal dari kekasihnyanya Reyno Prasetiyo yang selama 3 tahun bersama, akhirnya malah menikahi adik tirinya, Cantika Zaipahusna. Hingga suatu hari, Reyno mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa. Sialnya, Cantika menuduh Sabrina yang mencelakai Reyno, karena semua bukti-bukti mengarah padanya. Peristiwa itu terjadi begitu saja dan berhasil membawa Sabrina ke penjara atas dakwaan kelalaian. Siapa sangka, saat ia memulai kehidupan baru dengan menjadi asisten rumah tangga, di tempatnya bekerja dia menemukan sosok Azka Purnama Assegaf, putra dari majikannya. Wajah tampan dan sikap bijaksana yang dimiliki Azka, nyatanya berhasil menarik perhatian Sabrina. Pun sebaliknya. Azka juga perlahan mulai terkesan dengan sikap lugu Sabrina. Seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka saling dekat dan mempunyai perasaan yang sama. Akan tetapi, hati Sabrina kembali dipatahkan, saat mengetahui bahwa Azka hendak dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya. Sakit. Hatinya bak hancur berkeping-keping. Untuk yang kesekian kalinya Sabrina terjerembap ke dalam lubang lara. Bagaimana kelanjutan kisah Sabrina dan Azka? Akankah pada akhirnya perjodohan itu berjalan dengan mulus, hingga mereka bisa bersatu? Mampukah Sabrina membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?

Miss_Pupu · Urbain
Pas assez d’évaluations
292 Chs

Bab 209-Salah tingkah

Saat beberapa langkah samudra meninggalkan meja makan, tiba-tiba langkahnya terhenti dan ia mambalikan tubuhnya kembali ke arah Nazwa.

"Tidur saja di kamar tamu! Suruh Siti menyiapkan kamar tamunya untuk kamu," titah Samudra tanpa mengukir senyuman. Raut wajahnya masih sama dengan sebelumnya. Kecut dan tak ada ramah-ramahnya. Tapi, di balik juteknya Samudra rupaya masih saja memperhatikan tempat tidur untuk Nazwa.

"Saya akan tidur di kamar, Siti." Nazwa mengelak.

"Saya bilang di kamar tamu! Jangan berani membantah!" tegas Samudra penuh penekanan.

Nazwa tampak terbelalak sambil menelan salivanya. Ia menganggukan kepala sebagai tanda mengiyakan perintah dari Samudra.

Setelah menegaskan ucapannya, Samudra kemudian melanjutkan langkah. Ia harus kembali ke kamarnya karena ada beberapa hal yang harus ia kerjakan sebelum istirahat dan tidur.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com