webnovel

CEO MENGEJAR CINTA

Oktavia Prayuda terpaksa harus menerima perjodohan dan pernikahan dengan seorang CEO muda bernama Elang Sastra Pratama sebagai pelunas utang dan  kerja sama perusahaan papanya. Oktavia Prayuda berumur 19 tahun. Seorang gadis cantik alami,  periang,  pintar, murah senyum dan menurut kepada orang tuanya.  Elang Sastra Pratama seorang CEO pemilik perusahaan Pratama. Corp berusia 30 tahun. Pria yang diincar setiap wanita di dunia. Suka menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya Akankah pernikahan Oktavia dan Elang bahagia nantinya? 

kirei_ardilla · Urbain
Pas assez d’évaluations
483 Chs

Bab. 39 Kejutan 2

Barang-barang yang dibeli tadi minta dibawakan ke mobil oleh Elang. Hanya satu paper bag yang dibawa oleh Elang sendiri. Elang membawa Via ke tempat lainnya lagi.

Setelah tiba di sebuah toko yang menjual beragam jenis alat sex dari mulai boneka sex yang beraneka ukuran hingga alat sex yang berbentuk penis dengan beraneka ragam dan ukuran.

Via yang baru pertama kali masuk ke toko seperti ini merasa aneh dan risih. Via bersembunyi di belakang tubuh Elang. Elang menuju ruangan manager untuk mengambil barang yang tadi dia pesan saat masih di dalam butik yang menjual berbagai jenis lingerie serta pakaian dalam sebelum kesini.

Elang dan Via keluar dari toko itu, Via yang masih menundukkan wajahnya karena malu dan mukanya yang sudah berubah seperti tomat matang. Elang terus melangkahkan kakinya membawa Via ke gerai ponsel.

"Sayang kamu pilihkan ponsel yang sesuai dengan gayamu untuk aku" ucalp Elang berbisik ditelinga Via.

Via yang disuguhkan dengan pemandangan berbagai macam type dan merek ponsel langsung binggung.

"Kakak ingin ponsel seperti apa memangnya? Ponsel kakak rusak atau kenapa?" tanya Via ke Elang.

"Sekarang kakak tanya sama kamu. Kamu kalau cari ponsel yang terpenting apa?" tanya Elang ke Via karena Elang yang bingung tak seperti wanita-wanita yang biasa mengelilinginya

"Via, yang penting masih bisa dipakai dengan bagus untuk mengirim pesan instan baik itu video, gambar, teks, suara atau melakukan panggilan melalui video call dan kalau bisa RAM nya besar kalau untuk harga itu kesekian.Jika ada yamg bagus harga murah Via akan ambil walaupun tidak terkenal mereknya" jawab Via.

"Aku sungguh beruntung mendapatkan kamu, Via. Kamu sungguh berbeda dengan wanita-wanita yang selalu mengelilingi aku. Tanpa aku suruh dan perintahkan mereka akan langsung meminta dan melakukan berbagai cara agar keinginannya terkabul. Berarti keputusan yang aku ambil tidak salah. Semoga kamu bisa menjaga kebebasan yang aku berikan nantinya" batin Elang yang berucap sambil mendengarkan Via yang berceloteh tentang ponsel yang biasa diinginkan.

"Kamu ga ikutan pilih handphone, biasanya wanita-wanita yang mengelilingi kakak datang kesini langsung berburu handphone keluaran terbaru dan setelah itu mereka akan membayar dengan tubuhnya sampai kakak puas" bisik Elang ditelinga Via, Via yang mendengar itu merasa kecewa dan malu.

"Bukankah kakak tak mengizinkan Via memiliki ponsel sama sekali, jika kakak ingin menghubungi Via akan lewat telepon rumah. Lagi pula Via takut kalau kakak akan marah dan menghukum Via seperti waktu itu. Via ga mau buat kakak marah, karena kalau kakak marah sangat menakutkan" ucap Via berbisik lirih dan memanyunkan wajahnya.

"Bibirnya jangan seperti itu, rasanya pengen kakak lahap saja" bisik Elang.

Via tak pernah terpengaruh dengan model ponsel yang bertebaran di dunia, selama ponsel tersebut masih bisa digunakan tak akan diganti yang baru. Elang langsung melihat dan mencari ponsel yang dibutuhkan nanti kedepannya. Elang memilih ponsel yang memang sesuai selera Via tapi tetap berkelas.Setelah merasa cocok dan sesuai dengan seleranya Elang langsung meminta barang yang baru dan membayarnya. Elang menenteng kantong belanjaan sendiri.

"Kamu makan sekarang atau nanti saja setelah sampai tempat tujuan terakhir" tanya Elang.

"Via ingin makan sekarang karena sudah lapar sebenarnya dari tadi" ucap Via.

"Ya sudah kita makan di restoran mall ini saja sebelum menuju tempat terakhir" ucap Elang yang membawa Via masuk ke salah satu restoran terkenal di mall tersebut menuju ruangan VVIP.

Elang yang sudah duduk di ruangan tersebut meletakkan paper bag yang dibawanya tadi di kursi yang kosong di dekatnya. Elang memesan beberapa jenis makanan kepada waiters, setelah waiters tersebut pergi Elang memberi kode pada Via untuk duduk di dekatnya.

Tak butuh waktu lama makanan yang dipesan oleh Elang tiba. Via makan dengan lahapnya karena lapar.

"Kamu makan jangan buru-buru, Via. Aku ta akan meminta makananmu, kalau kurang nanti pesan lagi. Aku tahu kamu butuh tenaga extra buat nanti malam..." ucapan Elang tak bisa dilanjutkan.

"Uhuuk…...Uhuuukk…..Uhuuuuk" Via tersedat makanan akibat kalimat Elang yang terakhir.

"Sudah makan pelan-pelan, jangan terburu-buru seperti tadi" ucap Elang setelah membantu Via.

Elang dan Via meninggalkan restoran tersebut menuju parkiran. Mobil sudah dibukakan oleh Roy di lobby utama.

Mobil melaju menuju tempat terakhir Elang dan Via singgahi. Roy yang sekarang tak lupa menghidupkan kaca pembatas. Elang hanya tersenyum senang karena tanpa diminta lagi olehnya. Elang melancarkan aksinya ke tubuh Via kembali. Via yang tak bisa menghindar karena duduk dipangkuan Elang hanya menerima apa yang dilakukan Elang pada tubuhnya.

"Sayang aku punya hadiah kejutan untukmu nanti setelah sampai" ucap Elang ditelinga Via tapi tangannya asyik bermain dengan kedua gunung kembar dan area sensitif milik Via.

Via yang tahu dan sudah mulai mengenal karakter sifat Elang tak berani melarang atau pun mencegahnya. Via membiarkannya untuk melakukan hal tersebut.

Setibanya ditujuan terakhir, Elang merapikan kembali baju Via yang tadi diacak-acak oleh Elang. Via melihat nama tempat tersebut saat melangkahkan kakinya masuk ke dalam lobby tempat tersebut. Ada rasa takut dan trauma ditempat itu, Elang yang merasakan tangan Via yang dingin seperti es dan wajahnya yang pucat membuatnya seperti patung.

"Aku ingin memulai semuanya dari awal. Berarti harus di mulai dari sini, karena di hotel Snow Dragon aku membuatmu trauma dan di tempat ini juga awal aku bersikap kejam serta sadis padamu. Aku mau mengukir dan membuat ingatan yang baru untukmu disini untuk menghapus rasa trauma disini" ucap Elang memberi pengertian ke Via.

Elang dan Via melangkah menuju lift untuk tiba di lantai paling atas hotel tersebut. Setibanya di kamar tersebut ingatan Via kembali ke malam itu. Potongan-potongan kejadian penyiksaan yang dilakukan Elang kepadanya terlintas kembali. Via mencoba menarik nafas dan membuangnya perlahan agar rasa takut dan traumanya pergi.

Elang mengendong Via dan meletakkannya perlahan di atas kasur. Elang memandangi wajah Via dan tangan Elang tak bisa dikontrol mulai membuka kancing baju milik Via.

"Kak, Via izin shalat magrib dan isya dulu yah. Sekarang Via mau bersih secepatnya karena waktu sholat magrib akan mau habis" izin Via ke Elang.

"Ya, sudah sana mandi dan sholat nanti kakak minta sesuatu sama kamu dan kamu tidak boleh menolak, sayang" ucap Elang yang menahan gejolak gairahnya.

"Iya, kak" ucap Via berucap tanpa sadar dan tak tahu rencana Elang sesungguhnya.

Via masuk kedalam mandi dan ada perasaan takut karena bayang-bayang penyiksaan di kamar mandi tersebut. Via tak mau lama-lama di kamar mandi karena waktu magrib akan habis selain itu masih ada rasa takut didalam dirinya.

Elang yang ditinggal Via masuk kamar mandi langsung berdiri dan menuangkan wine ke gelas dan membawanya ke balkon.

"Bagaimana yang aku perintahkan sama kamu, Roy" tanya Elang yang sesekali meneguk wine dari gelasnya.

"Semua beres tuan. Jika memang besok mau dimulai mereka sudah siap" jawab Roy mantap.

"Ya, sudah siapkan semuanya Roy. Saat aku kabari mereka sudah siap dan tak ada alasan lagi nantinya" perintah Elang.

"Baik, tuan" jawab Roy

"Kak….kak Elang….kakak dimana" teriak Via yang mencari keberadaan Elang yang tak dapat dilihat olehnya di dalam ruangan tersebut.

Elang menghabiskan winenya dan masuk kembali ke dalam kamar dan tak lupa mengunci pintu balkonnya.

"Kenapa kamu cari kakak, sudah tak sabar yah" goda Elang

Wajah Via langsung berwarna merah seperti tomat dan tak berani menatap Elang sama sekali karena malu.

"Emmm…...itu kak…..tadi katanya mau mandi sana mandi kak. Kakak emang masih betah apa pakai baju itu terus dari pagi sampai malam. Kakak jangan dekat-dekat Via kalau belum mandi soalnya bau" ucap Via yang diakhiri dengan candaan.

"Kakak ga bau, sini kamu" Elang menangkap tubuh Via dan langsung menciumi semua wajahnya.

"Kak, udah. Sana mandi katanya kakak mau kasih Via kejutan, kalau kakak ga mandi-mandi kejutannya tidak akan dikasih sampai besok" ucap Via dan memonyongkan bibirnya dan langsung dilumat oleh Elang sebentar.

"Oke, kakak mandi sekarang" jawab Elang melangkah ke kamar mandi, dan dia tak butuh waktu lama untuk mandi.

"Ini kejutannya untuk kamu" ucap elang menyerahkan paper bag ke Via.

"Apa...