webnovel

Chapter 3

Setelah menyelesaikan menyusun barang-barang yang tidak terlalu banyak itu, kini aku ikut gabung bersama Mila yang tengah memakan ramen yang ia beli di minimarket terdekat. Ponsel ku berdering nama ibu terlihat jelas di layar, membuat ku segera mengangkat panggilan tersebut.

“Assalamualaikum,Bu.”

“Wa'alaikum salam, bagaimana? Apa kamu sudah bersama Mila?”

Aku melirik Mila yang hanya menatapku dengan tatapan penasarannya, “Alhamdulillah sudah Bu, ini Mila sama Aira.”

“Syukurlah ibu kira kamu nyasar, titip salam sama Mila bilang ibu kangen.”

“Iya nanti Aira sampaikan, ibu sama ayah baik-baik aja kan disana.”

“Alhamdulillah baik, yasudah ibu tutup dulu ya ibu mau ke pesantren.”

“Iya bu, hati-hati di jalan. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Aku kembali meletakan ponsel itu di sisi meja, “Dapat kirim salam dari ayah sama ibu, ibu bilang ia kangen sama kamu.”

“Ugh aku juga merindukan mereka, tapi belum sempat mau ke Indonesia.” ujarnya membuat ku mengangguk mengerti, kami kembali sibuk dengan ramen masing-masing.

Sepertinya aku teringat sesuatu membuat ku lupa mengatakannya dengan Mila, “ah, Mil kamu tau nggak orang yang nggak sengaja nabrak mobil kita tadi.”

Mila terlihat menyelesaikan mie terakhirnya dan meneguk habis air putih, kini wajahnya terlihat masam. “Aduh Ai, jadi ingat kejadian tadi kan.”

“Maaf, aku cuman penasaran aja. Kamu sadar nggak yang kita nabrak kita tadi itu Dae-Hyun, aktor Korea.” ujarku membuat Mila menatap tidak percaya, ia terlihat berpikir dan mengingat kejadian tadi siang. Wajahnya membulat lucu, bibirnya terbuka lebar membuat ku tertawa pelan. “Aira!! Jangan bilang tadi kita di tabrak sama Dae-Hyun, aktor ganteng nan tampan itu.”

Aku mengangguk, “Ya, mungkin seperti itu.” balas ku yang kini merasakan hal yang sama dengan Mila rasakan, Dae-Hyun adalah pria terpopuler dengan nama yang tengah naik daun itu. Beberapa kali juga aku melihat dramanya, wajah itu terlihat biasa saja saat mobilnya berbenturan dengan mobil Mila tetapi ada helaan nafas yang tidak bisa aku artikan saat itu.

Ponsel Mila menampilkan panggilan yang tidak di kenal, dengan perlahan ia menggeser tombol hijau.

“Iya benar, saya sendiri Kamila Nawira.” Mila melotot memandang ku tidak percaya, ia membekap mulutnya begitu rapat.

“Ada apa?” tanya ku saat wanita itu tak beraksi, suara dari seberang telepon membuat ku menyenggolnya.

“Ah iya, besok? Eghh baiklah.” Mila terlihat menahan nafas nya wajahnya pucat, aku khawatir dia kenapa-napa.

“Mil, are you Okay?.”

Kepalanya menggeleng, “Tadi itu asisten Dae-Hyun, dia bilang kalau besok aku harus melunasi mobilnya yang ngeresek, Aira.. mobil aku juga lecet huaa… aku yakin mobil dia tidak semurah itu dan tabungan ku ahhh sepertinya aku harus merelakan nya pergi.” Aku tidak enak hati melihat Mila seperti ini, aku sepertinya harus bertemu dengan Dae-Hyun tapi bagaimana caranya.

[..]

Pagi sekali Mila membanguni ku yang baru saja terlelap setelah shalat subuh, wanita itu merengek seperti anak bayi. “Aira, kamu bisa gantiin aku kan buat ketemu sama Hyun-Ssi aku ada urusan mendadak, tempat ku bekerja menyuruhku datang pagi ini juga. Please bantu aku sekali aja.”

“Baiklah, aku aja menemui nya.”

“Okay, bersiaplah.” aku segera turun dari kasur dan pergi untuk membersihkan diri, tidak ada pilihan lain selain bertemu dengan Dae-Hyun untuk mengurangi biaya kerusakan mobilnya. Aku keluar dari kamar mandi dan menemui Mila yang tengah memilih baju untuk ku, aku menatapnya heran.

“Kenapa kau membongkar koper ku Mil?.”

“Kau harus berdandan cantik bertemu Dae-Hyun, mana tau dengan baik hatinya saat melihat kamu yang cantik ia mengurangi diskon harganya.” kekeh Mila membuat merenggut.

“Pandai sekali kamu.” Ia tertawa puas, aku hanya diam saja membiarkannya memilih pakaian yang cocok untuk aku kenakan. Mila memberikan rok putih bermodel A-Line serta kaos hitam menjadi pilihannya untuk aku kenakan, aku hanya bisa mengikuti sarannya dan memakai pakaian yang telah Mila pilih.

Dan lihat tampilan ku berubah begitu saja, tangan Mila benar-benar ajaib bisa mengubahku dengan sentuhannya. “Nah keren! Terlihat lebih kece.” ujarnya yang membuat ku hanya memandang nya diam, Mila kembali sibuk dengan apa yang ia lakukan. Ia memberikan sebuah amplop yang tidak aku tahu isinya, “Ini uang buat bayaran ganti rugi mobil Dae-Hyun, ingat yakin kan dia buat potong penggantian ruginya, okay.”

Aku mendengus, “Mau kamu aja, sana pergi sendiri aku kan tidak mengenalnya.”

“Cih, menyebalkan. Sudah sana, aku sudah memesankan taksi untukmu ayo.” Aku hanya menuruti kemauan Mila, ia mendorongku untuk masuk ke dalam taksi.

“Ingat pesan ku okay, dan satu lagi sehabis dari sana tunggu aku di kafe yang dekat dengan Agensi Hyun-Ssi.”

Aku mengangguk, “Yaya aku mengerti nona Mila.” ia terkekeh, aku hanya pasrah mengikuti apa yang ia suruh ya setidaknya ada sesuatu yang membantu dirinya. Kiki taksi yang di pesan Mila mulai meninggalkan Mila yang melambaikan tangannya, aku tidak tahu kenapa ia begitu bersemangat sekali. Aku tidak ragu sama sekali ditinggal Mila, mengingat aku sudah belajar banyak tentang setiap kalimat di sini jadi membuat ku mudah untuk memahaminya. Hari ini matahari begitu terik, beberapa yang lain terlihat menepi ke cafe terdekat. pandangan Seoul begitu menakjubkan aku tidak akan bisa melupakan perjalanan berharga ini, gedung-gedung tinggi menjulang bak kokoh menambah kesan mewah untuk di lihat.

“Nona, sudah sampai.”

“Gamsahamnida, Ahjussi.4” Setelah membayar tagihan tersebut aku keluar dari taksi dan melihat apa yang belum pernah aku lihat sama sekali.

Ini adalah tempat Agensi Dae-Hyun bernaung, aku tidak pernah berpikir bisa datang kemari. kaki ku perlahan memasuki area lobi melihat beberapa orang yang berlalu lalang, tatapan bingung mereka layangkan untukku yang dagang dengan tampilan yang berbeda dengan mereka. Ponsel ku berdering, pesan singkat dari Mila membuat ku segera membukanya.

Hai, nanti asisten Hyun-Sii akan menghampirimu, tunggu saja ya.

Aku masukkan kembali ponsel tersebut sampai seseorang mendekat, “Apa benar anda bernama Aira.” aku mengangguk, wanita yang menyapa ku ternyata asisten yang dikatakan Mila tadi. Ia menyuruh ku mengikutinya, sesekali aku memperhatikan setiap interior yang ada, ini semua membuat ku takjub. lebih tidak terduga nya di dalam agensi itu memiliki kafe yang diberi nama Moment of Peace Cafeteria. Wanita itu menggiring ku ke meja paling sudut, disana aku dapat melihat Dae-Hyun yang tengah menikmati secangkir kopinya.

“Hyun-Ssi ini wanita yang ingin kau temui.”

pria itu menatapku, mengucapkan terimakasih kepada asistennya.

“Silahkan duduk.” ujarnya seraya mengulurkan tangannya, aku duduk di depannya dengan hati yang berdegup ini kali pertamanya aku bertemu seorang aktor Korea yang bahkan artis Indonesia saja belum aku temui secara live seperti ini.

“Bukannya kau yang kemari bersama Noona yang satu lagi?, sorry, do you understand what I'm saying?.”

Aku mengangguk, “Aku sedikit mengerti bahasa Korea.” kata ku tanpa ragu, karena sedari dulu aku sudah memahami bahasa negara ini. Ia mengangguk, menatapku tanpa berkedip. Tentu siapa yang tidak tahan terus ditatap sama Dae-Hyun, aku berusaha untuk tidak membalas tatapan itu aku takut dengan perasaan ku.

“Kamu dari Indonesia?”

“Yeah, aku dari Indonesia. Maaf teman ku tidak bisa menemuimu karena ia lagi ada pekerjaan yang harus ia tuntaskan.” seorang pelayan datang dengan nampan berisi secangkir coklat hangat serta cake yang begitu lezat.

“Aku tidak tau seleramu apa, jadi aku memesan kan ini untuk mu semoga kamu suka.” aku begitu terkejut dengan sikap dan sifat Dae-Hyun yang begitu baik dan perhatian, aku pikir bertemu atau menyapa Artis itu sedikit susah mengingat mereka begitu dilindungi serta dikira mereka sombong, tetapi melihat Dae-Hyun menyadarkan aku jika derajat kami sama, walaupun dia aktor terkenal tidak membuatnya acuh.

“Aku suka, Terimakasih.” aku minum coklat hangat itu dengan Dae-Hyun yang terus menatapku, aku sedikit ragu untuk membalas tatapan itu sedari tadi aku terus mengalihkan tatapan asal tidak melihat mata hazel itu. Aku begitu bersyukur dapat bertemu dengan sosok sepertinya, membuatku begitu banyak dapat pelajaran dari perjalanan ini.

——