webnovel

Chapter 4

“Ini harga yang harus teman kamu bayar.” ia menyodorkan kertas kecil yang tertulis nominal harus Mila bayar, aku membulat kan mata kaget. Mengambil kertas kecil itu dan memandangnya tidak percaya, apakah uang Mila cukup untuk membayarnya.

Reflek aku memeras tas kecil yang aku pakai, “Kau bisa mengatakannya kepa

Aku menatap cemas, Dae-Hyun membalas menatap ku yang kini dengan kedua alis yang terangkat seakan ada permasalahan dengan biaya yang tertulis disana dan itu benar apa adanya. “Egh.. maaf, apa harganya tidak bisa kurang kah? Ah maksudnya ini-“

“Ya, aku tau ini mahal. tapi memang segitu harga yang harus teman kamu bayar.” Aku hanya mengangguk, izin sebentar untuk menelpon Mila dan memberitahu wanita itu.

Deringan kedua langsung wanita itu angkat, suaranya terlihat semangat. “Bagaimana? Apa kau berhasil?”

Aku menggeleng pelan, “Harga yang harus kau bayar 10jt won.” kata ku pelan agar Mila tidak Shock dan pingsan di sana, tentu itu harga yang fantastis.

“Apa!! 10jt won! Apa dia berniat merampok uang kita hu! Yang benar saja hanya lecet sedikit, Aigo!5. Bagaimana ini bisa..aku tidak memiliki uang sebanyak itu Aira, agh kepalaku mau meledak rasanya.

Begini saja Katakan padanya kalau aku akan membayarnya dengan cara mencicil.”

Aku hanya bisa menghela nafas saja, tidak berniat ingin menawar mendengar harganya saja membuat ku mual dan pusing.

“Baiklah, Kalau begitu aku tutup dulu, Assalamualaikum.” kini aku kembali menyimpan ponsel ku di tas kecil, sedari tadi Dae-Hyun hanya diam dan memperhatikan.

“Teman ku bilang, ia akan mencicil bayarannya. Kami tidak memiliki uang sebanyak itu.”

“Tidak masalah, aku akan memberikan keringanan, kalian cukup membayar 2 juta won. Bagaimana?,” Bagai air datang dengan deras menerpa wajahku yang menyadarkan ku atas kedatangan keberkahan ini, aku menatap tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Masya Allah masih ada orang begitu baik di dunia ini, tanpa ku sadari tak terasa air mata ku jatuh ,yang kini perasaan ku dibendung rasa haru.

“Kau tidak apa-apa?” aku mengganggu.

“Terimakasih, sudah memberikan keringanan untuk kami. Aku tidak tahu harus bicara apa, aku begitu terharu.” kata ku jujur seraya menghapus air mata, ia hanya memberikan senyuman kecil. Aku membuka tas dan memberikan uang dua juta won untuk pembayaran, Dae-Hyun menerimanya.

“Kamsahamnida, sekali lagi Terimakasih banyak.”

“Iya, aku hanya membantu kamu. Hmm Kalau begitu aku antar kamu pulang.” Aku menggeleng, tidak mungkin aku merepotkan nya lagi.

“Tidak Terimakasih, aku akan naik taksi saja. Sekali lagi Terimakasih waktu dan kesempatannya.” ujarku seraya menengkup kedua tangan di depan dada dan setengah membungkuk, aku begitu bahagia untuk sekali lagi.

“Aku harap kita bisa bertemu kembali.” ujarnya seraya tersenyum, apa masih adakah pertemuan yang lain setelah ini? Aku tidak ingin berharap dan segera aku mengangguk dan izin untuk beranjak meninggalkan nya seorang diri, hati ku terselimuti rasa bahagia bisa mengenal sosok nya.

Aku berdiri di depan lobi menatap gedung yang tinggi menjulang di sana, tidak ada penyesalan setelah aku menginjaknya. Aku langkahkan kaki dengan mantap dan tetiba di punggung jalan mobil putih terparkir sembarangan, aku mendelik hampir saja terserempet. Aku dapat melihat sosok yang aku kenal turun dengan wajah kakunya, ya siapa lagi kalau bukan Mila. “Astagfirullah, Mila hampir saja aku mati.”

“Sorry, aku mau ketemu sama Dae-Hyun.”

“Untuk?”

“Aku akan memohon untuk dia mengurangi biayanya, rasanya aku ingin mati saja Aira.” ujarnya, aku memeluknya dan menenangkan nya.

“Ini memang salah kita, lagi pula aku mana berani memintanya mengurangi biayanya.” Mila menarik dirinya menatap ku dengan rasa sedih, aku kasihan melihatnya.

“Huaa, mati saja aku Aira.”

“Stt, ucapan adalah doa. Kamu jangan gitu kalau ngomong, lagi pula semuanya sudah selesai.” kata ku.

“Selesai?, selesai apanya aku saja belum membayarnya.” aku membawa Mila ke dalam mobil menenangkan wanita itu, dan menyuruh nya untuk pergi ke kafe. Mila hanya menuruti permintaan ku, seperti sekarang kami telah berada di kafe memesan minuman dingin untuk menghilangkan hawa panas dari tubuh Mila.

“Minum dulu.” ujar ku seraya memberikan minuman brown sugar.

“Semuanya sudah selesai, Dae-Hyun Ssi telah memberikan potongan harga buat kamu bayar.”

Mila meletakan minumannya menatapku penuh curiga, aku tau ia tidak akan mempercayai ku begitu saja mengingat harga yang begitu besar dan jika di potong pasti hanya seperempat dari harga seharusnya. “Jangan bercanda, walaupun dipotong aku yakin harganya tetap mahal juga.” katanya dengan helaan nafas, aku tersenyum simpul aku dengannya Sepemikiran.

“Tapi kau harus percaya, ia hanya menyuruh kita membayarnya 2jt won dari harga seharusnya yaitu 10jt won.”

“Gilak!” pekik Mila membuat semua mata menatap kami, aku hanya mendelik memukul pelan lengannya.

“Kau ini.”

“Sorry, aku cuman Shock aja mana mungkin bisa kita membayarnya bahkan tidak ada semperapat dari harganya.” Aku hanya mengangguk meminum coklat yang aku pesan, kulihat Mila yang begitu berbinar bahagia ya aku hanya ikut tersenyum melihatnya. Kini aku kembali teringat dengan pertemuan ku bersama Dae-Hyun tidak bisa aku pungkiri bila ini menjadi hal yang terbaik setelah nya.

Setelah memilih kembali ke apartemen, kali ini aku benar-benar memperhatikan gedung tinggi yang menjulang itu. Tidak aku duga Mila memiliki satu unit kamar di apartemen yang bisa di lihat paling mewah di gangnam. Dari desain serta semua perlengkapan yang mewah membuatku takjub, bahkan ini apartemen yang terindah pernah aku lihat. Mila menekan lift menuju kamarnya, “ahh syukur lah Dae-Hyun memberikan potongan harganya jika tidak aku harus kembali merepotkan pria brengsek itu.”

“Pria brengsek? Siapa?” tanya ku yang kini keluar dari kotak petak besi itu, Mila membuka pintu apartemen dan duduk bersandar di sofa.

“Dia yang sudah memberikan semua fasilitas ini sama aku, lagian aku hanya menikmatinya walaupun terus didesak untuk menerima lamarannya.”

“Lamaran?” Aku semakin penasaran tentang kehidupan Mila selama di Korea, melihatnya aku yakin banyak yang telah ia lalui bahkan perubahan drastis yang sedikit membuatku pangling dengan Mila yang dulu.

“Nam Yun-Ji nama pria yang sudah bersamaku selama tiga tahun terakhir, saat aku pergi ke Korea aku ternyata di jual sama Hendrik yang aku pikir pria itu baik, aku salah memahaminya. Aku berhasil melaluinya hidup luntang lantung membuat ku terbiasa karena sejak dulu ayah membuang ku bukan?, ah bertemu dengan Yun-Ji membuat hari-hari ku berubah, ia menolong ku dan beberapa kali kami melakukan kencan tetapi pada dasarnya aku tidak mencintainya aku bahkan menganggapnya sebagai kakak, tapi ia terus memaksa ku menerima lamarannya agar aku bisa hidup bahagia,

Aku menolaknya, karena aku tidak ingin menyakitinya. Kau tau, aku mengalami Aromantis dimana aku tidak memiliki dorongan untuk melakukan hubungan yang lebih dekat. Aku gak bisa nyakitin dia Ai.” Aku memeluknya, aku tau ini tidak mudah untuk Mila jalankan sendiri selama ini hanya dirinya yang memendam segala rasanya tetapi sore ini aku ada untuk Mila menemani wanita itu di sisinya walaupun sebentar.

Aku berharap takdir membawa Mila ke dunia yang lebih bahagia, banyak yang ia lewati semasa hidupnya. masa lalu yang membuatnya tegar dan kuat, aku percaya Mila akan menjadi sosok tanguh yang aku kenal. Berharap pria datang untuk melindungi dan menjaganya, mutiara itu perlahan redup tetapi aku yakin dengan waktu ia akan datang untuk menerangi mutiara itu kembali.

Perjalanan cinta itu memang merumitkan, bahkan membuat siapa saja terjebak di dalamnya tidak melihat siapa yang menjadi tempat pelabuhannya cinta yang salah pun tak bisa dielakkan. Hati ku masih saja menghangat saat bayangan mas Marvin datang seiring langkahku, aku tidak mengerti hati dan perasaanku ini salah tapi kenapa Allah masih memberikan hati ini kepadanya. Aku ingin melupakan, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk Mbak Latasha.

____