webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
69 Chs

Gara-gara Wet Dream

"Yakin gak mau Om anter pulang?". Tawar Pablo lagi. Setelah membicarakan perihal Jeka, Pablo hendak mengantarkan Unaya pulang tapi gadis itu menolaknya. Unaya meringis lebar dan menggeleng lagi. Hidupnya mendadak ruwet semenjak kenal Jeka, apalagi setelah menandatangani kontrak pacaran itu.

"Gak usah Om hehe. Una bisa kok pulang sendiri, kebetulan mau mampir dulu beliin pesenan Mama". Sahut Unaya sopan. Maaf Om bohong, batin Unaya.

"Ya udah kalau gitu hati-hati Unaya. Sekali lagi makasih sudah mau bantu Om. Kamu emang anak yang baik". Puji Pablo. Unaya mengulas senyum tipis, apa kalau Pablo tahu ia dan Jeka hanya pacaran kontrak saja lelaki itu akan tetap menilainya sebagai anak baik. Secara tidak langsung ia sudah membohongi Papa Pablo.

"Makasih Om. Om sama Yeri juga hati-hati". Kata Unaya sembari menyalami tangan Pablo dan melambai kearah Yeri.

"Dadah Kak". Setelah Papa dan anak itu pergi, Unaya langsung lemas. Gadis itu duduk didepan bangku restoran dan memijit kepalanya yang mendadak pening.

"Parah nih, parah! Bisa-bisa nya gue nge-iya in maunya si Om". Gumam Unaya merutuki kebodohannya. Inti dari pembicaraan mereka tadi adalah; Pablo ingin Unaya mengawasi Jeka dan menegur pemuda itu jika hendak tawuran. Kalau Jeka status-nya pacar sungguhan sih Unaya tidak masalah. Tapi ini kan hanya pacaran kontrak! Apa Jeka tidak marah jika dirinya terlalu masuk kedalam kehidupan pribadi pemuda itu? Memang kan kalau sudah ada campur tangan orangtua itu jadi ribet!

"Oke gak masalah. Toh kalo Jeka gak bisa berubah dan Om nyalahin gue, gue kan bisa beralibi kalo udah putus sama anak-nya". Akhirnya Unaya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan permintaan Pablo tadi. Gadis itu melirik jam tangannya, sudah sore dan ia belum pulang. Sudah pasti Mama Irene khawatir, ponselnya juga mati karena lowbat.

Akhirnya Unaya memutuskan untuk berjalan kearah halte yang ada diseberang restoran. Pikiran gadis itu sempat berkelana, Pablo menceritakan sisi lain dari Jeka. Anak itu juga korban broken home sama sepertinya. Hanya saja mungkin disini Unaya jauh lebih beruntung dan merasa bahagia karena gadis itu bisa menerima kehadiran Mama dan Kakak tirinya. Tapi tidak untuk Jeka, pemuda itu masih keras kepala dan menganggap jika keputusan Papa-nya menikahi wanita lain itu salah. Mungkin-kah tindakan menyimpang Jeka selama ini adalah bentuk pelampiasan rasa marahnya pada Pablo?

"Ya ampun keras juga hidup loe Jek". Gumam Unaya sembari menatap lalu-lalang kendaraan. Menunggu bus lewat sore begini, ada kan ya?

Sementara itu Jeka terlihat emosi. Memang dasarnya gegabah, pemuda itu nekat mendatangi sekolah Mario seorang diri. Entah kenapa Jeka mengira jika Mario adalah dalang dibalik hilangnya Unaya. Teringat kemarin malam Jimi juga dikeroyok oleh antek-antek pemuda itu. Mario yang sedang menghisap rokoknya kaget saat Jeka tiba-tiba menarik kerah bajunya begitu saja.

"Loe kemanain cewek gue?!". Desis Jeka dengan wajah mengeras. Tadinya antek-antek Mario hendak menyerang Jeka, namun Bos mereka memberi kode untuk diam. Baru juga saling serang, Mario capek bonyok terus.

"Maksud loe apa?!". Sahut Mario pendek.

"Gak usah pura-pura bego! Loe kemanain cewek gue sat!". Bentak Jeka lagi. Mario terkekeh dibuatnya, pemuda itu mendorong tubuh Jeka hingga cengkeraman di kerah bajunya terlepas. Pemuda itu mengusap kasar kerah bajunya sebelum menjawab pertanyaan Jeka.

"Loe nuduh gue culik cewek loe? Harusnya loe mikir Jek, musuh loe itu banyak! Gak cuma gue doang". Jeka terdiam begitu mendengar jawaban dari Mario. Benar juga, musuhnya dari sekolah lain itu banyak. Kemungkinan besar Unaya diculik oleh salah satu dari mereka. Jeka mengacak rambutnya frustrasi. Lagian bandel banget sih Unaya, disuruh cepetan pulang naik taksi malah nongkrong di depan gerbang sekolah. Begitulah batin Jeka.

"Ati-ati aja sih Jek. Mungkin suatu saat nanti gue juga bakal gunain dia buat jatuhin loe, tapi gak sekarang". Lanjut Mario yang membuat Jeka kembali mengeraskan rahangnya. Keduanya saling melempar tatapan penuh kebencian, sekalinya sudah menjadi rival selamanya akan begitu.

"Bangsat!". Umpat Jeka sembari mendorong kasar pundak Mario kemudian pergi dari sana. Mario dan antek-anteknya tertawa remeh. Hanya karena seorang gadis, leader Bangsat Boys dibuat uring-uringan seperti itu. Bagi Mario, gadis memang melemahkan.

Jeka terus saja mencoba mencari sosok Unaya disepanjang jalan yang ia lewati. Pemuda itu mengumpat dalam hati, mau tidak peduli tapi ia tidak bisa. Selama kontrak itu masih berlaku, Jeka menganggap jika Unaya adalah tanggung jawabnya. Apalagi kalau sampai dugaannya benar jika gadis itu diculik oleh salah satu rival-nya. Tentu saja semua itu salahnya karena sudah menarik Unaya masuk kedalam kehidupan bangsat-nya. Pemuda itu menepikan motornya saat merasakan ponselnya bergetar, nama Wonu tertera disana.

"Bos, target udah ketemu". Seru pemuda itu yang membuat Jeka langsung bernafas lega.

"Posisi?".

"Halte depan restoran Mayumi. Mau langsung dianter pulang atau...".

"Gue otw! Jangan ditinggal, tunggu gue nyampe sana".

Pip!

Setelah mematikan sambungan telepon, Jeka langsung bergegas menuju tempat yang disebutkan oleh Wonu.

Sementara itu Unaya dibuat sebal dengan antek-antek Jeka yang mengerubunginya. Gadis itu sudah mencoba untuk mengusir mereka lantaran malu karena di tatap aneh oleh orang-orang yang lewat. Tapi ya namanya juga antek-antek Jeka ini terlalu patuh pada Bos-nya, mau disiram pakai air comberan-pun tidak akan mempan. Kalau Jeka yang sudah bertitah, baru deh nurut.

"Udah sana pada pulang! Kasihan tuh emak udah nungguin dirumah!". Usir Unaya lagi sambil mengibas-ngibaskan tangannya kedepan.

"Stttttt... diem napa sih Bos. Sabar aja, ini cowok loe udah otw". Sahut Wonu yang membuat Unaya langsung membulatkan matanya.

"Ngapain pake laporan segala sih ke Jeka?! Ngaduan banget, dasar!". Omel Unaya.

"Justru kita disini karena titah si Bos. Kita muter-muter cuma buat nyariin loe yang katanya ilang". Unaya menarik sebelah alisnya. Hilang? Ya ampun hanya makan di restoran sampai dikira hilang.

"Siapa yang ilang sih?! Kalian pikir gue ini anak kecil yang gak tahu arah jalan pulang?!".

"Bukannya gitu Bu Bos, rival-nya si Bos kan banyak. Doi takut loe diapa-apain sama mereka". Unaya sempat merasa tersanjung saat Wonu bilang begitu. Ya ampun, kok Jeka sweet banget sih. Baru jadi pacar kontrak aja udah digituin, apalagi kalau jadi pacar beneran? Wajah Unaya bersemu merah karenanya.

Beberapa menit kemudian, Jeka datang juga. Pemuda itu memarkirkan motornya asal dan buru-buru mendekati Unaya. Jeka memeluk Unaya secara reflek, Unaya membulatkan matanya kaget sedangkan antek-antek Jeka langsung tersedak. Jantung Unaya berpacu cepat, kenapa Jeka sampai sebegini khawatirnya?

"Loe gak apa-apa kan? Gak ada yang nyakitin loe kan?". Jeka menelisik tubuh Unaya dengan teliti melihat apakah gadis di depannya ini terluka. Unaya diam mematung, gadis itu bingung dengan semua ini. Katanya hanya sekedar pacaran kontrak, tapi kenapa rasanya seperti pacaran sungguhan? Apa ini efek belum pernah pacaran sebelumnya?

"Kok diem? Gak usah takut, bilang sama gue siapa yang nyakitin loe?". Unaya mendorong tubuh Jeka agar menjauh. Gadis itu menggeleng pelan. Pokoknya ia tidak boleh terbuai oleh perlakuan Jeka.

"Gue gak apa-apa. Gue mau pulang". Sahut Unaya lirih.

"Ya udah, ayo gue anterin balik". Unaya melepas cekalan tangan Jeka. Jeka menatap Unaya dengan wajah bingung.

"Gue pulang sendiri aja".

"Kenapa?". Sejujurnya Unaya merasakan ada yang aneh dengan hatinya. Logikanya mengatakan jika ia tidak boleh terbuai dengan perlakuan Jeka selama ini, tapi hatinya berkata lain. Unaya suka Jeka, tapi gadis itu sekuat tenaga mengelaknya.

"Loe gak bawa mobil kan? Rok gue". Sahut Unaya beralasan. Jeka mengangguk paham, pemuda itu menyetop taksi yang lewat kemudian menarik tangan Unaya lembut dan membukakan pintu untuknya.

"Pak, perumahan xxx. Hati-hati gak usah ngebut". Kata Jeka pada supir taksi kemudian mengulurkan uang seratus ribuan. Unaya diam, ia bahkan mengabaikan Jeka yang memintanya untuk mengabari jika sudah sampai rumah. Mau mengabari bagaimana? Orang nomor teleponnya saja di-private.

Jeka menatap taksi yang ditumpangi Unaya sampai menjauh. Jimi mendekat kemudian menepuk pundak Bos-nya pelan.

"Bu Bos udah aman, jadi nonton gak nih?". Ujar pemuda itu membuat Jeka mengalihkan tatapannya.

"Nonton apaan?". Jimi tersenyum miring sebagai jawabannya.

--Bangsat Boys--

Yeri mengumpat sebal, jam sudah menunjukan pukul tujuh dan Jeka belum bangun. Gadis itu berjalan cepat menuju kamar Abang-nya, tak lupa membawa segelas air untuk berjaga-jaga siapa tahu Jeka kebo dan susah dibangunkan.

"Lihat aja, ntar gue siram mukanya biar gantengnya luntur". Omel Yeri sebelum membuka kamar Jeka dengan kasar. Jeka terlihat aneh, pemuda itu bergerak tidak nyaman dari tidurnya.

"Bang! Bangun! Udah jam tujuh, gak jemput cewek loe?". Tanya Yeri sambil menggoyangkan pundak Jeka pelan.

"Eunghhhh... Unaya-hhh". Yeri melotot dibuatnya, lha kok Abang-nya malah nge-desah. Gadis itu meneguk ludahnya susah payah.

"Astaghfirullah Bang! Eling Bang! Eling!".

Byurrrrrr!!!

Yeri langsung saja menyiram wajah Jeka dengan segelas air yang ia bawa lantaran jijik. Jeka reflek terbangun dengan nafas yang terengah-engah. Pemuda itu menyugar rambutnya yang basah ke belakang, kok bisa sih mimpi begituan sama Unaya? Jeka meneguk ludahnya susah payah, mimpi indah tapi malu-maluin juga. Jeka melirik kearah Yeri yang masih diam mematung.

"Ngapain loe disini?! Sono keluar!". Bahkan Jeka tidak sadar kalau Yeri menyiramnya dengan air saking shock-nya dengan mimpinya semalam. Kok berasa nyata?

"Cuma mau kasih tahu kalo ini udah jam tujuh". Yeri langsung ngacir ke luar karena gugup mergokin Kakak-nya yang mimpi basah. Setelah Yeri keluar, Jeka mengecek celananya.

"Shit!". Umpat pemuda itu. Jeka bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Jeka terus mensugesti dirinya untuk berfikir positif, ini hal wajar yang terjadi pada kaum lelaki dimasa akhil baligh.

Sementara itu, Unaya cemas menunggu Jeka yang tak kunjung menjemputnya. Tiga puluh menit lagi bel berbunyi, mau menghubungi tapi tidak punya nomornya.

"Mungkin Jeka lagi ada urusan Na makannya gak bisa jemput, bareng Kak Helen aja mending". Kata Irene yang menangkap raut gelisah di wajah Unaya. Helena yang namanya disebut langsung menoleh kearah Unaya dan Irene.

"Mau bareng? Yuk!". Dan akhirnya Unaya berangkat bersama Helena hari ini.

Jeka telat hari ini, pemuda itu sempat diomeli guru BK namun diijinkan masuk juga. Unaya yang sedang olahraga di lapangan sempat melambai kearah Jeka. Namun Jeka langsung melengos begitu saja dan buru-buru masuk kedalam gedung sekolah, pemuda itu gugup begitu mengingat mimpi indahnya bersama Unaya semalam. Unaya yang melihat sikap aneh Jeka-pun dibuat bingung, gadis itu menatap punggung Jeka yang semakin menjauh.

"Lagi ada konflik sama doi?". Goda Ririn sambil menyenggol lengan Unaya.

"Gak tuh, dia aja yang mendadak aneh. Tadi pagi juga gak jemput". Gerutu Unaya sambil memajukan bibir bawahnya.

"Ciyee... merasa sedih dicuekin doi. Katanya cuma pacaran kontrak, tapi kok sampe segitunya". Bisik Ririn yang membuat Unaya sebal setengah mati.

--Bangsat Boys--

Memang dasarnya anak badung, bukannya masuk kelas Jeka malah madol dan nongkrong di rooftop sekolah bersama antek-anteknya. Jeka melihat kelas Unaya yang tengah berolahraga. Pemuda itu juga bisa melihat Unaya yang berlari gesit saat bermain kasti. Lagi-lagi Jeka dibuat gugup saat melihat Unaya yang bercucuran penuh keringat, kok jadi ingat mimpi lagi? Pemuda itu mengusap keringat yang menetes di dahinya. Parah memang, tubuh Unaya dan lainnya masih terbayang-bayang.

"Bu Bos biar mini kayak gitu tapi lincah juga ya". Kekeh Jimi sembari menatap pergerakan Unaya yang gesit melewati pos satu ke pos lain. Jeka mengulas senyum tipis, mata pemuda itu tak pernah lepas dari sosok Unaya.

"Omong-omong soal Bu Bos, dua hari lagi doi ulang tahun. Gak ada niatan mau kasih kado Bos?". Jeka mengalihkan tatapannya kearah Victor. Pemuda itu terdiam, heummm... kasih kado ya?

Unaya super sebal, hari ini Jeka aneh. Pemuda itu seakan menghindarinya, tak sengaja berpapasan-pun langsung melengos kearah lain. Dan puncaknya, Jeka tidak mengantarnya pulang. Tidak ada penjelasan apapun, dan hal itu sukses membuat Unaya tambah sebal. Ririn hari ini dijemput Mama-nya, alhasil Unaya terpaksa pulang sendiri.

Gadis itu duduk termenung di depan gerbang sekolah sembari menunggu angkot yang lewat. Tanpa Unaya sadari, Jeka diam-diam mengawasi gadis itu dari kejauhan. Unaya terlihat menghembuskan nafas lelah dan mengipas-ngipaskan tangannya ke wajah.

"Ribet banget sih Bos. Tinggal anterin balik aja napa!". Omel Jaerot yang tidak habis pikir dengan Bos-nya satu ini.

"Loe gak bakal ngerti apa yang gue alamin. Udah diem aja gak usah kebanyakan bacot!". Semprot Jeka, pemuda itu kembali menatap kearah Unaya tapi gadis itu sudah tidak ada. Jeka dibuat kalang-kabut, lha kok ngilang-nya cepet banget?

"Nyariin gue?!". Jeka meneguk ludahnya susah payah, sementara itu antek-antek Jeka menganga menatap kehadiran Unaya yang tiba-tiba. Jeka menoleh kearah Unaya takut-takut, tuh kan mimpinya keinget lagi? Jeka cepat-cepat mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Kenapa gak jemput gue hari ini?!". Tanya Unaya galak.

"Bangun kesiangan". Sahut Jeka tanpa mau menatap kearah Unaya.

"Kok gak ngabarin kalo gak bisa jemput?". Tanya Unaya lagi.

"Lupa". Unaya berdecak dibuatnya. Gadis itu sebal karena Jeka tidak mau menatapnya.

"Lihat gue!!!!". Teriak Unaya. Jeka tidak bergerak dari tempatnya.

"Gak mau, loe jelek!". Unaya yang memang sudah menyimpan rasa sebal pada Jeka sedari tadi-pun langsung memukul dada pemuda itu berkali-kali.

"Hiks! Jahat!". Isak Unaya. Jeka kaget begitu mendengar isakan dari mulut Unaya. Pemuda itu langsung menatap kearah Unaya yang wajahnya sudah basah oleh air mata.

"Eh? Kok nangis?".

"Gue sebel sama loe!". Unaya berlari menjauh. Sebelum Jeka berhasil mengejarnya, Unaya sudah lebih dulu naik ojek yang kebetulan mangkal didepan sekolah.

"Hiyaa... doi ngambek Bos". Pekik Victor sedikit mengejek. Jeka buru-buru menuju motornya dan bergegas mengejar gadis itu. Gara-gara mimpi basah, Unaya ngambek :(

--Bangsat Boys--