webnovel

Annaya & Takdirnya

Annaya terlahir sebagai gadis yang berparas cantik dan menawan, dia tumbuh sebagai pribadi yang ceria dan penuh cinta kasih untuk orangtu dan kedua kakaknya. Kebahagiaannya kian sempurna saat di nikahi pria tampan, cinta pertama yang sedari remaja sudah menjadi kekasihnya. Pria itu menjadi suami yang begitu memujanya, seolah dia adalah ratu. Limpahan cinta dan kasih pria itu suguhkan untuk Anna. Hidup berkecukupan secara materi dan cinta membuatnya tidak mengenal airmata kesedihan, sesempurna itulah hidup seorang Anna. Namun ternyata hidup tidak seindah dan sebahagia yang dia rasakan selama ini. Semua kebahagiaan runtuh saat orang yang paling di cintainya pergi meninggalkan Dunia dan dirinya dengan cara yang paling tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Ya … sosok itu adalah suaminya. Dan almarhum suaminya meninggalkan wasiat yang mencengangkan. Dan wasiat itu harus di patuhinya. Bagaimana bisa Anna hidup tanpa suaminya? Serta bagaimana bisa Anna mematuhi wasiat terakhir suaminya? Ikuti kisah nya di novel "Annaya & takdirnya". Mohon dukungan nya ya ini tulisan pertama aku semoga kalian suka.

Ardhaharyani_9027 · Urbain
Pas assez d’évaluations
530 Chs

Hei! Apa Yang Kau Rencanakan?

"Potong empat bagian dengan ukuran besar ya? Biar mommy dan ketiga adikku puas." Roshie mengangguk.

Anna tersenyum dan mengacak pelan rambut coklat tua tanpa jelly milik putranya, "banyak buahnya?"

"Banyak, bisa kita bagikan dengan yang lain. Melonnya saja ada tiga puluh. Aku belum hitung semangkanya."

"Nanti bawakan paman dan bibi." Brayn mengangguk.

"Tieta bertengkar dengan paman Mark." Adunya setelah menenggak jus jeruk.

"Kenapa?" Ini bukan pertama kali ayah dan anak itu bertengkar. Sheryl sungguh kewalahan. Terkadang Mark yang lebih dulu mengganggu putri mereka atau sebaliknya.

"Paman bilang melon yang ingin di petik Tieta belum matang, tapi anak itu tidak percaya. Mereka bertengkar sampai aku datang melerainya."

Sheryl menghela napas pelan, dia sungguh menyerah melihat keduanya, hal sekecil itu pun masih bisa di jadikan alasan untuk bertengkar.

Anna tertawa rendah, "begitu juga denganmu yang sering bertengkar dengan papa untuk hal kecil. Benarkan?"

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com