webnovel

Oh My Gay

Auteur: Ajengkelin
LGBT+
Actuel · 105.2K Affichage
  • 114 Shc
    Contenu
  • audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Menjadi teman tanpa menikah bukan sebuah impian Earth dan Sky. Namun keinginan keduanya untuk bersama, harus dikubur kareana adanya pertentangan dari ayah Earth. Jika itu cinta, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Earth kembali dipertemukan dengan Sky, disaat ia telah bersama seorang wanita bernama Moon. Namun kakak Sky —Cloud- yang masih menyimpan benci kepada Earth dan keluarganya, ingin menghancurkan hubungan Earth dengan Moon. Apakah Earth dapat mempertahankan jati diri yang diminta oleh Ayahnya? Atau ia memilih untuk kembali bersama Sky dan menjadi teman tanpa menikah? . . . IG :@puspasariajeng

Étiquettes
4 étiquettes
Chapter 1Kekasih Siapa

"Kau tahu, kita sudah melewati suka maupun duka dalam kurun waktu yang cukup lama. Sedih dan suka kita lalui bersama. Ini adalah kesempatanku untuk mengutarakan apa yang aku rasakan padamu. Untuk yang pertama dan terkahir kalinya, maukah kau menjadi pasanganku?"

***

Earth, pria 19th yang sudah berstatus sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama dengan jurusan yang diinginkannya. Memiki paras tampan yang diincar banyak wanita, Earth sama sekali tidak bersikap dingin ataupun jual mahal kepada siapapun yang ingin berkenalan dengannya. Meski begitu, hatinya tidak mudah goyah dengan wanita secantik apapun, karena ia sudah menguncinya pada sosok wanita yang sudah ia sukai sejak lama, siapa lagi kalau bukan Moon Sabita.

Moon biasa disapa, adalah wanita dari keluarga yang cukup terpandang, yang begitu murah hati dan menerima Earth apa adanya. Meski sangat jelas mereka berdua berasal dari kasta yang berbeda, namun Moon maupun keluarganya sama sekali tidak memandang Earth sebelah mata.

"Bawakan sarapan untuk kekasihmu," ujar sang Mama –Mimi-.

"Siapa kekasihku?" tanya Moon terkekeh.

"Sudah tiga tahun, kamu masih saja tidak mau mengakui kalau dia adalah kekasihmu."

"Ma, aku dan Earth masih dalam proses pendekatan, belum ke tahap kencan atau pacaran," ujar Moon memberikan penjelasan, bahwasanya ia dan Earth belum memiliki hubungan yang resmi selain 'teman'.

"Jangan sampai Earth-mu itu berpaling pada wanita lain, Moon. Dia sangat tampan dan baik."

"Aku mengerti, Ma. Aku pergi dulu, ya …."

Moon berpamitan dengan sang Mama untuk menjemput Earth. Hari ini adalah hari pertama mereka masuk dalam dunia perkuliahan, dimana ini adalah dihari pertama mereka akan melakukan masa orientasi mahasiswa. Moon pergi dengan mengendarai mobil barunya, pemberian dari papa nya yang berada jauh di benua yang berbeda. Mobil itu adalah hadiah karena Moon telah berhasil menjadi mahasiswa di universitas ternama.

Sementara itu, Earth di rumahnya juga tengah bersiap untuk hari pertamanya menginjakkan kaki di universitas yang didambakan olehnya, dengan status sebagai mahasiswa di sana. Sembari memakai dasi, ia memandang foto Moon yang ia pajang di kamarnya dengan sebuah bingkai cantik berwarna biru muda. Moon yang masih mengenakan seragam sekolah, terlihat mengumbar senyum kepadanya, seolah menyambut dengan ucapan 'selamat pagi'.

"Selamat pagi juga, Moon," ucap Earth, seolah-olah ia membalas sapaan dari Moon.

Ya, itu adalah rutinitasnya setiap pagi. Selalu beranggapan kalau Moon ada di hadapannya menyambut dengan kehangatan dan penuh cinta.

Tin!

Terdengar suara klakson mobil dari arah depan rumahnya. Earth menoleh dan tersenyum, ia segera merapikan kemeja putihnya dan mengambil tas ransel miliknya.

"Earth! Moon datang menjemput!" teriak ibunya –Rang-.

"Iya, iya … aku sudah bergegas ini," gerutu Earth, tidak suka jika ibunya terlalu heboh setiap kali Moon datang.

"Bawakan ini untuk Moon, untuk kalian sarapan," pinta sang ibu, memberikan sebuah kotak bekal.

"Bu, Moon pasti sudah sarapan di rumahnya," balas Earth, menolaknya.

"Ibu sudah bangun sangat pagi hari ini, untuk memasakkannya, Earth. Anggap saja ini adalah hadiah dari Ibu, karena Moon bisa masuk ke universitas dan juga jurusan yang diinginkan olehnya," "utur Rang, terlihat begitu menyayangi Moon, melebihi anaknya sendiri.

"Hmmm, baiklah. Akan kuberikan pada Moon."

"Hati-hati di jalan. Katakan pada Moon untuk tidak ngebut, ya!"

Earth berlalu dan tidak lagi menghiraukan ucapan ibunya.

"Pagi!" sapa Moon begitu semangat, saat Earth masuk ke dalam mobilnya.

"Pagi, cantik. Eu … ini ada titipan dari ibu. Selamat katanya, karena kamu telah menjadi—"

"Rupanya bukan hanya kamu saja yang mendapatkan titipan dari mamaku," ujar Moon, memotong ucapan Earth. Ia mengeluarkan sebuah kotak bekal dari dalam tas dan memberikannya kepada Earth. "Titipan dari mama, untuk sarapan," ujarnya kemudian.

Keduanya terkekeh karena ibu mereka sangat kompak menitipkan sarapan untuk pasangan dari anak mereka.

"Ibu sangat menyayangimu," tutur Earth.

"Mamaku juga, sayang padamu," balas Moon tidak mau kalah.

"Begitupun aku, sejak lama sudah mencintaimu."

Blush!

Moon tak mampu melihat pada Earth dan memilih berpaling, ia segera mengemudikan mobilnya untuk pergi ke kampus.

"Gugup?" tanya Earth.

"Diam, Earth. Aku sedang mengemudi," jawab Moon, tersenyum sendirian.

"Lain kali, aku akan belajar mengemudi. Agar kamu hanya perlu duduk manis, di tempat aku duduk saat ini."

***

Moon memarkirkan mobilnya tidak terlalu jauh dari koridor yang akan menghubungkan area parkir menuju ke gedung perkuliahan. Namun ini adalah hari pertama masa orientasi dan semua mahasiswa belum diperkenankan masuk ke dalam gedung perkuliahan, karena harus mengikuti prosedur wajib saat awal menjadi mahasiswa, yakni masa orientasi.

Seluruh mahasiswa berbaris memanjang untuk menuju ke lapangan dan berbaris menyaksikan parade dari pada mahasiswa senior yang sedang mempromosikan himpunan mahasiswa dan juga unit kegiatan mahasiswa atau biasa disebut dengan organisasi, yang ada di kampus tersebut.

"Ada yang membuatmu tertarik?" tanya Earth.

"Dari parade itu?" Moon balik bertanya, tanpa menoleh pada Earth, karena ia baris di depan Earth.

"Ya masa tertarik dengan pria lain. Aku mau dikemanakan?"

Moon tertawa dan menoleh ke belakang, lalu menjewer telinga Earth karena kesal.

"Siapa yang bercanda di sana?!"

Moon dengan sigap segera kembali berdiri tegap tanpa menoleh ke manapun. Sepertinya senior itu sedang menegur Moon yang bercanda dengan Earth. Rasa cemas menyelimuti Moon. Ia khawatir kalau dirinya akan mendapat hukuman karna itu.

"Perempuan yang menjewer telinga teman di belakangnya, coba maju ke depan."

'Aduh! Benar 'kan aku dipanggil,' batinnya menggerutu, ia pasti akan malu karena hal tersebut.

"Telinganya bisa dengar tidak?! Maju ke depan!"

"Aku gantikan saja," ucap Earth hendak menggantikan Moon yang sepertinya akan dihukum.

"Jangan! Aku saja. Tidak apa-apa, kok," balas Moon menahannya. Ia memberikan senyum dan memastikan kepada Earth kalau dirinya baik-baik saja.

Moon akhirnya menurut untuk maju ke depan barisan, menghampiri senior, kemudian ia berdiri menghadap ke barisan, melihat dan dilihat oleh seluruh mahasiswa baru yang ada di lapangan tersebut.

"Sedang apa tadi?" tanya senior itu. Tulisan dari badge name yang dipakai, namanya adalah Cloud.

"Sedang baris," jawab Moon, kemudian ia menunduk melipat kedua mulutnya, cemas kalau ia akan dipermalukan di depan banyak orang seperti itu. 'Lebih baik aku dihukum secara fisik, daripada dipermalukan seperti ini,' batinnya menggerutu.

"Siapa dia?" tanya Cloud, menunjuk ke arah Earth.

Moon melirik pada Earth, yang kini tengah menatapnya dengan tatapan khawatir. Earth tidak dapat menutupi rasa itu dan membuat Cloud menjadi penasaran dengan apa yang terjadi diantara mereka.

"Kekasihmu, bukan?" tanya Cloud lagi.

Moon memilih untuk diam dan menunduk. Ia tidak menjawabnya.

"Kenapa diam? Kalau diam, itu tandanya kalian …."

"Kami hanya berteman. D—dia … hanya teman saja."

Vous aimerez aussi

Mimpi

PENGUMUMAN! Buku 1 TAMAT [Berlanjut ke Buku 2 dengan Judul MIMPI: Takdir Yang Hadir] Catatan: Buku ini akan dibagi jadi 3/trilogi. Buku 1: MIMPI (Isi 202 bab) Buku 2: MIMPI: Takdir Yang Hadir (Segera!) Buku 3: MIMPI: Akhir Sebuah Takdir (Belum) . . SINOPSIS: Renji Isamu. Pria 29 Tahun. Biseksual. Novelis BL selebriti nomor 1 Di Jepang. Tampan, berdompet tebal, professional, namun sebenarnya tidak bahagia. Renji terbiasa melakukan one night stand. Dengan lelaki. Dengan perempuan. Dengan teman. Dengan pelacur. Baginya semua sama saja. Di masa lalu Renji tidak seperti itu. Hanya saja kekecewaan yang mendalam telah merubahnya. Karena sang ayah membenci dirinya yang bisa mencintai laki-laki juga, Renji terpisah dari Veer dan keluarganya dari Jerman. Dia lalu melarikan diri ... Dan kemudian hidup seorang diri di Jepang. Di Jepang Renji jatuh cinta lagi dengan Jean. Seorang gadis. Tapi, lagi-lagi dia jatuh patah. Dan saat dia akan serius dengan Haru, seorang lelaki, kenyataan telah menamparnya keras-keras. Dua kali gagal pernikahan. Renji tidak ingin menjalani kehidupan romansa dan persetan dengan segalanya. Namun, pada suatu hari Renji bertemu dengan Ginnan Takahashi. Seorang gigolo. Pelacur pria di sebuah bar 24 Jam. Mereka bertemu tanpa sengaja. Mereka saling menatap tanpa rencana. Dan mereka jatuh cinta dengan begitu banyak cerita. . . . NB: Biseksual adalah kecenderungan bisa mencintai laki-laki maupun perempuan sekaligus. . . IG: @mimpi_work (CEK DAN FOLLOW. BERISI VISUAL PARA TOKOH DAN SETTING DI DALAM NOVEL)

Om_Rengginnang · LGBT+
5.0
220 Chs

Dari CEO Menjadi Selir

Yan Zheyun terlahir dan dibesarkan untuk menjadi pemenang. Orang tuanya masuk dalam Daftar Forbes, dia adalah lulusan terbaik dalam kelasnya di universitas teratas di negaranya, dan yang menjadi puncak dari semua itu adalah dia terpilih sebagai 'idola sekolah' selama empat tahun berturut-turut oleh teman-temannya. Dan sekarang, di usia dua puluh lima tahun, Yan Zheyun bangga menjadi ketua dan CEO dari perusahaan teknologi miliknya sendiri. Namun yang seharusnya menjadi hari terbahagia dalam hidupnya berubah menjadi hari terburuk ketika ia mendengar suara robot asing saat menyeberang jalan untuk membeli kopi, hanya karena dia tidak bisa menunggu sekretarisnya kembali dari ruang fotokopi. [LAPORAN BUG #193842347: DETEKSI JIWA DUNIA LAIN. MEMULAI SEKUENSI DEPORTASI.] Dan kemudian dia meninggal. Dalam kecelakaan mobil yang sangat membosankan dan sangat biasa. …kecuali mungkin dia tidak mati. Hal pertama yang dipikirkan Yan Zheyun setelah dia membuka matanya dan menemukan dirinya di sebuah kamar yang terlihat seperti set drama istana dalam adalah: Wow, kopi itu tidak sebanding. Hal kedua yang dia pikirkan setelah dia menyadari bahwa dia sekarang berada di dalam novel BL sejarah dan telah tertransportasi ke tubuh seorang kecantikan tragis yang akan (segera) digunakan dan disiksa oleh beberapa kekasihnya adalah: Sepertinya saya membuka mata dengan teknik yang salah, mari saya coba lagi…eh, masih di sini. Ya sudahlah. Sial. Dari CEO menjadi budak rendahan, Yan Zheyun tidak percaya dengan nasibnya. Terjebak di dunia baru dan dikelilingi puncak-puncak gila (dikenal sebagai ‘Sahabat Masa Kecil’, ‘Anak Jenderal’, ‘Pangeran Mahkota’, ‘Pangeran Lain’, ‘Duke yang Menyeramkan’ dll.), Yan Zheyun menyadari bahwa pengalamannya selama satu hari sebagai CEO tidak mempersiapkannya dengan cukup untuk kehidupan baru yang penuh penderitaan ini. Namun dia bukan tipe orang yang menyerah tanpa perlawanan jadi…Yan Zheyun dengan tegas memutuskan untuk menjauh dari garis plot romantis yang menakutkan, mencoba menulis garis plot politik baru, dan selagi melakukannya, berpegangan pada paha-paha besar, berusaha mendapatkan kebaikan dari yang berkuasa. Dan dalam monarki dinasti, paha siapa yang lebih baik untuk digenggam selain kaisar sendiri? Liu Yao: …Sang Penguasa mengizinkanmu untuk memeluk bagian lainnya juga. Pasangan: - Sang-Penguasa-Tampak-Keras-Tapi-Rahasia-Baik!Kaisar Top VS Aku-Tampak-Seperti-Kelinci-Tapi-Rahasia-Serigala!Budak Bawah - BUKAN harem, seluruh cerita adalah 1v1 Peringatan: - Novel ini menangani beberapa masalah berat yang timbul sebagai akibat dari perbudakan dan sistem kasta. Saya telah menambahkan peringatan pemicu di mana relevan tetapi hanya sebagai pengingat, bajingan disebut bajingan karena alasan! Update: 21:00 GMT+8 Diilustrasikan Oleh: HAZHE

Queeniecat · LGBT+
Pas assez d’évaluations
128 Chs
Table des matières
Volume 1