webnovel

Tak Ada Harapan

"Aku hanya penasaran, setelah pulang kuliah, apa keduanya segera pulang ke rumah atau mereka pergi ke tempat lain dulu," tutur Cloud.

"Kenapa kau sangat penasaran dengan mereka? Jangan ikut campur, Kak," pinta Sky.

"Aku tidak ikut campur. Aku hanya ingin tahu, apa benar keduanya sudah resmi bepacaran. Karena teman-teman menyinggungku seharian ini. Yang mereka tahu, aku mengejar Moon," tutur Cloud memberitahu alasannya.

"Kau memang mengejar Moon, bukan?"

"Aku hanya berpura-pura. Aku tidak tertarik dengan siapapun."

"Aseksual …," gerutu Sky, kemudian memilih untuk diam, tidak ingin berdebat dengan kakaknya.

Mobil Cloud masih mengikuti arah mobil Moon yang melaju menuju ke sebuah komplek, perumahan. Cloud berhenti di ujung jalan ketika melihat mobil Moon yang berhenti di depan sebuah rumah. Ia memarkirkan mobilnya sedikit jauh, agar tidak dicurigai oleh Moon dan juga Earth. Terlihat bukan hanya Earth saja yang keluar dari dalam mobil, namun Moon juga keluar dan ikut dengan Earth masuk ke rumah tersebut.

"Moon berkunjung ke rumah Earth?"

"Itu rumah Earth?" balas Sky, juga bertanya.

"Aku tidak tahu. Kita tunggu saja sampai mereka keluar."

Satu jam kemudian ….

"Kita pulang saja, Kak. Aku sudah lapar …," keluh Sky, merasa jenuh menunggu di dalam mobil sejak tadi.

"Kita pergi makan saja. Setelah itu kembali lagi."

"Kembali lagi?! Untuk apa?"

"Aku masih penasaran. Aku melakukan ini semua karena kau."

"Aku tidak memintanya, Kak."

"Aku ingin kau melupakannya! Dengan melihat seberapa dekat Moon dengan keluarga Earth atau sebaliknya, kau bisa menilai, tak ada harapan lagi untukmu, Sky …."

Sky diam, tidak ingin membalasnya lagi. Cloud memang selalu saja menang jika berdebat, karena ia selalu memiliki alasan yang tepat untuk menyinggung atau mempertahankan opininya.

***

08:00 pm; Bangkok

Sky menguap, ia sudah ngantuk dan rasanya ingin memejamkan mata, tidak peduli dengan kakaknya yang masih bersikeras untuk menunggu Moon atau Earth yang keluar dari rumah itu. Namun apa yang ditunggu oleh Cloud berbeda dengan harapan. Ia melihat seorang pria, yang membuatnya mengerti, apakah itu rumah Earth atau Moon.

"Bukankah itu ayah Earth?" gumam Cloud bertanya.

Sky yang semula sudah memejamkan matanya, kemudian kembali membuka matanya untuk melihat dan memastikan kebenarannya. Ia menelan salivanya, sudah pasti itu adalah kediaman Earth dan keluarganya dan Moon yang datang berkunjung.

"Bukankah itu tandanya Moon sudah sangat akrab dengan keluarga Earth?"

***

"Mau kemana kau?"

"Mengantar Moon ke mobilnya," jawab Earth, nadanya juga dingin.

Moon menyapa ayah Earth dengan mengatupkan kedua tangannya dan sedikit membungkuk, menunjukkan rasa hormat kepada orang tua.

"Kau tidak mengenalkannya kepada Ayah?"

Earth memalingkan pandangannya, meminta Moon untuk berdiri sejajar dengannya.

"Dia Moon, kekasihku," ujar Earth, berani memperkenalkan Moon sebagai kekasihnya kepada sang ayah.

"Ternyata kau mampu membuktikannya juga. Pertahankan jati dirimu yang sekarang ini, Earth. Jangan buat Ayah kecewa lagi karena masa lalumu."

Earth menoleh pada Moon yang terlihat bingung dengan obrolan antara Earth dengan ayahnya. Earth menggelengkan kepalanya, memberi isyarat kalau tidak ada yang perlu dipikirkan.

"Aku permisi, Yah," ucap Earth, menarik pergelangan Moon, mengajaknya berlalu. Sementara Moon menunduk dan memberi senyum kepada ayah Earth.

"Hati-hati di jalan," ucap Ron, terlihat senang dengan kehadiran Moon dalam kehidupan anaknya.

"Ron? Kau sudah pulang?" tanya Rang, yang baru saja keluar dari dalam rumahnya, menghampiri sang suami untuk menyambut kedatangannya.

"Ternyata Earth benar memiliki kekasih perempuan. Anak kita sudah menunjukkan jati dirinya sebagai seorang pria," tutur Ron, entah mengapa ia menjadi bangga terhadap Earth.

"Bukankah aku sudah mengatakannya? Earth juga kerap memberitahumu kalau ia sedang dekat dengan seorang gadis. Tapi kau tidak percaya dan memojokkannya, karena kasta kita dan keluarga Moon jauh berbeda," balas Rang, ia senang karena suaminya sudah bisa menilai Earth sebagai anak yang bisa diandalkan.

"Setelah aku melihat Moon yang sangat santun, rendah hati, serta murah hati … aku menyukainya dan setuju jika dia menjadi pasangan anak kita."

"Anak kita sudah dewasa, ya …," ucap Rang, memeluk Ron. Ia juga mendapat kecupan di keningnya, setelah sekian lama ia tidak mendapatkannya. "Jangan sering memarahinya lagi. Aku dan Earth sangat menyayangimu."

"Aku juga sayang pada kau dan Earth. Aku harap Earth bisa mempertahankan hubungannya dengan gadis itu."

***

"Ayahmu … tidak terlihat membencimu, Earth," ujar Moon, yang ia dengar selama ini dari Earth, ayah Earth sangat membenci Eearth.

"Apa kau tidak merasakan dinginnya sikap ayahku?"

"Ayahmu hanya dingin dan tegas saja. Ia sama seperti ayahku. Mungkin karena mereka ayah adalah kepala keluarga yang memang dituntut harus tegas dan bertanggung jawab. Kau bersyukur, ayahmu masih memilki kesempatan pulang dan waktu cuti yang tidak sebentar. Sementara aku saja sudah lupa, kapan terakhir aku bertemu dengannya," ujar Moon, memberikan pengertian kepada kekasihnya.

"Iya, sayang … setelah ini, aku akan merubah mindset ku tentang ayah. Sekarang, aku akan memberikan kecupan di keningmu, sebagai pengantar kamu pulang."

"Kau tidak perlu meminta izin untuk memberikannya, Earth," kekeh Moon.

Earth yang juga terkekeh kemudian menarik bahu Moon dan memberikan kecupannya untuk sang kekasih. Bukan hanya itu, Earth juga mencumbu bibir Moon dengan sangat lembut, membuat Moon terbuai dan mengalungkan tangannya di leher Earth, membuat suasana menjadi panas.

"Earth," panggil Moon, melepas bibirnya dari bibir Earth. "Aku harus pulang."

"O—oh, maaf … jadi menahanmu seperti ini," ujarnya malu.

"Sampai jumpa besok, ya … aku akan menjemputmu lebih awal."

"Tidak perlu, aku bisa ke kampus dengan bus. Kita bertemu di kampus saja, ya …."

"Hmmm … baiklah."

Moon masuk ke dalam mobilnya dan kemudian berlalu dengan membunyikan klaksonnya sebagai tanda sampai jumpa. Ia mengemudi dengan kecepatan lambat, karena masih berada di komplek pemukiman.

Di ujung jalan, Moon tidak sengaja melihat sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan. Ia juga melihat samar orang yang berada di dalamnya. Namun perasaan tidak yakinnya membuat Moon memilih untuk tidak memastikannya dan bertindak seolah tidak peduli.

Sementara yang berada di dalam mobil itu adalah Cloud dan Sky. Yang sejak tadi berada di sana untuk memata-matai Moon dan Earth.

Raut Sky terlihat tidak enak untuk dipandang, membuat Cloud mengernyit, merasa heran dengan adiknya itu. Ia menghidupkan mesin mobilnya dan segera berlalu dari sana untuk pulang.

"Apa yang kau pikirkan, Sky?" tanya Cloud sembari mengemudi.

"Bukankah aku sudah mengatakannya, untuk tidak ikut campur dengan hubungan Earth dan Moon?"

"Sky , kau juga tahu. Aku melakukan ini untukmu. Apa yang salah?"

"Jika kau melakukan ini untukku, seharusnya aku bisa melupakannya … atau hatiku bisa menerimanya dengan baik. Tapi kenyataannya tidak, hatiku seolah pupus, tak ada harapan lagi."

Chapitre suivant