Mendengar pernyataan sang adik Misha termenung tak faham, sejenak ia merasa ada sesuatu yang berhenti dikepalanya. Ah, dia menatap Eva datar saat menyadari Eva hanya mengerjai-nya.
"Eva, jangan bercanda lebih jauh dari ini" kecam Misha mengangkat jari telunjuk pada Eva.
Eva terkekeh senang dan menyuapi Misha, kali ini menggunakan semua yang ada di piring. "Maaf kak"
"Lo nyuapin manusia atau binatang sih? Banyak amat!" keluh Misha setelah makanan dimulutnya ia telan.
"Ya manusia lah, gue gak pengen punya saudara binatang" kelakar Eva.
Tawa Eva semakin menggema ketika melihat wajah kesal sang kakak, wajah Eva terlihat cerah kali ini. Misha pun hanya menghela nafas dan tersenyum, tak apa lah dia dikerjai. Asalkan adiknya itu bahagia, dia pun bahagia.
Bagi-nya. Tawa Eva atau keluarganya yang lain adalah suatu obat ajaib namun tak terlihat bagi Misha, sedangkan kesedihan keluarganya adalah racun. Misha berjanji tidak akan membuat keluarganya bersedih atau ketakutan oleh siapapun itu.
***
Setelah bermalam di rumah sakit selama dua hari, akhirnya Misha diizinkan pulang. Ia di sambut keluarganya begitu keluar dari mobil, wajah semua orang terlihat cerah.
"Selamat datang Misha!" seru mereka dan meletupkan petasan yang khas merayakan sesuatu yang membahagiakan.
Misha tertawa lepas melihat kelakuan keluarga yang menurut nya lucu, Eva tampak tersungkur setelah kakinya terkait tali balon yang menjuntai. Ditambah Duo A yang menjatuhkan spanduk ucapan selamat datang, serta Duo E yang kerepotan menyalakan petasan.
"Terimakasih, semua!"
Senyum diwajah Misha tak kunjung sirna, air matanya bahkan keluar, saking bahagia nya dia. Keluarga nya itu ada ada saja, rasanya ingin sekali ia mempertahankan kebahagiaan ini selamanya.
Seperti nya aku harus berusaha lebih keras__ gumam Misha menetapkan diri.
"Stop! Jangan senyum mulu!" seru Eva menghampiri Misha.
Misha terkejut mendengar seruan adiknya, spontan senyumannya memudar dan menghilang. Ia menatap adiknya penuh tanya, begitupun keluarganya yang lain.
"Lu kenapa Va?" heran Sera.
"Kak, jahitan diwajah lu kan baru sembuh. Kalo kebanyakan senyum tar robek!" omel Eva mengusap-usap wajah Misha lembut.
Misha memejamkan mata dan menikmati belaian sang adik, Eva tampak sangat perhatian dengannya sejak dua hari lalu.
"Apa aku harus terluka dulu supaya dapat perlakuan istimewa mu, Eva?" celetuk Misha membuat Eva berhenti.
"Ck, Gue gak pengen lu terluka lagi kak! Ini yang terakhir kalinya, titik gak pake koma." tegas Eva.
Orangtua mereka berdua tersenyum teduh menatap dua putri kembarnya, mereka sangat bangga karena telah melahirkan keduanya ke dunia.
"Ayo masuk dulu, jangan mengomel di luar rumah Eva" nasehat Mom menarik tangan Misha pelan.
Mom menuntun Misha kedalam Mansion dan mendudukkan nya di sofa ruang keluarga, Mom beranjak kedapur dan kembali dengan satu troli yang dibawa oleh maid.
"Lihat, apa yang Mom bawa.."
Perhatian semua orang kini tertuju pada troli yang dibawa oleh maid, mereka bertanya-tanya apa yang ada dibalik tudung besar itu.
Begitu Mom membuka tudung tersebut. Aroma teh, kopi dan cokelat bersatu padu. Harum yang mampu membuat semuanya ingin menikmati nya.
"Mom, kau membuat Greentea?" tanya Misha senang.
"Tidak kak, Mom membuat Coklat panas!" tampik Eva.
Misha dan Eva terlihat memperdebatkan masalah apa yang telah dibuat oleh Mom, sedangkan duo A, E, Dad, bahkan Ares diberikan secangkir kopi oleh Mom.
"Kalian bisa minum kopi Espresso Macchiato bukan?" tanya Mom memastikan apa duo A dan E bisa meminumnya.
"Kebetulan kami memang menyukai nya Tante," ujar mereka menjawab.
"Waah! Bagus! Kita bisa sering sering 'Coffee break'!" seru Mom senang.
"Mom membuat kopi?!" tanya Eva dan Misha bersamaan.
Jadi pertengkaran mereka berdua tadi sia-sia? Ah menyebalkan! Mereka tak lagi bisa mempercayai hidungnya, kedua nya berdiri untuk menatap troli dan menghela nafas.
"Mom, kenapa gak bilang kalau mom bikin kopi, coklat panas dan Greentea?" tanya keduanya merengek.
"Lha? Kapan Mom bilang gak bikinin kalian?" heran Mom.
"Dari aroma nya saja sudah tercium tiga aroma, artinya Mom bikin tiga jenis minuman. Kalian malah berantem memperdebatkan hal yang tidak penting" omel Mom membuat keduanya meringis.
"Ini, minum dengan tenang."
Mom menyerahkan secangkir greentea pada Misha, serta secangkir coklat panas pada Eva. Ia juga meletakkan beberapa camilan diatas meja, Bunda tersenyum sambil melihat anak-anak dan suami nya yang tengah menikmati minuman buatannya.
"Mom, buatan mom emang ter the best!" puji Misha dengan mata bercahaya.
"Hahaha, yasudah ayo minum lagi.. Setelah ini kalian istirahat yah, pasti capek" suruh Mom diangguki mereka semua.
Setelah menghabiskan minuman serta camilan buatan Mom, mereka naik kekamar untuk beristirahat sesuai suruhan Mom.
***
Ceklek..
"Kak, sibuk?" tanya Eva menjembulkan kepalanya disela sela pintu.
Misha yang tengah mengolesi obat pada bekas jahitannya kaget karena kedatangan Eva yang tiba-tiba, ia menatap adiknya itu jengah dan bertanya ada apa.
"Gue denger pembicaraan lu sama Richard dua hari lalu," beber Eva nyengir.
"Ck, lu denger dari awal?" tanya Misha tak suka.
"Kagaa! Cuma denger katanya lu pengen ngadain pesta bersama Gold Moonlight setelah sembuh kan?" ucap Eva sumringah.
Misha menghela nafas lega karena Eva ternyata tak mendengar pembicaraan nya dengan Richard dari awal, Misha berbalik dan kembali mengobati bekas luka nya.
"Terus? Apa yang lo inginkan?" tanya Misha langsung menebak inti pembicaraan adiknya.
"Bisakah kita mengadakan pesta bersama? Aku dan Black Moonlight tak begitu dekat," ujar Eva kikuk.
Mendengar pernyataan Eva, senyum Misha tak dapat disembunyikan. Dia bahagia akhirnya Eva bisa melakukan sesuatu tanpa paksaan dari nya, Misha melepas obatnya dan menghampiri Eva untuk memeluknya.
"Kak! Lu ngapain sih?!" seru Eva panik saat Misha memeluknya.
"Selamat, kamu udah tumbuh Eva.." gumam Misha senang.
"Kakak kira gue tumbuhan apa?! Iih! Lepasss!" risih Eva memberontak.
Misha tertawa senang melihat Eva risih karena dirinya, Setelah menyuruh Eva bersiap Misha pun berganti pakaian.
***
Sebuah ruangan besar tampak sangat berisik, terdengar alunan suara keras dari sana. Eva dan Misha menjadi pusat lautan manusia, mereka berdua duduk di kursi khusus.
Black Moonlight dan Gold Moonlight kini tengah mengadakan pesta gabungan, berkat pemimpin kedua clan yang bersaudara itu mereka bisa saling mengenal. Meski sering bekerja sama dalam menangani Misi, mereka semua jarang berbicara karena di intimidasi atasan.
Namun sekarang, mereka dibebaskan berbicara sepuasnya. Mereka menjalin rasa persaudaraan malam ini, tentu saja dua hawa keberadaan yang menyeramkan tak dapat mereka abaikan.
Eva dan Misha tampak menyesap Coklat panas dikursi khusus, disampingnya duo A dan E berdiri menjadi penjaga untuk keduanya. Beberapa anggota Gold Moonlight dan Black Moonlight tampak sangat penasaran dengan dua pemimpin clan.
Misha melihat itu dan menyuruh mereka mendekat maju, dengan rasa takut yang tak dapat dibendung mereka maju mendekat.
"Sepertinya ada pertanyaan yang mengganggu kalian, benar?" tanya Misha dingin.
"S-sebenarnya saya penasaran dengan bekas luka diwajah anda!" seru nya setelah ditabok temannya.
"Ih, lu apaan sih?! Kalau bos marah gimana?!" omel nya pada teman yang kini terbahak.
"Jadi.. "
Mendengar sebuah kata yang keluar dari mulut Misha, tawa mereka berhenti. Mewanti-wanti agar tidak mendapat amarah dari pemimpin Clan Gold Moonlight.
"Kalian penasaran dengan luka ini?" tanya Misha melemahkan hawa nya.
"Ini luka baru, dua hari lalu tepatnya" jawab Misha jujur.
"Apa musuh yang menyerang anda begitu brutal?" tanya pria itu penasaran.
"Hahaha! Tidak, tidak.. Ini semua karena ada yang membully ku," tepis Misha terbahak.
Mata mereka sontak melotot tak percaya, siapa yang berani membully pemimpin Gold Moonlight?! Anak Gold Moonlight menghentikan kesenangan mereka dan berkumpul di depan Misha.
"Katakan siapa yang membully anda Bos! Kami akan menghancurkannya sampai tak ada yang tersisa baginya didunia ini!" desis mereka marah.
Eva melongo saat melihat reaksi anak Gold Moonlight, sedangkan Misha terkekeh pelan. Ia menatap semua anak Gold Moonlight yang berdiri didepannya dengan hangat.
"Hei tenang lah kalian, akan lebih baik jika aku punya luka yang membekas karena bully daripada musuh." ujar Misha menenangkan anak Gold Moonlight.
"Kenapa anda berkata seperti itu?" tanya mereka tak paham.
"Kalau luka ini disebabkan oleh musuh aku akan merasa terhina, apa seorang pemimpin Gold Moonlight terluka hanya karena musuh lemah? Memalukan," jelas Misha menutup matanya.
Ia meraba bekas jahitan dikening tengah sampai pipi kanan bagian atas, membuka mata guna menatap mereka semua.
"Tapi ini karena bullyan, hei ini kehormatan! Setelah orang tau siapa aku, apa mereka berani melawan?" tanya Misha membuat mereka mengangguk paham.
"Jadi tak perlu balas dendam, ini tak seberapa.. Lagipula kalau wajahku mulus mulus saja tidak baik kan? Nanti yang ada malah akan diremehkan musuh," kelakar Misha.
Eva terpukau melihat kakaknya yang dengan mudah menenangkan anak Gold Moonlight, ia sangat berharap bisa bersikap seperti kakaknya. Menyadari apa yang difikirkan Eva, dengan segera Misha memanggil Black Moonlight.
"Adikku ini berkata ingin dekat dengan anak anaknya!" seru Misha membuat semuanya kaget, tak terkecuali Eva.
***