webnovel

The Alchemists: Cinta Abadi

Finland adalah gadis paling kesepian di dunia, yang harus berani menghadapi dunia yang sulit di Singapura sendirian setelah lulus dari universitas dengan beasiswa. Setelah dibesarkan sebagai anak yatim dalam kemiskinan di pinggiran Jakarta dan selalu dibully gadis-gadis kaya di sekolahnya, ia sangat kuat membentengi dirinya agar tidak disakiti oleh orang lain. Secara kebetulan, Finland bertemu Caspar, seorang alchemist generasi kedua yang telah hidup selama 438 tahun dan sebenarnya abadi. Caspar telah menumpuk kekayaan, pengetahuan, dan kesempurnaan di dalam hidupnya (yang sangat panjang). Ia tidak pernah jatuh cinta dan bergonta-ganti kekasih sebulan sekali, sampai akhirnya karma membalas Caspar ketika dia bertemu satu-satunya gadis yang tidak peduli pada ketampanannya dan kekayaannya yang luar biasa, dan pada gilirannya membuatnya jatuh cinta setengah mati. Copyright: @2019 Missrealitybites *** Follow FB Page "Missrealitybites" untuk ngobrol dengan saya tentang novel-novel saya: 1. The Alchemists 2. Kisah Cinta Ludwina & Andrea 3. Katerina 4. Glass Heart : Kojiro - Nana 5. 1912-1932 6. Altair & Vega 7. Pangeran Yang Dikutuk 8. Finding Stardust / Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang Lihat visual novel ini di Instagram @casparthealchemist Instagram @missrealitybites

Missrealitybites · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
1144 Chs

Pulang Dari Rumah Sakit

Lauriel mencengkram leher Alexei lebih kuat dan suaranya terdengar berbahaya.

"Aku bisa membunuhmu sekarang juga... Kau mau ambil risiko itu?"

Alexei batuk-batuk tetapi dengan keras kepala ia memejamkan matanya.

"Bukan cuma anak itu... tetapi juga ibunya akan kami incar... Kalau nyawaku ditukar dua orang itu, aku tidak keberatan... hahah.." Alexei memaksakan tawanya sambil batuk-batuk, membuatnya tampak dingin tidak punya perasaan. "Kematian mereka akan menghancurkan bukan hanya Caspar tetapi juga dirimu... Silakan bunuh aku kalau kau berani ambil risiko itu."

Beberapa detik berlalu dan Lauriel akhirnya melepaskan cengkramannya.

"Kenapa kau melakukan ini? Mereka tidak bersalah..." tukas Lauriel. Wajahnya tampak marah sekali.

"All is fair in love and war*..." kata Alexei sambil membetulkan kerah bajunya. Ia masih batuk-batuk sebentar sebelum kemudian duduk dengan anggun di sofa. "Katia's love and my war..."

"Katia?" Lauriel mengerutkan keningnya. "Apa hubungannya dengan Katia?"

Alexei hanya tersenyum dan mengangguk ke arah belakang Lauriel. Pemuda itu serentak menoleh dan mendapati pintu perpustakaan terbuka dan masuklah seorang gadis cantik berambut platinum panjang yang melangkah dengan keanggunan seorang ratu.

"Hallo Lauriel, lama tidak bertemu. Terakhir di London, ya?"

"Hm..." Lauriel mengamati Katia tanpa berkata apa-apa. Ia menduga Katia dan Alexei sudah bersatu untuk merencanakan sesuatu yang buruk. Ia seketika mengerti mengapa situasi ini terkesan personal. Katia masih dendam kepada Caspar dan ingin menyakitinya dengan cara apa pun.

"Kau tahu apa yang sudah dia lakukan kepadaku..." kata Katia dengan nada dingin, "Aku hanya membalas perbuatannya."

"Maka sakitilah dia, jangan menyakiti Aleksis dan Finland," kata Lauriel. "Mereka tidak tahu apa-apa."

"Finland tahu apa yang dilakukan Caspar kepadaku... tetapi ia sama sekali tidak peduli. Ia berbahagia di atas penderitaanku. Kau tidak tahu rasanya dibuang seperti barang bekas setelah setia mendampingi Caspar selama 50 tahun..." Katia bicara dengan geram. "Menyakiti Caspar secara fisik tidak akan ada artinya. Aku ingin ia merasakan sakit hati yang sama seperti yang aku alami. Aku ingin ia merasa sangat sakit hingga dia tidak mau hidup lagi..."

"Kau tahu Aleksis anak siapa?" tanya Lauriel penuh selidik

"Aku tidak sebodoh Caspar. Ia melihat kalian di bandara dan mengira Aleksis adalah anakmu. Sophia kemudian meyakinkannya bahwa kau dan Finland sudah bersama. Ia sangat menderita karena mengira Finland meninggalkannya untukmu.. hahaha... ia bahkan memutuskan untuk mengasingkan diri setelah pernikahan Ned dan Portia. Akhirnya ia merasakan sakitnya ditinggalkan oleh orang yang dicintai..." Katia memejamkan matanya dan tersenyum seolah membayangkan wajah Caspar yang tersakiti, "Tetapi aku belum puas sebelum menghancurkan hatinya sepenuhnya. Aku tidak ingin ia mengasingkan diri... aku ingin ia memilih kematian."

Lauriel menatap Katia dengan keheranan. Gadis cantik ini bukan lagi gadis lembut yang dikenalnya puluhan tahun lalu. Ekspresinya sedingin es dan matanya terlihat kejam. Lauriel menghela napas.

"Bagaimana aku bisa yakin bahwa kalian akan memberikan penawar racun bagi Aleksis kalau aku menuruti permintaan kalian?" tanyanya kemudian.

"Aku akan memberikannya di acara pernikahan Ned dan Portia. Kalau aku melanggar janjiku, kau bisa mengadiliku di depan 5 keluarga," jawab Alexei, senyumnya tersungging miring, penuh kemenangan. "Kau tentu percaya kepada Ned?"

"Apakah Ned tahu kau melakukan hal sejahat ini pada seorang anak kecil?"

"Ned tidak perlu tahu detailnya..." Alexei melengos, "Kalau kau memberitahunya, maka obat penawar tidak akan kuberikan. Kau tentu kenal dengan ilmuwan keluarga Meier dan bagaimana ampuhnya racun yang bisa dibuatnya... Aldebar tidak ada untuk memberikan ramuan abadi bagi anak itu. Aku tahu kau ahli racun, tetapi kau tidak akan punya cukup waktu untuk membuat penawar baginya... Jadi kau tidak punya pilihan selain menuruti kami."

Pintu diketuk dan kemudian masuklah seorang perempuan berpakaian ringkas yang menggendong Aleksis yang sedang tertidur. Lauriel segera mengambil anak itu darinya dan memeriksa pernapasannya.

"Hmm..." Ia tidak melihat ada perubahan pada warna kulit dan ekspresi Aleksis dan seketika menjadi lega. "Racunnya akan aktif dalam dua minggu? Berarti di pernikahan Ned dan Portia?"

"Benar. Kalian harus datang untuk mengambil obat penawarnya... Kami akan menunggu di sana."

Lauriel menghela napas panjang dan akhirnya menyerah, "Apa yang kalian inginkan?"

Alexei dan Katia saling pandang dan tersenyum.

***

"Finland ada yang ingin bertemu..." kata Jean membangunkan Finland yang sedang mencoba tidur. Finland membuka matanya dan duduk di tempat tidurnya.

"Mamaaa..." Aleksis yang berada di bahu Lauriel segera memanggilnya dan minta diturunkan. Finland sangat terkejut melihat keduanya tiba-tiba muncul di kamar rumah sakit seperti itu.

"Eh... bukannya kau bilang Aleksis tidak usah dibawa ke rumah sakit? Kenapa berubah pikiran?" tanyanya.

Lauriel tersenyum tipis, tidak menjawab. Ia menoleh ke arah Jean dan Finland segera sadar untuk memperkenalkan keduanya.

"Oh... perkenalkan ini Jean, sahabatku. Jean ini Lauriel... temanku di San Francisco, dia juga ayah angkat Aleksis..."

"Hallo..." Jean mengulurkan tangan untuk bersalaman yang disambut oleh Lauriel. Keduanya tanpa sadar saling menatap sejenak, saling menilai, dan baru melepaskan pandangan ketika Finland mendeham.

"Uhm... Lauriel ini seorang alchemist, dan ia ahli racun dan obat-obatan. Ia sudah membuat obat untuk mengembalikan ingatanmu, Jean," kata Finland.

"Oh... terima kasih," kata Jean. "Aku sudah mendengar tentang kaum kalian dari Finland. Menarik sekali..."

"Well, sekarang kau adalah bagian dari kami..." kata Lauriel singkat.

"Oh ya, tentang itu... aku baru mau menanyakan apakah Jean boleh ikut ke acara pernikahan Ned dan Portia..? Menurutku dia perlu bertemu sesama anggota klan agar ia bisa mengenal yang lain. Bagaimanapun sekarang dia adalah bagian dari kalian..." Finland melihat wajah Lauriel yang selalu tenang tampak sedikit kuatir dan seketika ia mendapat firasat buruk, "Ada apa...? Kau sepertinya tidak suka..."

"Bukan itu..." Lauriel menggeleng pelan, "Ada yang harus kusampaikan kepadamu, tetapi itu bisa menunggu. Aku ingin menungguimu di sini sampai kau bisa keluar dari rumah sakit. dan setelah itu kita harus mengobati Jean."

"Apakah Jean tidak boleh datang ke pesta Ned dan Portia?" tanya Finland lagi.

"Ned tidak mengundangnya, aku tidak bisa sembarangan membawa orang asing ke pesta Ned. Aku bisa menghubunginya dan meminta undangan tambahan..." kata Lauriel. "Seharusnya tidak masalah. Tapi aku tidak menyarankan Jean untuk datang sekarang."

"Apakah ada hal buruk yang akan terjadi?" tanya Finland kuatir. "Sikapmu tidak seperti biasanya..."

"Kita bicarakan itu besok." Lauriel lalu menoleh kepada Jean, "Kau kelihatan lelah sekali, sebaiknya kau pulang ke hotel dan beristirahat, biar aku yang menunggui di sini."

Lauriel menggunakan nada memerintahnya yang biasa, dan baik Jean maupun Finland tak punya pilihan selain mengikuti kata-katanya. Kalau Lauriel sudah bicara begitu, Finland tak bisa mendesaknya.

Akhirnya Jean pamit untuk beristirahat di hotelnya. Aleksis lalu tidur dalam pelukan Finland di ranjang rumah sakit sementara Lauriel duduk membaca buku di sofa sudut ruangan.

Walaupun ia terlihat khusyuk membaca, pandangannya senantiasa awas terhadap sekeliling mereka. Tadi sore Alexei dan Katia mengancam akan menyakiti Finland dan ia sadar mereka tidak main-main dengan ucapannya. Kelengahannya tadi membuat Aleksis berhasil diracuni oleh anak buah Alexei, dan ia tahu mereka juga dapat dengan mudah mengganggu Finland di rumah sakit kalau mereka inginkan.

Pikirannya kembali melayang pada Katia dengan ekspresinya yang dingin. Perempuan yang disakiti memang mengerikan, dan ia bertemu dengan Alexei yang memang mempunyai dendam pribadi terhadap Caspar, sehingga mereka bersatu untuk melampiaskan dendam keduanya.

Lauriel tidak punya pilihan selain mengikuti permintaan mereka, selama ia belum menemukan penawar racun yang ada di tubuh Aleksis.

***

Keesokan harinya Finland sudah bisa keluar dari rumah sakit. Ia keheranan karena mereka tidak pulang ke Hotel Rendezvous. Taksi membawa mereka ke Hotel Continental.

"Kenapa kita ke sini? Bukankah dulu kita ditolak masuk ke hotel ini?" tanya Finland keheranan. Ia mengira mereka akan kembali ke hotel tempatnya menginap bersama Jean.

"Hotel Rendezvous tidak aman. Aku minta Jean memesankan suite di sini atas namanya. Mulai sekarang kita akan tinggal bersama-sama."

Satu-satunya hotel di Singapura yang aman dari Alexei adalah Hotel Continental, karena penthouse di lantai paling atasnya merupakan tempat tinggal pribadi Caspar, dan pengamanan di sana paling canggih di dunia.

Finland hendak bertanya apa yang terjadi di Hotel Rendezvous, tetapi ia melihat wajah Lauriel yang serius, mengurungkan niatnya. Ia akhirnya hanya bisa menunggu sampai Lauriel menceritakan sendiri apa yang terjadi.

Mereka masuk ke Hotel Continental dan segera naik ke lantai 17 tempat suite mereka berada. Jean telah melakukan check out untuk mereka dari Hotel Rendezvous dan membawa barang-barang mereka ke Hotel Continental.

"Ini suite dua kamar ya? Apakah kita semua tinggal di sini? Apakah tidak ada suite yang 3 kamar?" tanya Finland bingung saat meneliti suite mereka.

"Kita tidak boleh terpisah, aku akan kesulitan menjaga keamanan kalian kalau kalian tinggal di kamar lain. Di sini hanya ada suite 2 kamar ini. Mulai nanti malam aku akan menyiapkan pengobatan untuk Jean," kata Lauriel. "Kita perlu 3 hari untuk melihat hasilnya. Saat ini, hotel ini adalah tempat paling aman di dunia."

"Apakah ada bahaya di luar? Aku belum pernah melihatmu seserius ini..." kata Finland.

Lauriel mengangguk. "Aku tak bisa mengatakannya sekarang. Aku ingin kalian percaya kepadaku dan tidak banyak bertanya. Aku sedang berusaha mencari jalan untuk meloloskan kita dari bahaya."

"Uhm... baiklah... Kalau begitu aku akan tidur di kamar Jean bersama Aleksis..." kata Finland sambil membawa tasnya ke kamar di sebelah kiri. Sejak masih kuliah dulu ia dan Jean sudah sangat dekat seperti saudara dan mereka dulu sering tidur di apartemen yang sama, ia merasa pilihan paling logis adalah menaruh tasnya di kamar Jean sekarang.

"Tidak. Kau tidur bersamaku," kata Lauriel tegas.

Finland yang sedang berjalan tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh keheranan. Jean juga tampak terkesiap. Lauriel tidak mempedulikan ekspresi keheranan keduanya segera mengambil tas dari tangan Finland dan menaruhnya di kamar sebelah kanan.

.

.

*All is fair in love and war = ungkapan terkenal yang artinya "segala macam cara boleh dihalalkan dalam perang dan dalam cinta"

Maaf tadi malam ga sempat update, saya ketiduran...hihihi. Ini sudah saya publish satu bab per hari, seperti janji saya ya. Bab berikutnya saya publish besok pagi atau sore.

.

xx - Vina

Missrealitybitescreators' thoughts