-POV Reza-
"Sama aja toh, kan tetep satu darah juga pembunuhnya? Buktinya, kamu sebagai anaknya, tetep nyimpen bangkai itu sampe sekarang. Apa aku musti percaya, kalo papa kamu itu bukan dalang dari tabrakan yang disengaja itu. Bahkan, dia sempat-sempatnya turun, cuma buat mastiin kami mati apa nggak?"
Nayla, kenapa ucapannya keji seperti ini. Saya jadi tidak enak sendiri.
"Saya tidak ingin berdebat Nayla. Jika memang kamu tidak mungkin bisa memaafkan saya atas kesalahan yang tidak saya lakukan, tidak mengapa. Saya bisa pahami itu. Waktu kita juga sudah habis. Kamu boleh kembali ke dalam." Saya langsung membuka pintu. Memilih duluan keluar tanpa mengindahkan Nayla, adalah keputusan yang tepat. Nayla terlalu keras kepala, hingga ia tak bisa menilai, mana yang baik dan yang buruk.
Saya akan bersiap menjalani hari berikutnya tanpa kedekatan lagi dengan Nayla. Sudah pasti dia kan menjauhi saya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com