webnovel

Karena Screenshot (2)

"Hoam.." aku mengerjakan mataku yang terasa berat.Berkali kali aku menahan kantuk yang tak ada habis habisnya menyerang ku malam ini.Namun sebuah suara yang tak asing membuatku terbangun.

"Cting..cting.."

Aku menatap handphone yang sudah tergeletak tak berdaya di atas meja.Ini sudah hampir tengah malam,dan masih saja mesengger itu berisik mengeluarkan suara notifikasi

Grup SMP dan grup SD sama sama ramai,mau tidak mau aku memarahi grup SMP,yang tak selang beberapa menit sudah tak lagi ada pesan masuk.Berbeda dengan grup SD yang masih saja berisik,kalau di grup ini..aku nggak mau ngomong terlalu banyak,karena aku sendiri belum kenal dengan mereka.dan plusnya..di grup itu ada kaum Adam.

Sepertinya menon-aktifkan handphone lebih simple daripada harus memarahi grup sebelah yang tak ada habisnya.Plis..aku bukan tipikal cewek yang gampang deket sama cowok.Tapi semenjak ada grup SD itulah aku berubah.Mulaj "kembali" memahami pikiran kaum Adam itu.

Banyak sekali permintaan pertemanan yang masuk secara tiba tiba di FB.Kebanyakan hanya anak cowok yang tertera di grup SD.Tak masalah kan jika aku menerimanya? Toh mereka kan teman temanku walaupun aku tak mengenal mereka.

Namun semakin banyak juga entah cowok darimana meminta pertemanan.Mau tak mau aku terima.Ini baru pertama kalinya seorang "Azizah" kembali menerima cowok! Setelah sekian lamanya.

Dulu saat kecil aku memang tak pernah absen bermain dengan cowok.Bahkan saking aku tak pernah bermain dengan kaum hawa,aku tak bisa main lompat tali ataupun bola bekel yang nampaknya gampang kalau dimainkan oleh kaum hawa.Tapi nyatanya buatku? Oh ya..aku tak sanggup,dan aku tidak pernah lolos.

Kebiasaan tomboy itu hilang setelah aku tinggal di kota yang berbeda,mau tak mau aku harus beradaptasi lagi, kehilangan teman teman main di kampung,yang rata rata terdiri dari kaum adam.Ya sudahlah,toh aku juga sudah besar..sudah waktunya menghilangkan kenangan itu semua.Sudah besar..sudah malu.

Memang tak sedikit yang memintaku berteman via Facebook.Beberapa bahkan tak segan sedikit mencari perhatian dengan basa basi menanyakan nama,alamat,tanggal lahir.Ataupun pertanyaan pertanyaan seperti "udah makan belum?" "Lagi ngapain?" Dan sebagainya membuatku sedikit risih dan heran.Ini cowok cari perhatian atau memang peduli?

Yah,pada akhirnya aku bisa membedakan mana yang sekedar cari perhatian,dan mana yang nyatanya peduli.Bahkan ada satu orang yang kuanggap sebagai "kakak" lantaran aku kecewa dengan kakak kandung sendiri yang tak bosan bosannya tak peduli denganku.Kami hanya menganggap adik kakak dan Tak ada perasaan lebih.

Aku selalu curhat masalah ini dan itu kepada "kakak" itu.Ternyata jalan tembus yang diambil kaum adam ini tak kalah hebat,bagaimanapun jalan pikir perempuan dan laki laki berbeda.Hingga suatu hari ia akhirnya menyampaikan isi hatinya jika ia menyukai salah satu temanku.Sungguh,aku senang.Sudah sekian lama akhirnya ia punya suatu hal yang meminta saranku.Tentu saja aku dukung! Apalagi temanku yang disukainya tergolong dekat denganku jadi mudah saja.

Singkat cerita,aku bertanya pada temanku ini bagaimana nasib mereka berdua? Nyatanya ia tolak dengan halus karena ia masih ingin menuntut ilmu dan tak ingin memiliki hubungan lebih untuk seorang kaum Adam.Cukup sebagai teman.

Aku heran jika ada cowok yang suka sekali mengirimkan pesan basa basi.Padahal aku tak menjawabnya sama sekali dan tak peduli.Tapi sepertinya ia tak ada niat untuk berhenti membuatku kesal setengah mati.

Namun yang lebih kesal jika akau adu mulut dengan salah satu "senior" di SMA ku.Dia sebenernya teman satu angkatan denganku namun gara gara aku harus menyelesaikan satu tahun persiapan membuatku telat satu tahun darinya,membuatku terus di olok olok sebagai "junior" nya.

Ada satu nama yang membuat ku merasakan sedikit rasa "nyaman".

Awalnya aku duluan yang tertarik untuk berkenalan karena namanya yang sedikit aneh jika diterjemahkan.Hingga ia yang memulai chat lantaran aku tak henti hentinya menanyakan pasal namanya yang cukup aneh bagiku di grup.

Tak lama ia mulai bertanya tanya seperti cowok yang mencari perhatian,hingga tiba tiba ia bertanya apakah aku sedang suka dengan seseorang? Ku jawab saja tidak,karena aku Memang belum menyukai cowok saat itu.

Ia bercerita tentang perempuan yang ia sukai saat SD.Dan yang disukainya termasuk salah satu sahabatku di SD.Tentu saja sahabatku itu cukup populer dikarenakan kelebihan yang ia miliki membuat kaum Adam terpikat.Pernah ia di kejar oleh salah satu laki laki saat aku pulang bersamanya.Tentu saja aku membantunya.Mana boleh memaksakan sahabatku untuk menyukainya.

Ia menyatakan bahwa perempuan itu sepertinya tak menyukai nya.Yah..aku bisa berbuat apa? Memaksakan perempuan itu? Mungkin aku hanya bisa membantu.

Namun ia mengurungkanku untuk membantunya,entah kenapa.

Saat waktu mulai berjalan itu kami semakin dekat.Ia terus memotivasi hobiku dalam menulis.Membuatku nyaman atas dukungan yang diberikan.

Hatiku berdegup saat ia menyatakan perasaanya untukku dengan menggunakan bahasa Arab.Tentu saja aku paham,karena aku belajar di pondok.Aku belum seutuhnya memiliki perasaan itu hingga tak lama aku membalasnya.Namun sejujurnya aku merasa asing dengan perasaanku sendiri..apakah aku sekedar kagum? Atau memang memiliki perasaan lebih?

Hingga suatu hari ia mengatakan bahwa ia baru saja mampir ke tokoku dan melihatku bermain komputer.Malu adalah kata pertama dalam benakku..bagaimana bisa ia sampai ke toko lalu melihatku?

Awalnya ia tak mau cerita bagaimana alur ia bisa sampai kesana,hingga ia memintaku setiap ia ingin bercerita ia harus diberi semangat.Heran..semangat apa yang haru kuberi?

Ia memintaku untuk mengirim emoticon "😘" setiap berhenti bercerita.Heran sekaligus malu.Bagaimanapun aku harus menerimanya lantaran aku terlalu penasaran dengan alur ceritanya bagaimana ia bisa di tokoku.

Jangan ditanya bagaimana kondisi jantungku yang terus saja berdegup tak karuan.Apalagi saat ia memintaku mengangkat teleponnya.Awalnya aku ragu untuk menerima hingga ke tiga kali panggilan aku mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum.." suara berat itu langsung saja membuatku kaget dan Sontan mematikan telephon.Lebih baik aku mematikannya dari pada jantung ini terus saja berpacu tak karuan.Dan ini pertama kalinya aku mengangkat telephone seorang laki laki yang bukan keluargaku.

Aku sebenarnya masih ragu dengan perasaanku sendiri.Jujur aku belum pernah berjumpa langsung dan aku tak tahu sifatnya yang sesungguhnya membuatku semakin ragu untuk menerimanya.Bagaimana jika ia sama seperti kaum Adam yang hanya mencari perhatian?

Namun semua pikiran itu hilang saat melihat screenshot chat kami dan dibelakangnya ada ayat Al Qur'an.Sepertinya aku bisa menebak bahwa ia sedang membaca Al Qur'an di handphone sambil membalas chat.Belum lagi aku tak pernah melihatnya mengunakan kata kasar layaknya laki laki lainnya.Mebuatku kembali jatuh hati.

Jantungku kembali berpacu.Saat melihat screenshot itu,entah mengapa.Apakah ini yang kurasakan sebenarnya?

Hingga waktu berjalan semakin cepat,dan akhirnya aku harus kembali ke pondok untuk fokus menuntut ilmu.Dan hatiku sudah menerima bahwa aku memang bukan sekedar mengaguminya.

Namun relung hatiku mengatakan untuk mengakhiri ini semua.Aku kembali mengingat dauroh dauroh ustadz dan beberapa nasihat dari beberapa temanku.Aku tak ingin mengharapkan sesuatu pada manusia,karena kita hanya bisa mengharapkan yang terbaik kepada Allah.Karena Allah tahu yang terbaik untuk kita.Aku tak ingin akhirnya perasaan ini teriris iris lantaran aku mengharap sesuatu selain padaNya.Dan aku mulai bertekad kuat tuk menghilangkan semua.

Aku segera menghapus satu persatu pertemananku dengan kaum Adam,menghapus seluruh chat yang ada.Meminta agar ia tak lagi men-chatku.Aku menjauhi mudhorot yang mungkin akan terjadi.Jadi lebih baik aku mengakhiri semuanya.Dan tidak baik untuk perempuan ber-chat ria dengan seseorang yang hukan mahramnya.

Hingga beberapa bulan saat aku sudah di pondok dan sempat liburan di rumah,ia kembali mengirimku pesan lagi.dan aku kembali memintanya untuk tidak men-chatku lagi.

Susah rasanya saat hati ini telah menitipkan rasa untuk seseorang,dan sangat sulit untuk dilepas.Dan kalau kalian bertanya apakah aku sudah melepasnya? Aku tidak ingin berbohong bahwa aku belum bisa melepasnya.

Hingga detik ini kupasrahkan doa untuk nama yang tertera di atas takdirNya.Jika memang ia adalah takdirku di masa depan tak butuh waktu lama untukku kembali mencintainya.Jika tidak,maka aku harus mencintai sosok yang sudah Allah berikan kepadaku.

Mungkin itu semua lebih baik.Biarkan Allah yang mengatur untukku.

💌💌💌

"Oalah..jadi begitu" Nur mengangguk mengerti "Akhirnya kamu cerita juga kan"

Aku menatapnya

Satu detik...

Dua detik...

"Ngapain aku cerita ya?" Aku menutup mushafku

"Hihihi.. sudahlah,udah mau manghrib"

"Mau Maghrib ya..NUR!"

"Eh? Kenapa nih?"

"Aku belum hafal buat halaqoh!" Aku merutuki waktuku yang kugunakan untuk mengungkit masa lalu

"Ya udah..habis ini jangan lupa dibaca lagi ya..hihihi"

"Ih Nur! Gara gara kamu sih..aku belum hafal kan"

"Siapa suruh cerita" Nur tersenyum

"Nur.." aku menatapnya tajam

"Huaa..lari ah..ada yang mau ngamuk!" Nur seketika berdiri dan berlari kecil

"Nanti dia nggak mau sama kamu lagi loh! Sukanya marah!" Nur berteriak sambil terus berlari

"Nur! Awas aja kamu!"

💌💌💌

-The end-