webnovel

Sayap Hitam

Di hari ulang tahunnya, Ravi Lazy Arsenio meminta permohonan secara asal sambil meniup lilin pada kue ulang tahun untuk menurunkan seorang bidadari dalam hidupnya. Ketika Ravi menuju kamarnya di hari yang sama dia dikejutkan dengan seorang pria asing berada di dalam kamarnya hanya mengenakan celana panjang kulit. Pria itu bernama Raymond mengatakan bahwa kehidupan serta dirinya adalah milik Ravi yang tujuan kedatangannya adalah untuk menjaga Ravi dan mendampinginya dalam banyak hal, dibuktikan dengan tato alami besar bertuliskan nama Ravi di dadanya. Ditambah kelakuan Raymond seperti anak-anak di bawah lima tahun yang mudah menangis dan tidak akan melakukan apapun tanpa perintah Ravi. Kemudian ada rahasia besar yang harus mereka tutupi tentang Raymond yang muncul entah dari mana adalah dia mempunyai sayap besar, berwarna hitam dan lembut, keluar dari punggungnya. Tidak hanya itu, Raymond selalu menembakkan aroma-aroma yang hampir membuat Ravi kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dengan kedatangan Raymond juga membuat kehidupan Ravi berubah menjadi lebih rumit dari sebelumnya yang justru mengantarkan dirinya ke dalam masalah besar yang tak pernah Ravi bayangkan. Yaitu bertemu dengan Adrian bersayap putih yang menginginkan kematian Ravi di tangannya. Siapakah sebenarnya Raymond? Apa tujuan sebenarnya? Masa lalu kelam apa yang coba Raymond dan keluarganya sembunyikan dari Ravi selama ini?

White_Black033 · LGBT+
Sin suficientes valoraciones
47 Chs

Dibawa 1

Saat Ravi membuka pintu toilet yang berada di supermarket itu seketika Ravi terkejut dengan seseorang yang menyambutnya dengan sebuah seringai dan saat itu Ravi sepenuhnya memiliki kendali tubuhnya lagi.

"Hey, berapa lama kita tidak berjumpa?"

Ravi tersentak, dia melangkah mundur menjauhi dari sosok Adrian yang melangkah maju semakin mendekatinya. Untuk apa bahkan pria ini kembali mengusiknya, Adrian seolah-olah berada di mana-mana dan dapat mengendalikan tubuh Ravi walaupun dia telah menolaknya.

Tangan Adrian mengibas cepat di depan wajah Ravi bersamaan dengan suara pintu terkunci di belakangnya. Ravi segera berbalik dan berusaha cepat membuka pintu itu, tetapi nyatanya hanya sebuah kesia-siaan ketika pintu itu sama sekali tak dapat dibuka, Ravi menggedor-gedor pintu, tetapi tidak ada seorang pun yang datang untuk membantunya. Dia berharap Raymond menyadari keanehannya dan datang ke sini untuk melepaskannya dari Adrian.

"Apakah begini cara menyambut musuhmu?" Adrian berbisik tepat di sebelah telinganya membuat Ravi bergidik dengan cepat berbalik dan mendorong Adrian menjauh darinya.

"Apa yang kamu inginkan?"

Adrian mendengus, wajahnya masih menyeringai dan Ravi mulai muak dengan kehadirannya. Dia tidak ingin terjebak lagi seperti saat itu yang dengan bodoh menyetujui apa yang Adrian tawarkan padanya.

"Aku memiliki segalanya, untuk apa lagi aku meminta padamu." Suara sombong dari Adrian langsung membuat tangan Ravi refleks terayun meninju wajah Adrian.

Ravi terengah menatap Adrian dengan tatapan kebencian, rasa kebas mulai dia rasakan dari tangannya yang memukul Adrian kuat. Namun, bukannya pria itu memburu marah, tetapi Adrian justru menyeringai, mata Ravi melebar tatkala dia melihat pipi Adrian yang merah karena pukulannya perlahan memudar hingga hilang sama sekali.

"Seujung kuku pun, manusia rendahan sepertimu tidak dapat menyakitiku."

Pembalasan dendam macam apa yang diinginkan oleh Adrian?

"Ravi!" Ravi tersentak ketika mendengar suara Raymond yang menggedor pintu di belakangnya. Namun, sebelum Ravi bisa membalas panggilan Raymond. Tangan besar milik Adrian telah lebih dahulu menutup mulutnya erat.

Ravi memberontak dengan Adrian yang mencengkeramnya, menahan Ravi untuk pergi dari sisinya. Tangan itu melilit leher Ravi sehingga dia tidak dapat berkutik.

"Aku ingin melihat bagaimana dengan Raymond juga Daniel kehilangan kendalinya lagi." Adrian berkata dengan penuh penekanan.

"Ravi!" Pintu hancur di depannya. Ravi menatap Raymond dengan permohonan untuk dilepaskan, tawa gila dari Adrian langsung membangkitkan kemarahan Ravi semakin menjadi. Dia menendang asal di manapun pada Adrian untuk meloloskan diri. Menggigit tangannya, melukai lengan itu dengan kukunya akan berarti apa-apa.

Ravi tersentak ketika kaca di sebelahnya pecah tiba-tiba bersamaan dengan lampu yang berkedip lalu mati, udara menjadi dingin dan seolah semakin mencekik Ravi. Dia bahkan baru menyadari bagaimana Raymond di depannya telah mengeluarkan sayap hitamnya hingga membentang menghancurkan sisi toilet. Untuk sesaat Ravi merasakan ketakutan mulai melingkupinya saat tatapan berkilat penuh amarah ada di mata Raymond yang Ravi sendiri tahu itu bukan tertuju untuknya.

"Lepaskan dia." Raymond berkata seolah suaranya diseret dari tenggorokkannya.

"Orang rendahan, terbelakang dan terbuang sepertimu berani memerintahku?" Ada tawa yang memekakakkan telinga Ravi, dia tidak pernah berhenti melawan untuk meloloskan diri. Membenci setiap suara juga kalimat keluar dari Adrian yang menghina Raymond.

"Diam."

Adrian berdecih, tetapi selanjutnya dia berbisik tepat di telinga Ravi. "Apakah harus melakukan di depannya?"

Ravi sangat tahu apa yang dimaksud oleh Adrian, apalagi ketika tubuh Ravi tersentak saat sebuah tangan besar telah menyusup masuk ke dalam kausnya. Dengan gerakkan refleks, Ravi menggigit kuat-kuat tangan yang masih saja menutup mulutnya,, tetapi tetap saja Adrian tak kunjung bergerak untuk melepaskannya.

"Beraninya!"

Sayap hitam milik Raymond mengibas ke arahnya, Adrian bergerak sama cepatnya dengan kedatangan sayap itu untuk menghindar. Dalam pergerakkan cepat dari Adrian hal itu memberikan beberapa detik bagi Ravi untuk menendang kemanapun pada tubuh Adrian hingga dia bisa lepas dari cengkeramannya dan terjatuh dengan lutut membentur lantai. dengan keras.

"Ravi!"

Tangan Ravi terulur dan bangkit berdiri susah payah, belum sampai dirinya menyentuh tangan Raymond. Adrian tiba-tiba telah meraih kerah belakang bajunya dan menarik Ravi berdiri, saja menyentaknya dengan keras hingga membuat napas Ravi tercekat hingga punggungnya membentur sesuatu yang empuk di belakangnya. Perasaan yang sama datang kembali, dia membuka matanya untuk mendapati Adrian telah berada di atasnya dengan kedua tangan telah melingkar erat di lehernya.

"Siapa yang akan menolongmu di sini?"

Ravi terengah kesulitan untuk mengambil napasnya di bawah cekikan Adrian yang menatapnya dengan mata berkilat. Ravi sama sekali tidak menunjukkan ketakutannya, tangannya menahan Adrian agar tidak semakin mengerat. "Aku yakin Raymond akan datang dan membalas semua yang kamu lakukan padaku."

Suara tawa mengejek keluar dari bibir Adrian, dia menghempaskan Ravi dan bangkit berdiri dengan angkuh sementara Ravi duduk memegangi lehernya yang terasa sangat sakit sambil meraup oksigen sebanyak mungkin masuk ke dalam paru-parunya.

"Anjing sepertinya bisa apa? Dia tidak akan bisa melakukan apapun apalagi jika kamu berada di tanganku."