webnovel

Sayap Hitam

Di hari ulang tahunnya, Ravi Lazy Arsenio meminta permohonan secara asal sambil meniup lilin pada kue ulang tahun untuk menurunkan seorang bidadari dalam hidupnya. Ketika Ravi menuju kamarnya di hari yang sama dia dikejutkan dengan seorang pria asing berada di dalam kamarnya hanya mengenakan celana panjang kulit. Pria itu bernama Raymond mengatakan bahwa kehidupan serta dirinya adalah milik Ravi yang tujuan kedatangannya adalah untuk menjaga Ravi dan mendampinginya dalam banyak hal, dibuktikan dengan tato alami besar bertuliskan nama Ravi di dadanya. Ditambah kelakuan Raymond seperti anak-anak di bawah lima tahun yang mudah menangis dan tidak akan melakukan apapun tanpa perintah Ravi. Kemudian ada rahasia besar yang harus mereka tutupi tentang Raymond yang muncul entah dari mana adalah dia mempunyai sayap besar, berwarna hitam dan lembut, keluar dari punggungnya. Tidak hanya itu, Raymond selalu menembakkan aroma-aroma yang hampir membuat Ravi kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dengan kedatangan Raymond juga membuat kehidupan Ravi berubah menjadi lebih rumit dari sebelumnya yang justru mengantarkan dirinya ke dalam masalah besar yang tak pernah Ravi bayangkan. Yaitu bertemu dengan Adrian bersayap putih yang menginginkan kematian Ravi di tangannya. Siapakah sebenarnya Raymond? Apa tujuan sebenarnya? Masa lalu kelam apa yang coba Raymond dan keluarganya sembunyikan dari Ravi selama ini?

White_Black033
Not enough ratings
47 Chs

Hapus 2

"Ravi, bolehkah aku yang bekerja?" tanya Raymond tiba ketika Ravi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya.

Yah, dengan kedatangan Daniel di hari pertamanya bekerja, Ravi pun akan mengira bahwa dia tidak dapat bekerja lagi di sana apalagi dengan janji yang sebelumnya dia buat dengan Liam dengan Ravi tidak datang ke sana. Ravi harus mencari pekerjaan baru setelah dia meminta maaf lebih dahulu pada Liam yang telah membuat kekacauan di toko rotinya.

"Tidak, biarkan aku yang melakukannya," kata Ravi tidak bisa membiarkan Raymond melakukan hal itu. Raymond sendiri mengatakan bahwa dia hidup dan tinggal di dunia tengah yang sama sekali berbeda di mana Ravi tinggal ini. Saat pertama kali dia bertemu Ravi, Raymond bahkan tidak bisa membuka pintu, menyalakan keran, menghidupkan kompor listrik atau pun terkadang hal-hal sederhana yang lain, bagaimana Ravi membiarkan Raymond untuk bekerja.

"Mengapa Ravi?" tanya Raymond bangkit berdiri di hadapan Ravi.

"Bekerja tidak semudah itu, Raymond. Ada beberapa hal yang harus dilakukan tidak dapat kamu mengerti dengan baik," kata Ravi yang dia sendiri sebenarnya bingung ingin menjelaskan Raymond seperti apa agar tidak menyinggungnya.

"Kalau begitu aku akan ikut Ravi ketika bekerja."

"Tidak, kamu harus di rumah."

"Ravi aku selalu gelisah ketika aku tidak melihat Ravi, ketika aku mendapatkan firasat buruk tentang Ravi saat itu, aku sangat sulit untuk menemukan Ravi."

Ravi tidak bisa membayangkan ketika Raymond mencarinya kala itu saat kedatangan Daniel dan pada akhirnya menemukan Raymond dan menyelamatkannya. Ravi mengenakan pakaian yang telah tersedia di atas ranjang, akhir-akhir ini Raymond selalu melakukannya padanya dan terkadang hal itu membuat Ravi malu.

"Aku akan baik-baik saja kali ini dan ketika aku pergi aku akan mengatakannya padamu." Ravi tanpa pikir panjang langsung membaringkan tubuhnya melintang di atas kasur, bahwa dirinya merasa benar-benar malas untuk sekarang. Raymond mengikuti apa yang Ravi lakukan dengan berbaring di sebelahnya.

"Bolehkah aku memeluk Ravi?"

"Tidak."

"Kalau begitu bisakah aku ikut dengan Ravi untuk bekerja?"

Ravi memutar matanya malas. "Tidak. Kamu tidak akan bisa melakukan itu."

Raymond cemberut, tetapi dia tidak mengatakan apapun lagi dan dalam keheningan ini Ravi tiba-tiba mengingat perkataan Raymond yang mengganggu pikirannya. "Raymond, tentang Daniel, apakah dia berbohong?"

"Apa itu?"

"Apakah Daniel adalah ayahku?"

Raymond tidak langsung menjawab dan itu membuat Ravi menjadi was-was seketika, bagaimana jika apa yang Daniel katakan adalah benar? Daniel yang selama ini Ravi ketahui mengaku sebagai kakaknya ternyata adalah ayahnya sendiri, Ravi tidak bisa mengakui itu. "Apakah itu benar, Raymond?"

"Itu benar," jawab Raymond sambil menjauhi pandangan Ravi. Raymond mengetahuinya, tetapi dia tidak mengatakan apapun sebelumnya pada Ravi dan hal itu membuat Ravi sedikit kecewa walaupun Ravi sendiri tahu bahwa semua pasti mempunyai alasan.

"Aku terkejut. Aku tidak pernah menyangka tentang ini."

"Apa yang Ravi rasakan ketika Ravi tahu?" tanya Raymond berbaring miring.

Ravi mengingat kembali apa yang dia rasakan saat itu pada dirinya. "Aku terkejut, aku mengira bahwa itu hanya omong kosong dan sekarang ketika aku tahu kebenarannya, aku tidak merasakan apapun. Daniel bisa mengatakan bahwa dia adalah ayahku, tetapi aku tetap akan meyakini bahwa aku tidak pernah memiliki orangtua. Mereka hanya membuatku ada di dunia ini dan pergi dengan urusan masing-masing."

Ravi bahkan tidak repot-repot bertanya mengenai ibunya pada Raymond, jika ibunya masih hidup ke mana dia selama ini kalau benar-benar peduli pada Ravi. Daniel pun sama saja dengan berbohong pada Ravi, itu menyakitkan selama bertahun-tahun.

"Jadi, apakah Daniel sama sepertimu?" tanya Ravi.

"Benar, Daniel adalah elf murni dan seorang anak raja."

Kali ini benar-benar mengejutkan Ravi sehingga dia langsung bangkit untuk duduk dan menatap Raymond untuk meminta kejelasan atas apa yang baru saja Ravi dengar. "Bagaimana itu bisa? Sementara Daniel ada di sini?"

Raymond juga ikut duduk, matanya tertunduk memperhatikan jemarinya. "Aku sudah bersumpah untuk tidak mengatakannya, maafkan aku Ravi."

Ravi segera menggeleng, Raymond tidak perlu mengatakan apapun untuk membuat Ravi semakin yakin tentang itu. "Aku tidak hidup dalam dunia dongeng, ini terasa tidak masuk akal."

Setelah mengatakan itu, Ravi tidak mengatakan apapun lagi. Namun, hal itu tidak mengherankan dengan Adrian yang datang dan mengusiknya juga, di hari pertama seharusnya Ravi menyadari bahwa Daniel pastilah seperti Raymond, seorang elf.

"Ketika punya cukup uang, kita harus pindah dari kota ini." Ravi memutuskan. Dia bangkit berdiri melihat ke arah Raymond. "Raymond, apakah kamu ingin ikut kau untuk membeli makanan di luar?"

Raymond berdiri dengan dengan semangat. "Aku akan bersama Ravi."

Ketika mereka keluar, Raymond lebih dahulu meminta izin padanya untuk menggenggam tangan Ravi yang dingin sebelumnya tanpa sengaja tersenggol.

"Aku sangat senang menggenggam tangan Ravi, dan orang-orang melihatnya." Raymond berkata bangga dan Ravi hanya mengabaikan apa yang Raymond katakan.

"Raymond, kamu ingin memakan apa?"

"Apakah aku boleh mengatakannya?" tanya Raymond menggenggam makin erat tangan Ravi yang mulai menghangat.

"Katakan saja, apa itu?"

"Aku ingin pasta."

"Baiklah, kita akan membeli pasta dan memasakkannya untukmu."

"Terima kasih, Ravi. Aku sangat senang."

Ravi hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya. Ravi dan Raymond masuk ke sebuah supermarket itu untuk membeli apa yang mereka butuhkan. Ravi tahu bahwa ini bukan kali pertama Raymond datang ke tempat ramai dan penuh dengan barang-barang berbagai warna ini, tetapi melihat kekaguman

Namun, seketika tubuh Ravi menegang dan tiba-tiba saja Ravi tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. "Raymond, tunggu di sini. Aku ingin pergi ke toilet sebentar."

"Aku akan ikut."

Dia secara aneh langsung melepaskan tangan Raymond dan melangkah menjauh. "Jangan mengikutiku, aku tidak akan lama. Tunggu di sini."

"Ravi?"

Namun, sekeras apapun Ravi mencoba untuk melawan dirinya sendiri. Dia hanya berakhir sia-sia, kakinya membawa dirinya tanpa harapan pergi menjauhi Raymond. Ravi tidak dapat membuat kode apapun agar Raymond mengerti bahwa Ravi tidak berada dalam kendalinya sendiri lagi. Raymond berada jauh di belakangnya dan menunggu Ravi untuk datang kembali padanya, tetapi firasat buruk Ravi menguasai dirinya dan mengatakan bahwa hal buruk akan menerpanya cepat ataupun lambat.

Saat Ravi membuka pintu toilet yang berada di supermarket itu seketika Ravi terkejut dengan seseorang yang menyambutnya dengan sebuah seringai dan saat itu Ravi sepenuhnya memiliki kendali tubuhnya lagi.

"Hey, berapa lama kita tidak berjumpa?"