webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
377 Chs

CH.139 Kencan

Esok harinya semuanya pergi sesuai kehendaknya masing-masing. Sebelum pergi, aku sudah memberi mereka uang yang cukup. Berapa? 5 Plata setiap orang. Jadi aku mengeluarkan uang 50 Plata dalam satu hari. Ahh tidak usah hitung-hitungan soal uang deh.

"Sekarang kita sudah berdua sendiri, bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat yang Kioku pasti suka?"

"Tempat yang aku suka? Bukannya Koshiyu juga baru pertama kali datang ke tempat ini? Kok kelihatannya tahu banyak saja?"

"Hehehe, tentu saja aku tahu. Tanya warga sekitar dong."

Hahaha, bisa juga Koshiyu melakukan hal seperti itu. Aku tidak menduga dia akan bertanya kepada seseorang yang tinggal di sini tentang tempat yang bagus dan menarik untukku di sini. Kurasa dia memang berusaha melakukan yang terbaik untukku.

"Bisa begitu juga. Kalau gitu suamiku yang terbaik, tunjukkan jalan untuk ratumu ini."

"Tentu saja ratuku."

Walau aku jarang sekali mengeluarkan kata-kata yang memulai candaan lebih dulu, aku ingin melakukannya sekali-sekali. Hal seperti ini bisa menarik juga di saat tertentu. Yaa itu pun kalau tanggapan atau balasan dari Koshiyu juga menyenangkan.

"Memangnya kita mau ke mana sih? Jadi buat orang penasaran saja."

"Kalau aku beri tahu tidak seru jadinya. Sudah ikut aku saja maka Kioku akan merasakan tempatnya akan luar biasa."

"Hahaha, menarik-menarik. Aku ingin tahu bagaimana caramu membawaku bisa bahagia walau selain di rumah atau hutan Heiyu."

Berjalan berdua bersama Koshiyu sambil dia menggendong Shiakira membuat kami terlihat menjadi keluarga yang serasi. Bahkan karena penampilan kami yang berbeda dengan warga asli sini, kami semakin menarik perhatian banyak orang.

Untung saja aku sudah terbiasa dengan adanya perhatian orang sebanyak ini. Tentu saja, kalau aku sedang jalan-jalan dengan Koshiyu di kota pusat, warga kota pasti akan tertarik dan ingin berbicara dengan kami.

"Akan kupastikan Kioku sayang akan terkejut sampai membuat muka puas dan mengatakan wah yang panjang.��

"Hohoho, aku bukan tipe orang yang mudah terkejut lho. Kalau begitu silahkan buktikan maka aku akan nilai apa benar tebakanmu itu sayang."

Kalau boleh dikatakan aku adalah orang yang hampir seluruh hidupku menghadapi segala sesuatu dengan terlalu serius. Mungkin karena aku sudah terbiasa hidup sendiri dari kecil jadi manja bukan lah salah satu tipeku. Dengan tidak dimanja maka aku harus serius menghadapi apa pun yang terjadi sendiri.

"Walau kita sudah punya Shiakira, rasanya kita seperti sedang berkencan."

"Hmm kalau dipikir-pikir kita tidak pernah melakukan sesuatu yang bisa dianggap berkencan ya? Walau kita sering berjalan-jalan saat sedang istirahat di kota, tetapi rasanya itu bukan berkencan."

Sejak masih di akademi, bahkan setelah kita menikah dan punya Shiakira, kami tidak pernah namanya memuaskan diri dengan lepas tanpa gangguan apa pun. Oh jangan anggap menarik perhatian itu sebagai gangguan, itu adalah hal yang alami.

"Benar juga kata Kioku. Kurasa kita memang harus meluangkan waktu kita lebih lagi untuk menikmati hidup kita berdua. Kita tidak pernah pacaran dan langsung menikah bukan? Kehidupan kita beda dengan yang lain."

"Namun yang berbeda itu lah yang membuat hidup kita menarik. Kalau yang lainnya pacaran sebelum menikah, maka sekarang anggap saja kita sedang pacaran, hahaha."

Kalau mengingat soal hal yang seperti ini aku jadi teringat tentang kehidupan yang dijalani Sin. Kalau tidak salah hidupnya menikahi istrinya saja karena ketidaksengajaan. Seingatku karena Sin menghamili istrinya dan terpaksa menikahinya.

Walau begitu dari memori yang kubaca dia tetap bahagia walau terpaksa menikahinya. Bahkan dia merasa begitu sedih dan kehilangan saat istrinya sudah tiada. Kasihan sekali dan begitu tragis cara mati istri Sin.

"Ki… Ki… Kioku!"

"Ahh ya kenapa?"

"Kenapa melamun begitu? Apa Kioku sedang memikirkan sesuatu yang begitu penting? Atau bahkan sesuatu yang menyedihkan?"

Penting? Kurasa memori Sin ini lah yang membuatku bisa bertahan walau di tengah-tengah kehidupanku yang kacau ini. Menyedihkan? Bisa dikatakan begitu, aku merasa sedih dengan cara mati istri Sin yang berkorban untuk suaminya, dan begitu juga kematian Sin untukku.

"Tidak-tidak. Tidak perlu dibahas. Apa kita sudah hampir sampai?"

"Hmm, tidak jauh lagi sih kata warga. Mungkin sekitar beberapa menit berjalan lagi."

Aku tidak mengira bahwa hanya dengan memikirkan Sin dan kehidupannya membuatku merasa sedih. Apalagi yang bisa kuharapkan dalam hidupku setelah melihat kehidupannya yang begitu sulit. Bahkan sampai matinya pun dendam kepada papa belum terbalaskan yang akhirnya menggunakan sihir sementara untuk membunuhnya.

"Ah itu dia! Sini-sini!"

"Ahh tu-tunggu aku sebentar. Jangan tarik aku ishh."

Namun ketika Koshiyu berhenti menarikku dengan tiba-tiba, aku menabrak bagian belakang tubuhnya dengan tidak sengaja. Aku tidak tahu kenapa dia tidak mengatakan sepatah kata pun seperti maaf atau apa, tetapi aku tahu itu bukan hal yang disengaja.

"Lihat lah Kioku betapa indahnya pemandangan ini."

Ketika Koshiyu mengakatakan tentang betapa indahnya pemandangan itu, aku langsung menyingkirkan diriku dari belakang tubuh Koshiyu menuju sampingnya. Dengan ucapannya, aku melayangkan pandanganku jauh ke depan ke arah Koshiyu melihat.

"Ini… aku tidak pernah menyadari bahwa ada tempat seperti ini bahkan di dunia ini."

"Benar bukan? Yang aku tanyakan ke warga adalah apa ada tempat untuk melihat pemandangan yang begitu bagus di kota ini. Pertama aku hanya mendengar saran mereka, tetapi ketika aku melihat langsung aku juga terkagum."

Apa yang aku lihat? Katakan saja sebagai secuil gambaran gerbang surga. Di sini ada banyak pohon sakura yang berjajar, burung-burung bercuit merdu, angin menghembus pelan, bahkan cakrawala sore hari menyisir luas dengan warna mencoloknya. Ini adalah sesuatu yang di luar bayanganku sama sekali, rasanya damai aku berada di sini.

Misal saja aku punya waktu yang tidak terbatas, rasanya aku bisa saja menghabiskan waktuku di sini terus-menerus. Dari pertama aku melihat, itu membuat seluruh tubuhku menjadi merinding merasakan kebahagiaan dalam hidupku.

"Indah sekali…."

"Ayo kita duduk di rumput situ sambil menikmati waktu sebelum matahari terbenam."

Kami membentangkan kain alas yang kusimpan di dalam kalung. Entah kenapa aku suka saja menyimpan bermacam-macam barang dalam kalungku agar kalau terjadi sesuatu dan membutuhkan suatu benda, sudah siap tanpa sulit mencari.

"Tidak bawa makanan ringan kah?"

"Bawa, ada roti isi yang kubuat tadi pagi."

"Wah ada kah? Mau-mau!"

Buat kebanyakan orang kencan adalah pergi ke suatu tempat yang romantis atau lain sebagainya, tetapi buat kami kencan dengan menikmati waktu seperti ini sudah cukup. Lagipula kencan seperti itu hanya bisa dilakukan sebelum menikah, bukan sesudah.

"Kalau Kioku memang suka tempat ini, kenapa tidak sekali-sekali kita pergi ke tempat ini dengan sihir teleportasi? Tidak perlu Kioku yang menggunakan, aku saja bisa."

"Tidak, jangan gunakan sihir teleportasi hanya untuk menyenangkan diriku. Dalam kehidupan sehari-hariku aku saja sudah cukup senang. Tidak perlu harus seperti ini baru aku bisa merasa senang."

"Hmm~ kalau begitu katakan saja aku memaksa Kioku datang ke sini dengan kemauanku. Aku memaksa Kioku datang ke sini bersamaku lagi lain kali."

Ughh, kenapa dia selalu melakukan seperti itu hanya untuk aku sih? Aku tahu memang dia mau membuatku merasa bahagia, tetapi aku jadi merasa membebaninya saja terus-menerus. Padahal diriku sendiri paling tidak suka jadi beban untuk orang lain.

"Uhh… hah~ terserah sayang deh."

"Benarkah? Janji ya?"

Janji kelingking, hal lama yang sudah sangat jarang dilakukan ketika sudah dewasa. Biasanya dilakukan kalau masih anak kecil, tetapi sekarang Koshiyu mengulurkan jari kelingkingnya kepadaku berharap aku membalasnya.

"Iya, iya janji."

"Nahh begitu dong."

Aku yang dalam keadaan ini sudah pasrah hanya bisa membalasnya. Hei, sebenarnya ide untuk pergi ke sini kalau sedang terpuruk tidak buruk juga. Ini bisa menjadi tempat yang merilekskan tubuh serta pikiran untukku.

"Masih ada roti isi lagi?"

"Ada kok, aku membuat banyak. Mau teh?"

"Ohh teh penenang kah?"

"Sayang sekali bukan, tetapi tetap teh yang menyegarkan kok."

Kami berbincang-bincang sampai matahari sudah terbenam begitu jauh. Namun bahkan sampai malam pun kami belum pulang ke penginapan karena ada pemandangan yang jauh lebih menarik ketika matahari sudah terbenam.

"Kioku, lihat ke atas."

"Bintang… bahkan ini jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang kita lihat di rumah kita sendiri. Tempat ini memang luar biasa."

Dalam keadaan ini aku dan Koshiyu berbaring melihat ke langit yang begitu luas. Kurasa sekuat apa pun kami, sebesar apa pun takhta kami, seberapa tinggi niat ambisius kami, langit dan dunia lain masih terlalu besar untuk kami tangani.

Oh ya, untungnya dari tadi Shiakira tidak banyak rewel malah bermain dengan kupu-kupu yang terbang di sekitarnya karena banyaknya jumlah bunga di sini. Dengan kedatangan kami di sini membuktikan bahwa keluarga kami menjadi sangat bahagia.

"Kioku walau aku tidak mau membahas ini sekarang, tetapi mau kah Kioku berjanji sekali lagi denganku bahwa sampai terjadi hal buruk apa pun Kioku tidak akan menggunakan kekuatan dewi milik Kioku?"

Mendengar Koshiyu mengatakan tentang kekuatan dewiku membuat jantungku berhenti sedetik. Suara yang keluar dari mulutnya mempunyai nada depresi dan menunjukkan perasaan tertekan. Kurasa kelihangan diriku dalam kehidupannya adalah hal terakhir yang dia ingin lihat dan rasakan.

"Aku tidak tahu aku bisa menepati janji ini terus-menerus sampai akhir hidupku. Namun aku akan berusaha tidak menggunakan kekuatan ini sama sekali."

"Yang aku bisa lakukan hanyalah memohon supaya tidak ada masalah yang menimpa kita atau bahkan siapa pun yang membuat Kioku harus turun tangan."

Aku tahu dengan jelas yang sebenarnya Koshiyu ingin katakan apa. Dia sebenarnya tidak menginginkan aku maju berperang melawan Imperial Arkness untuk menyelesaikan semuanya ini. Tentu saja, hal ini adalah hal paling berbahaya dalam hidup siapa pun.

Pertarungan yang akan terjadi nanti mungkin akan menjadi pertarungan hidup dan mati. Yang satu akan tetap hidup dan bertahan, dan yang lain akan mati. Menakutkan? Kurasa untuk sebagian besar orang itu sangat menakutkan.

"Tentu saja."

Koshiyu secara reflek langsung menarikku dalam pelukannya. Aku tahu sebenarnya dia melakukan itu hanya untuk menutupi tangisannya agar aku tidak melihat dia menangis. Yang aku bisa lakukan hanya lah memeluk balik dan mengelus punggungnya dengan pelan agar dia menjadi tenang kembali.