Mereka semua masuk ke dalam, meninggalkan kedua penjaga sedang berlutut. Beliau berjalan dua langkah di depan, sedangkan mereka semua mengikutinya dari belakang. Para prajurit istana yang melintas, berhenti berjalan ketika melihat sosoknya. Prajurit tersebut berdiri tegak, sambil memegang prisai dan tombak. Sedangkan dayang istana, hanya membunngkuk dan menunduk sembari merapatkan kedua telapak tangan.
Aura Sang Patih, membuat siapa pun bertekuk lutut kecuali keluarga kerajaan. Lorong yang luas, berbagai macam benda terbuat dari emas membuat suasana istana terlihat mewah. Ukiran-ukiran di dinding, membuat Istana Kayangan terlihat seperti Kerajaan Nusantara. Fadil merasa dirinya, telah berada di tahun 1300 ketika Indonesia masih belum berdaulan dan terdapat banyak sekali kerajaan di Tanah Nusantara. Sebuah karpet merah, membentang luas membuat Fadil, Tina dan Luna merasa seperti bangsawan.
"Fadil, itu namamu bukan?" tanya Sang Patih menoleh ke belakang.
"Iya tuan," jawab Fadil.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com