webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Sin suficientes valoraciones
102 Chs

Bertemu dengan Sunandar: di Rumah

Bau tidak enak hinggap pada hidung Bu Rati yang sedang menggendong Marie. Sebenarnya tidak hanya Bu Rati, tapi semua orang yang ada di ruangan itu juga menciumnya. Pak Sumi cepat-cepat menyuruh Bu Rati untuk keluar dari ruangan ini. Karena Pak Sumi pikir Bu Rati tidak perlu melihat hal ini.

"Bau apa ini (pak)?" Tanya Bu Rati ke Pak Sumi.

"Bau? Bau apa? sudah ayo kita pergi, lihat Marie sudah menangis." Kata Pak Sumi.

Rombongan Pak Sumi pun pergi. Mereka masuk kembali ke mobil dan langsung tancap gas untuk pulang begitu saja. Marie yang menangis akhirnya kelelahan dan tertidur di dalam mobil yang memang sengaja diatur dingin temperaturnya. Mereka lalu menjemput Quora yang berada di penginapan.

Pak Sumi menyembunyikan fakta jika bau itu adalah bau sperma manusia yang dikeluarkan oleh Sunandar ketika dia melihat Marie. Tubuhnya terangsang sampai mengeluarkan cairan putih itu. Pak Sumi tahu dari awal jika Sunandar sedang terangsang ketika dia melihat Marie. Sepertinya hanya sipir dan Pak Sumi yang menyadari hal ini. Untung saja celana pendek yang dipakai Sunandar berwarna gelap, jadi air yang keluar tidak terlihat dari luar.

"Orang itu, bukannya lebih cocok jika dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa?" Kata Bu Rati.

"Dan hukuman apa menurut ibu yang akan dia dapat? menikmati masa tuanya di rumah sakit jiwa?" Timpa Pak Sumi.

"Tapi dia tidak waras." Kata Bu Rati.

"Waras? ah ya tentu saja dia tidak waras. Tapi apa ibu tidak mendengarnya tadi? dia menyebut anak-anak seusia Marie. Dia menyekap banyak anak lain." Kata Pak Sumi sedikit menaikkan suaranya.

Bu Rati diam memangku Marie didekapannya. Quora yang merasa tidak enak berada di kursi belakang mobil sendirian (bersama kursi roda lipat Marie) ditengah perbincangan suami istri itu, memutuskan untuk memakai earphone-nya dan mendengarkan lagu.

"10 tahun Marie bersamanya. 10 tahun bu, dan dia juga mengatakan bahwa Marie adalah favoritnya dan menyiapkan untuk yang terakhir. Dia sudah merenggut masa depan anak-anak. Banyak anak." Kata Pak Sumi.

"Pedofil." Kata Bu Rati singkat.

"Pedofil? hanya itu? tidak. Dia memang tidak waras. Ha. Aku dan Warno sudah sepakat jika orang itu itu terlalu berbahaya untuk hidup." Kata Pak Sumi sedikit bergurau.

"Ih, alasan apa itu." Kata Bu Rati.

Kemudian Pak Sumi tertawa kecil. Tidak mungkin bagi Pak Sumi untuk mengatakan semuanya kepada Bu Rati. Tentang kepribadian ganda, gay, muncikari, dan otak diatas hilangnya banyak anak-anak yang menjadi isu internal kepolisian seluruh Indonesia selama beberapa tahun ini. Ketidaktahuan itu membuat nyaman. Selain itu adalah kode etik kepolisian, tapi tetap saja Pak Sumi tidak ingin istrinya tahu sebusuk apa orang yang telah bersama anaknya itu selama 10 tahun.

Setelah berterima kasih kepada petugas lapas karena telah diantar sampai ke stasiun, Mereka berempat melanjutkan perjalanan pulangnya. Menunggu kereta api jalan, Marie bangun. Dilihatnya muka Ibunya dan ayahnya yang ada didepannya membuat Marie merasa tenang. Dia berpikir jika semuanya telah berakhir.

"Pagi nak." Kata Bu Rati.

"Eh Marie sudah bangun." Kata Pak Sumi.

Marie melempar senyumnya kepada mereka berdua. Marie melihat ada orang lain lagi di sebelah Pak Sumi, seseorang yang sedang sibuk dengan telepon genggamnya yang sedang dimiringkan. Orang itu adalah Quora. Merasa diawasi, Quora melihat ke Marie. Quora tersenyum, begitu pun Marie. Tak lama setelah kereta jalan, Marie tertidur lagi berkat obat yang rutin Marie konsumsi setelah makan. Efek tidur akan membuat penyembuhan Marie semakin cepat.

Sampai di Surabaya, mereka bertolak ke kantor polisi dengan mobil jemputan dari salah satu anak buah Pak Sumi. Sampai di Kantor, Pak Sumi harus menyalakan senternya lantaran sedang ada pemadaman listrik.

"Makasih ya, Quora." Kata Pak Sumi.

"Ah, tidak apa-apa pak, toh Aku juga bisa libur sampai besuk." Kata Quora.

"Lah?" Kata Pak Sumi.

"Kan Surat tugasnya sampai besuk, hehe." Kata Quora.

"Ya. Tetap standby hapemu, kalau nanti Aku hubungi." Kata Pak Sumi.

"Siap Pak!" Kata Quora.

Pak Sumi dan Bu Rati masuk ke dalam mobil.

"Maaf ya, selalu kami repoti." Kata Bu Rati.

"Ahaha... tidak apa-apa bu." Kata Quora.

Pak Sumi langsung menuju ke rumah sakit kembali. Sampai di tempat parkir rumah sakit, Bu Rati tidak kunjung turun.

"Loh kenapa gak turun?" Kata Pak Sumi kebingungan.

"Pak jangan disini parkirnya, nanti susah keluar." Kata Bu Rati.

"Apa yang kamu katakan? kan Aku juga akan tidur disini malam ini." Kata Pak Sumi.

"Bapak mau tidur sendirian disini?" Tanya Bu Rati.

"Loh, terus Marie?" Kata Pak Sumi.

"Malam ini Marie akan tidur di rumah ya." Tandas Bu Rati.

Lalu mereka mengambil barang-barang yang masih tertinggal di kamar rumah sakit dan kemudian pulang ke rumah.

....

Kini kehidupan Keluarga Sumi telah menemukan ritmenya kembali. Setelah sekian lama melakukan Operasi untuk Marie, akhirnya anak 'pungut' mereka itu telah selesai menjalani operasinya dan kini dapat menjalani pengobatan pascaoperasi di rumah. Pak Sumi dan Bu Rati sama-sama bekerja. Mereka menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda karena Marie.

Bu Rati makin sibuk dengan pekerjaannya yang ada di rumah sakit. Selain mengurus pasien dan panggilan CITO, ada satu hal tambahan yang harus dilakukan Bu Rati. Hal itu adalah persiapan presentasi kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait dengan keberhasilan timnya melakukan operasi pada Marie.

Lain halnya dengan Bu Rati, Pak Sumi dapat bernapas lebih lega sekarang. Tidak ada tugas yang menumpuk - karena selama Marie dirawat, Pak Sumi tetap bekerja - masalah batin lainnya juga sudah selesai (masalah batinnya adalah Marie). Kini Pak Sumi dapat bekerja lebih tenang. Sama seperti hari ini Pak Sumi sedang berada di kantor. Pak Sumi yang baru saja keluar dari mobil kebetulan bertemu dengan Pak Warno. Mereka berdua masuk ke dalam kantor.

"Jadi kapan Psikopat itu di hukum mati?" Tanya Pak Warno.

"Harusnya hari ini." Jawab Pak Sumi.

"Anakmu tidak apa-apa?" Lanjut Pak Warno.

"Kalau tidak ada Rati, mungkin. Untung saja dia ikut. Ah terima kasih bantuanmu waktu itu." kata Pak Sumi.

"Ya, tidak masalah. Ah omong-omong, datang ya bulan depan." Kata Pak Warno.

"Datang? oh pesta pernikahan Rani ya?" Kata Pak Sumi.

Belum Pak Warno membalasnya, mereka dikejutkan oleh suara seseorang yang berteriak.

"Selamat pagi pak!" Kata Quora yang kebetulan tengah mendapat giliran jaga di bagian depan.

"Ya pagi, lah ini anaknya. Kamu sudah memberikan undangan ke bosmu kan?" Kata Pak Warno ke Quora.

"Kemarin, kalau sudah diundang ya aku akan datang, InsyaAllah. Semoga lancar kalian berdua. Ah Quora, setelah jaga bisa ke ruanganku?" Jawab Pak Sumi.

"Siap pak!" Kata Quora.

...

Marie sedang tidur di kamarnya seorang diri. Bu Rati bilang kepadanya jika dia akan pulang 4 jam lagi, setelah ia selesai dengan giliran jaganya hari ini. Sebenarnya Marie tidak benar-benar tidur, dia hanya berbaring. Kadang anak itu menggoyang-goyangkan bandannya untuk melatih anggota tubuh barunya. Kegiatan ini dilakukan untuk terbiasa dengan tangan kanan dan kaki kiri besinya yang baru. (1)

Kegiatan ini juga dilakukan Marie demi beradaptasi dengan sebelah otaknya yang baru. Sakit bila dibuat bergerak ataupun berpikir sedikit saja, tapi lambat laun Marie mulai bisa menguasainya.

"Hei, Hei..." Marie berbicara sendiri.

Dia ingin memunculkan teman yang selalu didekatnya (Aquastor). Tapi tidak bisa, Aquastor mungkin telah mati bersama Lili. Mereka menjadi tumbal terakhir untuk Marie bisa bangkit lagi. Ini juga menjadi yang terakhir bagi Marie untuk bisa tetap hidup dengan mengorbankan orang lain. Lantaran Aquastor, 'orang' yang membuat hal ini mungkin telah mengorbankan dirinya untuk Marie.

Beberapa jam kemudian Marie mendengar kunci pintu rumah yang terputar. Pintu rumah terbuka. Terdengar suara salam dari laki-laki dan perempuan. Pak Sumi dan Bu Rati pulang bersama. Mereka langsung menuju ke kamar Marie. Marie menjawab salam mereka. Marie tahu cara menjawab dari memerhatikan orang-orang yang berinteraksi dari orang tuannya.

Bu Rati tidak lagi menggerak-gerakkan badan Marie. Marie yang sekarang bisa melakukannya sendiri. Sekarang Bu Rati memiliki fokus baru untuk mengolahragakan Marie. Yaitu olahraga psikisnya. Setelah selesai bersih diri, Bu Rati mengajak Marie berkeliling menggunakan kursi rodanya. Marie mungkin bisa 'berseluncur' sendiri mengingat kursi roda miliknya bisa maju dengan pengendali yang ada di tangan kanannya. Namun, Bu Rati ingin tetap mendampingi anak itu. Sedangkan Pak Sumi biasanya akan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Lalu Bu Rati setelah mandi akan menarik badannya, menyuruhnya untuk mandi terlebih dahulu.

Sudah empat hari ini seperti itu terus. Namun tidak, kali ini Pak Sumi sedikit bersemangat dari pada biasanya. Tanpa disuruh bangun Bu Rati, Ia bangun sendiri, kemudian segera ke kamar mandi.

"Loh tumben?" Tanya Bu Rati.

"Nanti juga kalau aku tidak bangun, pasti kamu ganggu tidurku." Jawab Pak Sumi.

Bu Rati tertawa.

"Ah aku juga mau ikut kalian jalan-jalan." Kata Pak Sumi.

"Tanya Marie, kok tanya aku." Kata Bu Rati.

"Ayah ikut ya nanti." Pinta Pak Sumi.

"I..ya!" Kata Marie lirih, namun bersemangat.

Sore itu mereka bertiga memutuskan untuk jalan-jalan. Belum sempat keluar rumah, Mereka terhenti setelah mendengar bunyi suara bel. Ada tamu. Bu Rati membuka pintu. Wanita itu kaget, saat melihat tamunya tersenyum, khas senyumnya Pak Sumi.

"Loh Pak Suma! kok tidak bilang jika mau kesini." Kata Bu Rati.

"Siapa bu?" Kata Pak Sumi yang baru saja selesai ganti baju di kamar.

Pak Sumi membawa Marie bersamanya.

Tak kalah kagetnya dengan Bu Rati, Pak Sumi langsung menghampiri istrinya dan mempersilakan bapaknya itu masuk ke rumah. Mereka tidak jadi jalan-jalan.

"Tidak apa-apa, hanya mau numpang menginap disini satu hari. Ah, siapa gadis ini? kok kalian tidak bilang kalau pak tua ini sudah jadi kakek?" kata Pak Suma yang punya senyuman hangat seperti Pak Sumi.

Sebenarnya semua sudah mengenal satu sama lain. Tak mungkin Suma lupa muka Marie, begitu pula Marie yang langsung meringkuk ke belakang badan Pak Sumi karena takut. Namun, baik Pak Sumi maupun Bu Rati berpikir jika Marie hanya tidak biasa dengan orang asing oleh karena itu dia takut.

(1) sebagai referensi, kondisi kaki dan tangan baru Marie sekarang seperti karakter Violet Evergarden dalam film berjudul sama. Namun tangan kanan dan kaki kirinya saja yang seperti itu.

Cloud_Rain_0396creators' thoughts