"Aku bawa mangkuk ke belakang dulu." Aya hendak meraih nampan berisi mangkuk dan gelas itu. Namun Tian justru mencekal tangan Aya. Mencegah tangan Aya untuk menyentuhnya.
Tian menggelengkan kepalanya dengan lemas. "Temani aku tidur aja."
Aya mengangguk dan langsung duduk di samping pria itu. Aya membiarkan pria itu menjadikan tangan kurusnya sebagai guling. Aya benar-benar menyukai ini, bisakah Aya terus memiliki waktu seperti ini? Aya tidak ingin jaga jarak.
Aya memutuskan untuk bermain ponsel dengan tangan sebelahnya yang bebas. Padahal ruangan ini sangat panas. Saat Aya melirik Tian juga sepertinya demam pria ini sudah menurun, melihat banyak Tian memiliki banyak keringat sekarang.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com