webnovel

Masa Mudaku Kisah Cintaku

Aku jatuh cinta. Cinta terlarang dengan teman sekelas. Seseorang dengan semua perbedaan yang banyak dan sulit. Bisakah aku mempertahankan cinta ini? Tidak banyak angsa pelangi di kelas buaya karena ada satu dua rubah betina dari planet lain yang suka merundung junior mereka. Bukankah itu hal biasa dalam sekolah? Atau masalah utamanya ada pada Anggi sendiri? Bagaimana rasanya setiap tahun berpindah sekolah? Itu adalah yang selalu dirasakan Anggi, ngenes kata orang. Lalu, ketika kamu sudah merasa telah menemukan kehidupan baru dan memiliki beberapa teman yang mengerti dan nyaman akan hal itu. Tiba-tiba kamu harus pindah sekolah lagi? - cover is mine

Ningsih_Nh · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
314 Chs

MKC 28 Mengurai 

...

"Nggak perlu menang kok Nggi. Yang penting sampai finish paling cepet." seloroh Ridho tidak mau kalah. Otomatis mendapat toyoran dari anak lain. Saran yang tidak membantu gue sama sekali.

"Oke, oke kalo kita nggak menang jangan marah ke gue loh." dengus gue kesal. Giliran tim kami sudah didepan mata.

Melangkahkan kaki diatas jembatan tali menggantung diketinggian bukanlah soal, yang membuat gue keder adalah saat anak tim baik yang ada didepan maupun dibelakang gue itu juga ikut melangkah, sontak membuat jembatan jadi bergoyang.

Menjaga keseimbangan badan sangat dibutuhkan disini dan belum tentu anak lain bisa. Itulah yang membuat tim lain jatuh atau gagal mencapai finish. Beruntung tim kami berhasil walau dengan jaminan jantung gue yang kapan saja bisa copot kalau sampai jatuh.

Tim kami hanya sampai diposisi tiga. Hadiah uang tunai senilai tiga puluh ribu rupiah untuk masing-masing anak. Lumayan lah.

Untuk lomba terakhir adalah lari estafet dalam rangka membawa wortel yang akan diberikan kepada kelinci oleh pelari terakhir. Kali ini gue satu tim dengan Ebi, Ana, Budi dan Firman. Dan yang bertugas memberikan wortel adalah Budi yang mempunyai pengalaman memelihara kelinci.

Lomba estafet akan dilakukan dalam tiga ronde, sama seperti lomba membuat hidangan dari stroberi. Tapi gue tidak yakin bisa menang karena kondisi badan yang lelah, kurang bergairah dan ditambah pengakuan Budi yang tidak meyakinkan soal kelinci.

"Ana, lo posisi pertama. Firman posisi kedua. Anggi posisi ketiga. Gue yang keempat. Dan lo Budi, pastikan lo kasih makan kelinci sampai habis tak tersisa. Oke?" perintah Ebi yang biasanya jadi follower hari ini berinisiatif menjadi leader.

"Oke." jawab Firman dan Ana bebarengan.

"Siap. No problemo." sahut Budi sok dramatis seperti biasa.

"Larinya nggak harus cepet kan Bi?" erang gue masih ad efek keder.

"Lo pengin menang nggak sih?" oceh Ebi pakai nada tinggi. Jelas ini anak ingin sekali juara satu.

"Nggak, kali ini gue capek." decit gue lesu. Yang diamini dengan anggukan dari anak lain.

"Pokoknya harus menang. Titik." sudah bulat perintah Ebi. Tida bisa diganggu gugat.

Lalu, dengan tenaga seadanya kami berlima berusaha semaksimal mungkin dalam kompetisi terakhir. Demi maka siang, bagi gue dan Budi.

Usaha keras hingga tetes keringat terakhir dibawah udara gunung yang menggigil disertai kabut yang mulai turun memang tidak pernah salah. Akhirnya impian terbesar Ebi terwujudkan hari ini. Dengan kompensasi seharga seratus ribu setiap anak yang berhak didapatkan jika berada diposisi nomor satu. Pun Budi, yang baru kali pertama juara satu tidak berhenti tersenyum sambil mencium uang kertas warna merah muda ditanganya yang hitam.

Gue pun ikut senyum sendiri. Akhirnya selesai juga lomba dan sekotak makan siang super lezat sebagai penutup kegiatan gue dapatkan. Setelah itu...pulang.

Semula itu yang gue kira sebelum...

"Mohon perhatiannya anak-anakku tersayang." suara pak Pujo menggema dari loudspeaker. "Perjalanan kita belum berakhir sampai disini. Perlu ananda sekalian ketahui, ada waktu jeda dua jam untuk ananda sekalian habiskan menikmati asrinya lembah wisata disini. Selanjutnya kita akan bertolak ke cottage untuk menginap, sebagai salah satu bentuk upaya memupuk rasa persaudaraan satu angkatan yang tidak akan ananda sekalian lupakan sepanjang hidup ananda." kata pak Pujo bersyahdu ria. Entah isi nasi kotak apa yang pak Pujo makan sehingga mampu berretorika seperti itu.

Ada yang bersorak gembira karena menginap disebuah cottage sekaligus mempunyai water park, tetapi ada juga yang mengeluh karena capek dan rindu bantal di rumah. Gue, bukan salah satu diantaranya.

Bagi gue, karyawisata tetaplah karyawisata. Waktu yang kita habiskan bersama anak kelas di luar dalam suka dan duka. Menginap di cottage dengan kondisi berdesakkan hanya semakin menambah rasa ingin memeluk bantal guling di kamar sendiri alih-alih memeluk teman sekamar.

Perjalanan dari agrowisata menuju cottage tidak gue ingat dengan pasti karena capek dan mengantuk. Gue asal saja duduk dibangku yang diduduki Stefie tadi pagi dekat jendela. Detik berikutnya gue pun pulas ke alam mimpi. Gue bahkan tidak bisa mendengar rengekan Stefie yang memaksa gue pindah posisi duduk.

Sesadar saat gue mendengar suara ribut anak cowok dari arah belakang. Gue bangun diposisi bersandar dibahu yang gue yakin bukan Stefie.

"Eh, lo ya Jon...duh maaf banget ya kalo gue ngilerin bahu lo." respek mulut gue tanpa bisa dikontrol, membuat gue mengelap kedua sisi sudut bibir yang kering tanpa jejak.

"Nggak apa-apa kok, Nggi. Santai ajah..." Jono acuh tak acuh. Dengan headphone yang tersambung dengan iPod ada dikepala dia sebagai penutup telinga, lalu ada buku tipis kumpulan puisi William Shakespeare. Ini cowok bule memang beda gaya sendiri.

"Itu lo bisa tau artinya apa?" decit gue bingung sendiri dan asal berucap demi menutupi rasa malu gue, tadi pasti gue ngorok bikin ribut sampai Jono harus menutup telinga dia. Tetapi ya, yang diajak bicara sikapnya santai pakai banget seolah tidak terjadi apa-apa. Membuat gue semakin merasa malu, secara Jono kan bule pastinya bahasa Inggrisnya tidak perlu diragukan lagi sekali pun membaca sastra klasik macam penulis Romeo and Juliet itu.

"Dikit-dikit ajah, Nggi. Mau baca?" ya elah malah kasih penawaran ke gue.

"Makasih Jon. Biarlah itu menjadi pengalaman pahit gue dulu karena si Will itu." tunjuk gue tanpa sadar bergidik dengan sendirinya. Membaca karya sasra klasik semacam itu hanya akan mengingatkan kejadian sewaktu SMP.

"Pasti dulu...lo disuruh menerjemahkan dan nggak bisa?" tebak Jono hampir benar.

"Ya ....nggak separah itu juga kali Jon." elak gue tidak terima. "Dulu, pas SMP gue dapat tugas bahasa Inggris untuk menerjemahkan puisi yang berbahasa Inggris. Nah, disitu soalnya sewaktu gue ke perpus asal aja tuh ambil buku yang berbau Inggris. Pas gue tau itu sastra klasik ya pas hasil nilai terjemah ngawur gue udah keluar. Bu guru bahasa Inggris waktu itu marah besar ke gue.

Katanya gue udah mencederai sastra klasik." curhat gue pada akhirnya. Satu lagi rahasia gue keluar. Kali ini si Jono yang beruntung mendengar pengakuan gue. Bahkan ayah dan ibu tidak tahu menahu soal ini.

"Wah...keren dong sekolah lo." komentar Jono diluar dugaan.

"Ya..gimana ya. Dari dulu gue sekolahnya swasta, biar mudah urus administrasi jika harus pindah-pindah."

"Enak tuh tiap tahun pindah sekolah, Nggi."

"Enak dari Hong Kong. Yang ada gue keteteran kejar pelajaran. Mana tiap sekolah beda-beda...apalagi kalo ada muatan lokal. Pusing pala gue tau."

"Makanya HP lo jadul gitu? Supaya lo bisa fokus kejar pelajaran kan?"

"Itu sih akal-akalan orang tua gue ajah kali Jon." sela gue. Tapi ada benernya juga sih. Kok gue nggak pernah berpikir kesana ya. Gue cuma keras di aksi protes tanpa mencoba menelaah.

"Lo pikir begitu?"

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/