webnovel

Marrying Mr CEO

Jeanna benci menjadi orang lemah. Ia benci menjadi orang yang tak berdaya. Namun, pada akhirnya, ia menjadi orang lemah setelah kehilangan segalanya. Ia kehilangan orang tuanya, adiknya, dan … jati dirinya. Rain benci melihat gadis lemah yang hanya bisa menangis. Rain benci melihat gadis yang menyerah pada keadaan. Rain benci … gadis seperti Jeanna. Namun, pada akhirnya ia memilih menikahi Jeanna daripada harus menikah dengan wanita yang tak dikenalnya. Namun, perlakuan kasar dan sikap dingin Rain padanya perlahan membuat Jeanna berubah. Jeanna mulai melawan, hingga akhirnya, Jeanna menemukan jati dirinya kembali. Jeanna … pada akhirnya jatuh cinta pada pangeran kejam berhati es itu.

Ally_Jane · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
416 Chs

14 – Gadis Aneh

Jeanna tidak bisa tidur malam itu. Setelah mengobrol dengan Silla di chat, Jeanna jadi semakin kepikiran tentang Rain.

Kenapa Rain tidak memecatnya? Namun, Jeanna teringat bagaimana tadi Rain sempat bicara melantur. Sepertinya pria itu mabuk. Namun, tadi sepertinya belum ada minuman apa pun di meja ketika Jeanna datang ke ruangan tempat Rain berada. Atau, pria itu di bawah pengaruh obat?

Tunggu. Jika benar Rain mabuk dan sekarang dia sadar dari mabuknya, atau mungkin dari pengaruh obatnya, dia mungkin akan tersadar akan kegilaannya yang tidak memecat Jeanna setelah apa yang Jeanna lakukan padanya tadi.

Jeanna bergegas mengambil ponselnya dan duduk. Jeanna mengetik pesan ke nomor Rain.

'Selamat malam, Pak. Saya Jeanna. Sekretaris Pak Rain. Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya benar-benar menyesal dan minta maaf atas kejadian di klub tadi. Saya mengerti bahwa Pak Rain mungkin sedang berada di bawah pengaruh alkohol atau obat, tapi saya tadi terlalu panik, jadi saya melakukannya tanpa saya sadari. Begitu Pak Rain sadar, saya harap Pak Rain baik-baik saja dan tidak mengubah keputusan Pak Rain tentang tidak memecat saya. Saya akan melakukan pekerjaan saya dengan baik, Pak. Terima kasih dan selamat malam, Pak. Selamat beristirahat. Salam hang-'

Jeanna berhenti mengetik. Salam hangat itu berlebihan. Jeanna menghapusnya. Ia membaca sekali lagi ketikannya, baru kemudian mengirimnya. Jeanna menggigit kukunya dengan cemas. Rain belum membaca pesannya. Apa pria itu sudah tidur?

***

Rain membaca hasil ketikan Jeanna itu. Apa katanya? Rain mungkin di bawah pengaruh alkohol atau obat?

Sial. Rain juga tak bisa mendebat itu. Memangnya, jika bukan karena itu, alasan apa yang ia punya untuk membenarkan apa yang dilakukannya pada Jeanna tadi? Rain sendiri bahkan tak tahu kenapa ia melakukannya.

Mungkin ia hanya ingin menguji Jeanna, tak benar-benar yakin, benarkah gadis itu tak mau menjual tubuhnya? Atau, dia hanya tak mau menjual tubuhnya pada Rain? Namun, ia sudah mendapat jawabannya setelah membaca chat antara Jeanna dan Silla tadi.

Yang jadi masalah adalah alasan yang akan diberikan Rain pada Jeanna tentang apa yang dilakukannya di ruangan tadi. Juga, tentang kenapa Rain tidak memecatnya.

Ketika Rain sedang sibuk memikirkan alasan-alasan itu, dengan tatapan tertuju pada kalimat panjang Jeanna di layar ponselnya yang sedang menampakkan tampilan dari layar ponsel Jeanna, Rain tiba-tiba dikejutkan dengan Jeanna yang menghapus pesan itu.

Tiba-tiba? Kenapa?

Lalu, Jeanna mengetik chat pada Silla, bertanya,

'Aku mengirim pesan pada Pak Rain, tapi dia bahkan tidak membaca pesanku. Kurasa, tadi dia mabuk dan sekarang dia sudah sadar dari mabuknya dan dia sepertinya berubah pikiran tentang tidak memecatku.'

Rain terbelalak. Itukah alasannya menghapus pesan itu? Ketika Rain tidak membacanya. Well, Rain membacanya dari aplikasi yang menampakkan layar ponsel Jeanna.

'Jeanna, ini jam dua pagi. Kau pikir dia akan bangun dua puluh empat jam untuk mengecek ponselnya?'

Benar.

'Ah, benar juga. Gawat! Aku sudah telanjur menghapus pesannya. Bagaimana caranya mengembalikan pesan yang dihapus? Tidak. Dia bisa mencurigaiku. Bagaimana jika dia berpikir aku memaki-makinya?'

'Kau merasa ingin memakinya?'

'Meski aku ingin pun, aku tak akan melakukannya.'

'Lagipula, kenapa kau tiba-tiba mengirim pesan padanya jam segini?'

'Aku hanya tak bisa berhenti memikirkannya.'

Rain tersedak ludahnya sendiri ketika membaca itu. Apa? Apa katanya?

'Apa kau menyukainya atau apa?'

'Maksudku, perbuatannya padaku tadi. Sungguh, tidak masuk akal dia tiba-tiba mencoba menyentuh tubuhku seperti itu. Ditambah lagi, dia tidak memecatku. Hanya ada tiga alasan untuk itu. Karena dia mabuk. Karena obat. Karena dia gila.'

Rain mendesiskan umpatan kesal. Apa gadis itu mengatainya gila? Berani sekali gadis itu …

'Mabuk, sepertinya.'

'Benarkah? Aku tadi tak melihat ada minuman di ruangannya sebelum aku datang.'

'Mungkin dia sudah minum di bawah sebelum naik. Tapi, baguslah kau sudah menghapus pesanmu. Siapa tahu dia yang tadinya tak ingat, jadi teringat apa yang terjadi semalam karena membaca pesanmu.'

'Ah, benar juga. Astaga! Hampir saja aku bunuh diri. Terima kasih, Sil. Kalau begitu, besok aku akan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.'

'Tenang saja. Kalaupun ada yang dia ingat, itu pasti tubuhku.'

Rain memutar mata. Jangankan tubuhnya, wajahnya saja Rain tidak ingat. Malah sebenarnya, sentuhan Rain di kulit Jeannalah … tidak, tunggu! Rain harus berhenti memikirkan itu.

'Sepertinya memang tak ada satu pun pria yang bisa menolakmu.'

'Tentu saja.'

'Aku beruntung ada kau di sekitarku. Sampai jumpa besok. Aku akan mentraktirmu.'

Gadis bodoh.

Tidak. Tunggu! Kenapa dia menghapus pesannya seperti itu? Bagaimana jika tadi Rain sudah tidur? Ia tidak akan bisa melihat pesan itu jika ia sudah tidur tadi. Rain harus membicarakan tentang itu pada Jeanna.

Namun, kemudian Jeanna mengetik pesan untuk Rain.

'Maaf Pak, saya salah kirim.'

Rain mendesis kesal, lalu melempar ponselnya asal. Dasar gadis aneh menyebalkan.

***