webnovel

Marrying Mr CEO

Jeanna benci menjadi orang lemah. Ia benci menjadi orang yang tak berdaya. Namun, pada akhirnya, ia menjadi orang lemah setelah kehilangan segalanya. Ia kehilangan orang tuanya, adiknya, dan … jati dirinya. Rain benci melihat gadis lemah yang hanya bisa menangis. Rain benci melihat gadis yang menyerah pada keadaan. Rain benci … gadis seperti Jeanna. Namun, pada akhirnya ia memilih menikahi Jeanna daripada harus menikah dengan wanita yang tak dikenalnya. Namun, perlakuan kasar dan sikap dingin Rain padanya perlahan membuat Jeanna berubah. Jeanna mulai melawan, hingga akhirnya, Jeanna menemukan jati dirinya kembali. Jeanna … pada akhirnya jatuh cinta pada pangeran kejam berhati es itu.

Ally_Jane · Urban
Not enough ratings
416 Chs

13 – Rahasia Jeanna 

Malam itu, Rain sudah berbaring di atas tempat tidur dan akan tidur ketika mendengar getar notifikasi di ponselnya. Namun, ketika Rain membuka ponselnya, ternyata notifikasi itu datang dari ponsel Jeanna.

'Kau sudah pulang?' tanya seseorang dengan nama kontak Silla.

'Sudah. Aku sangat lelah dan aku langsung pulang. Besok aku harus bekerja.'

'Padahal aku ingin mengobrol denganmu.'

'Maafkan aku. Besok akan kutraktir minuman kesukaanmu.'

'Kau sedang banyak uang?'

'Aku hanya ingin berterima kasih padamu. Karena menyelamatkanku. Lagi.'

'Tapi, kau tidak kenal pria tadi?'

'Dia bosku di kantor.' Emoticon menangis. 'Kupikir aku akan dipecat tadi. Aku benar-benar takut.'

'Bodoh. Apa yang kau lakukan?'

'Aku menamparnya. Aku refleks melakukannya karena dia tiba-tiba menjadi aneh.'

Aneh? Rain beranjak duduk dan mengulangi kata itu. Aneh? Jeanna menyebut Rain aneh?

'Aneh bagaimana? Menurutku dia tampan.'

Rain mengangguk setuju membaca tulisan si Silla itu.

'Dia sangat berbahaya, apa kau tidak merasakannya?'

'Ya. Aku bisa merasakan itu. Tapi, sungguh, dia tampan. Kau tak ingin menggodanya?'

Rain mendengus. Seolah Jeanna bisa menggoda Rain.

'Aku tidak tertarik padanya, sejujurnya.'

Rain menarik napas dalam dan mencengkeram ponselnya, nyaris membanting ponselnya membaca chat Jeanna itu. Gadis tidak tahu diri!

'Tapi, bagaimana jika dia tertarik padamu?'

Rain mengernyit membaca ketikan Silla itu.

'Kau mungkin bisa benar-benar mendapatkan semua hartanya jika kau bisa merayunya.'

Rain mendengus membaca ketikan Silla selanjutnya itu. Selama beberapa saat, tak ada balasan. Diam berarti setuju. Apa Jeanna sedang membuat rencana untuk merayu Rain agar bisa mendapatkan semua harta Rain?

Cih, tidak ada kesempatan sedikit pun untuk gadis itu!

'Jika aku bisa melakukan itu, aku tidak akan menjual nyawaku.'

Rain membaca balasan Jeanna itu berkali-kali. Gadis itu serius tentang itu. Dia lebih memilih menjual nyawanya daripada menjual tubuhnya.

'Boleh aku bertanya sesuatu padamu?' tanya Silla dalam chat-nya.

'Jika kau menanyakan nomor teleponnya, aku tidak bisa. Aku bisa mati.'

Rain mendengus geli mendengar itu. Gadis bodoh.

'Bukan itu, tapi tentang dirimu.'

'Aku?'

'Kenapa kau tidak mau menjual tubuhmu? Itu lebih mudah daripada kau menjual nyawamu.'

Tak ada balasan.

'Apa kau pernah mengalami pelecehan dan itu membuatmu trauma?' Silla bertanya lagi karena Jeanna tak kunjung membalas.

'Karena aku pernah hampir melakukannya.'

Rain mengernyit membaca jawaban Jeanna itu.

'Bagaimana bisa?' tanya Silla.

Selama beberapa saat, tak ada respon, tapi kemudian tampak Jeanna mengetik panjang lebar untuk menjawab Silla.

'Tak lama setelah ibuku meninggal, ayah tiriku kabur setelah menjual rumah ibuku. Kami harus pergi dari rumah itu dalam waktu seminggu. Saat itu, yang kupikirkan hanya adikku, aku tidak akan membiarkannya tinggal di jalanan dan putus sekolah. Jadi, aku bertanya pada teman sekolahku tentang pekerjaan part time yang bisa memberiku banyak uang.'

Rain bisa menebak ke mana itu akan berakhir.

'Temanku memperkenalkanku pada bos perusahaan yang mau mempekerjakan anak sekolah sepertiku. Lalu, aku berakhir di hotel. Aku ingat aku menghantam kepala orang itu dengan telepon di kamar hotel itu sekuat tenaga hingga kepalanya berdarah. Aku tidak tahu apa dia hidup atau mati, tapi aku berhasil kabur dan pulang ke rumah dengan kondisi pakaian koyak. Adikku melihat itu dan aku benar-benar malu padanya.'

Rain mengernyit.

'Lalu, bagaimana kau bisa berakhir tinggal dengan ayah tirimu?'

'Aku mencarinya mati-matian dan berlutut memohon padanya untuk memberi aku dan adikku tempat tinggal. Sebagai gantinya, aku akan bekerja dan mencari uang untuknya. Ayah tiriku sudah menikah lagi kala itu dan mungkin dia berpikir tidak ada ruginya, jadi dia menerima aku dan adikku. Tapi, sebulan setelah itu, adikku kabur.'

'Kenapa kau tidak kabur juga seperti adikmu?'

Ya. Kenapa Jeanna tidak kabur saja dengan adiknya?

'Terlambat. Mungkin karena takut aku akan kabur juga, ayahku lantas mendaftarkanku sebagai keluarganya, dengan istrinya. Sebagai jaminan agar dia bisa selalu menemukanku jika aku kabur, karena secara resmi, dia menjadi wali dan keluargaku. Jika aku kabur, dia akan membuat laporan kehilangan ke kepolisian. Dia juga akan melaporkanku mencuri dan menjebloskanku ke penjara karena hal seperti itu. Begitulah, aku tidak bisa kabur karenanya.'

'Lalu, sampai kapan kau akan menjadi budak ayah tirimu?'

'Aku hanya harus membayar beberapa uang pada ayah tiriku agar aku bebas. Dia berjanji akan melepaskanku begitu aku memberinya uang itu. Setelah itu, aku akan pergi dan mencari adikku.'

'Kau benar-benar keras kepala.'

'Sebenarnya, aku tak berniat mengatakan tentang ini pada siapa pun.'

'Lalu, kenapa kau memberitahuku?'

'Karena aku berterima kasih padamu. Dan untuk seterusnya, tolong bantu aku agar aku tidak perlu malu ketika bertemu lagi dengan adikku.'

'Kau bisa percaya padaku, Jeanna. Katakan padaku jika kau membutuhkan bantuanku,'

'Terima kasih, Sil. Kau adalah satu-satunya temanku.'

Rain mendengus membaca itu. Tahukah Jeanna jika dia telah dijual oleh temannya itu?

Rain menghela napas. Ternyata, bukan hanya dirinya yang harus tumbuh dengan cara yang keras.

***