webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
224 Chs

030 ( Titip Salsha )

"Rambut. Oke! Wajah. Oke! Pakaian juga, oke! Semua sempurna!" ucap Aimee dengan beberapa harapan agar pertemuan hari ini berjalan lancar dan sempurna seperti penampilannya.

Aimee lalu tidak lupa mengambil kacamata bulatnya. Langsung mengenakkan kaca mata itu dan pergi sarapan.

Sebuah bel mendadak terdengar.

Baru sekitar pukul 7. Seseorang sudah mencarinya?

Berjalan ke arah pintu. Aimee membukakan pintu setelah mengintip dari celah.

"Borris? Kenapa pagi-pagi sekali mencariku?" gumam Aimee dengan nada bicara tenang.

Bergerak ke samping untuk membuka pintu, lalu menyambut tamu sekaligus tetangganya.

"Hai, Borris! Ada kau membutuhkan sesuatu sepagi ini?" tanya Aime dengan wajah ramah.

Mengenal Borris sebagai single parent.

Borris Hutapea adalah tetangga yang sangat baik dan ramah. Sudah bercerai dari istrinya sekitar 2 tahun yang lalu. Borris membawa serta anak perempuannya yang imut untuk tinggal bersama dengannya.

Sudah bertetangga baik semenjak satu tahun lalu. Bukan hal yang aneh atau merepotkan jika terkadang Borris sering meminta tolong sesuatu dari Aimee.

Pria lugu dan sopan itu nampak ragu.

"Apa aku mengganggu aktivitas pagimu?" tanya Borris sambil memberikan senyum sungkan.

Aimee menggeleng.

"Bukan masalah. Dan aku selalu welcome untukmu. Kalau begitu, ada urusan apa pagi ini kau mencariku?"

Menurunkan padangannya, Aimee menyapa gadis mungil di depannya.

"Hai, Salsha! Senang melihatmu pagi ini dan apakah kau akan berangkat sekolah?"

Gadis kecil bermata besar dan pipi sedikit gembul tersenyum ceria.

"Iya, Tante. Sasha baru saja akan pergi sekolah. Tapi, ayah sepertinya ada urusan mendadak. Sehingga..."

Melirik sang ayah agar mengikuti kode darinya untuk melanjutkan kalimat. Aimee justru menjadi orang yang peka meladeni kode keras darinya.

"Kau membutuhkan aku untuk mengantar putri kecilmu ke sekolah?" tanya Aimee tepat sasaran.

Masih menatap sungkan dan sulit meminta tolong. Borris mau tidak mau mengakuinya.

"Maaf jika hal itu sungguh membebanimu. Tapi aku tidak punya pilihan lain karena klienku ini sedikit rewel. Ingin aku langsung menemui mereka pagi ini dan membantu proses perceraian mereka secepat mungkin. Aku tidak bisa berbuat banyak," tukas Borris.

Aimee memberikan tatapan ironis.

Bekerja sebagai pengacara perceraian. Borris tidak bisa menghindari nasib perceraiannya dengan mantan istri. Bercerai karena sama-sama sudah tidak saling menemukan kecocokan. Dan istrinya yang keras kepala lebih mementingkan kebebasan dibandingkan mengurus putri kecil mereka.

Borris terkadang kesulitan menyesuaikan waktunya dengan Salsha. Namun beruntung karena Salsha adalah anak yang pintar dan mandiri.

"Kebetulan sekali aku sedang bersiap-siap dan akan berangkat!"

Borris mendadak menyanggah Aimee.

"Apa kau juga ada urusan penting pagi ini, sehingga kau perlu untuk berangkat lebih awal?" tanya Borris semakin merasa enggan.

Dia juga menambahkan, "Jika seperti itu, aku akan mengurus Salsha. Kau kerjakan saja apa yang ingin kau kerjakan."

Aimee menghentikan Borris.

"Bukan seperti itu, maksudku. Aku hanya kebetulan ingin berangkat kerja lebih pagi. Tapi, jika kau ingin Salsha ikut denganku. Aku tidak mungkin keberatan karena rute kami searah."

Dan karena itu juga salah satu alasan penting kenapa Aimee terkadang sering dimintai tolong oleh Borris untuk mengantar Salsha.

Senyum ceria Borris mengembang.

Hanya terpaut satu tahun dengan Aimee. Borris selalu memperlakukan Aimee dengan sopan. Tidak ingin sampai tersinggung atau repot. Aimee selalu menganggap sikap Borris ini sebagai salah satu sikap yang jarang dia temui pada banyak pria.

Namun, sikap yang terlalu sopan ini membuat mereka terkadang salah paham seperti tadi.

"Aku berhutang banyak padamu!" tutur Borris serius.

Salsha terlihat ceria, "Hore! Aku berangkat dengan tante!" teriaknya.

Merasa senang dan bersemangat. Borris berjongkok sebentar di depan putrinya.

"Ingat untuk tidak merepotkan Tante Aimee lebih banyak lagi. Jadi anak baik dan penurut. Ayah pergi dulu. Dan siang baru akan menjemputmu lagi,"

Salsha mengangguk penuh semangat.

"Iya, Ayah. Hati-hati di jalan, selamat bekerja dan sampai ketemu lagi nanti siang!" ungkap Salsha.

Sedikit tersenyum ketika mendengar salam perpisahan Salsha yang menggemaskan.

Aimee melihat Borris mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

"Gunakan mobilku sebagai ungkapan terima kasihku. Lalu seperti sebelumnya, aku akan mengambil mobilku di kantormu. Gunakan senyaman mungkin dan jangan menolak."

Aimee justru merasa enggan dan ragu.

"Aku bisa mengantar Sasha dengan menggunakan taksi," ucap Aimee bukan sekedar untuk basa-basi.

Dulu, sebelum Borris pernah berinisiatif untuk memberikan Aimee kunci mobilnya.

Borris mengizinkan Aimee untuk menagih uang taksi dari apartemen menuju ke sekolah Sasha dan biaya taksi dari sekolah menuju ke kantor Aimee.

Meski menolak dan keberatan. Borris tetap saja memberikan uang pada Aimee.

Namun, setelah ide baru ini muncul beberapa kali. Aimee menatap Borris heran.

"Bukankah kau ada urusan penting dengan klienmu pagi ini? Jika aku menggunakan mobilmu. Kau akan pergi naik apa?" tanya Aimee.

Pertanyaan bodoh memang. Tapi rasanya kurang etis jika tidak Aimee tanyakan.

"Aku akan menggunakan taksi. Kebetulan aku sedang malas menyetir. Jadi aku bisa naik taksi dulu baru kemudian mengambil mobilku di tempatmu."

Aimee akhirnya mengangguk pasrah.

Menerima kunci mobil itu tanpa mengeluh lagi.

"Oke. Bukan masalah. Lakukan seperti sebelumnya. Dan maaf jika itu juga sedikit merepotkanmu."

Tahu dan sadar semua itu Borris lakukan demi putrinya. Aimee bersyukur setidaknya dia hanya akan meminjam mobil Borris sebentar.

Hanya saat pagi hari. Lalu setelah siang sudah mulai terbit lebih lama. Borris akan mengambil lagi mobilnya untuk menjemput Salsha pulang dari sekolah.

Mengucapkan salam perpisahan lalu mengecup kening Salsha.

Borris berpamitan pada Aimee.

"Aku titip Salsha. Dan hati-hati menyetir!"

Mengangguk pelan dan menyuruh Salsha untuk masuk lebih dulu agar Aimee bisa bersiap-siap dan mengambil barang-barangnya.

"Kamu tunggu di sini, ya. Tante akan mengambil tas lalu mengantarmu. Kita berangkat dua menit lagi. Oke?"

Memberi kode dengan jarinya, Salsha mengangguk.

"Oke, Tante. Gunakan waktu tante sebaik-baiknya!"

Baru berusia 5 tahun. Tapi Salsha adalah gadis kecil yang sangat pintar. Aimee tidak pernah merasa direpotkan setiap kali harus menjaganya.

***