webnovel

Marry U Again, Aimee

Dia datang kembali! Mengusik hidupku dan ingin aku kembali padanya. Sehingga haruskah aku kembali padanya dan mengingkari sumpah yang telah aku patuhi selama bertahun-tahun selama ini? Malam itu, semua berawal dari malam itu. Hingga sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lalu memaksa mereka untuk harus menikah lagi bagaimana pun Aimee tidak menginginkannya. Pria lain hadir. Berusaha mengacaukan hubungan mereka dan bagaimana keputusan Aimee? ig : @lenzluph_story

lenzluph · Urban
Not enough ratings
224 Chs

029 ( Jenuh )

Elsa dan Doren sama-sama saling menatap ngeri.

Tidak memberi banyak komentar karena tahu tidak ada gunanya. Elsa menepuk pelan pundak Aimee.

"Semangat, Aimee. You can do it! And, hold on!"

Aimee semakin terkurai lemas.

Membuat Doren tidak tega melihatnya.

"Tanyakan apapun padaku jika ada yang sulit dan tidak kamu mengerti. Aku akan coba sebisaku membantumu."

Aimee bergerak cepat untuk menyentuh tangan Doren.

"Kau memang terbaik dan begitu juga dengan bos kita!"

Aimee lalu menatap tumpukan berkasnya.

"Tapi, sepertinya aku akan bertanya banyak!"

Aimee masih menunjukkan ketidak percayaan dirinya.

Berencana ingin datang ke ruangan Harry. Tapi, Aimee langsung sadar dia tidak punya kualifikasi apapun untuk membuatnya bisa protes pada CEO.

Bukan rahasia umum, jika Aimee sudah membuat banyak kekacauan semenjak dia bekerja.

Mulai dari hal kecil sampai hal besar. Aimee pernah salah menyusun jadwal pertemuan Alfin dengan investor. Pernah dua kali salah mencatat jam temu. Pernah juga mengacaukan meeting bersama klien dengan salah membawa laporan presentasi.

Beberapa kali melanggar peraturan kantor secara tidak sengaja. Aimee juga tidak sengaja menghapus data penting kantor.

Huaa...

Semuanya tidak ada yang benar dan berjalan sesuai dengan keinginannya.

Setiap kali Aimee mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Selalu saja ada masalah.

Karena itu, dalam proyek penting Deluxe. Tidak akan terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan, bukan?

Cemas dan tidak ingin memperhitungkan masa depan.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Aimee.

Membuatnya mengkerut dan menatap layar ponselnya lama.

Sms dari Zack.

Membuka lalu membaca pesan itu dengan malas. Aimee tidak tahu apa yang Zack inginkan. Namun, mendadak ingat dengan apa yang dia katakan semalam pada Zack.

"Omo! Aku tadi sudah bertemu dengannya. Tapi tidak ingat apapun soal kejadian semalam. Dan Zack juga nampak biasa saja. Lalu sekarang, apakah Zack baru ingin membahasnya setelah ingat?"

Bergumam pelan dan mengundang kebingungan lain dari Doren yang bekerja di samping meja kerja Aimee.

Doren melirik Aimee.

"Ada apa? Kau bicara sesuatu denganku?" tanya Doren yang baru saja mulai bekerja. Tapi, Doren seperti mendengar Aimee berbisik padanya.

Aimee menggeleng.

"Ah, tidak. Aku sedang bicara sendiri. Maksudku, sedang membaca laporan."

Doren lalu kembali bekerja. Aimee menggunakan kesempatan ini untuk membaca pesan dari Zack.

[ "Aku lupa mengatakannya tadi ketika bertemu. Aku hanya bisa sampaikan padamu. Kalau aku tidak bisa banyak membantumu keluar dari proyek ini. Sudah bicara dengan bosmu tapi dia sama sekali tidak berubah pikiran." ]

Aimee akhirnya paham apa tujuan Zack datang ke kantornya dan bicara empat mata dengan Alfin.

Berpikir sejenak. Aimee putuskan untuk membalas pesan dari Zack. Meski awalnya sempat ragu akan memberikan balasan atau tidak karena masih ingat kejadian semalam.

Aimee memutuskan untuk bersikap dewasa.

Mengetik beberapa kalimat. Lalu mengirimnya. Aimee yakin pesan yang dia kirim cukup sopan.

[ "Ya. Terima kasih. Dan aku paham. Lalu soal semalam, tolong lupakan semua dan anggap tidak pernah terjadi. ]

Pesan balasan dari Zack tidak kunjung Aimee dapatkan. Tidak Aimee nantikan juga karena Aimee sudah sibuk mengurus dokumen baru di mejanya.

Lembur adalah hal wajar Aimee lakukan hari itu.

Sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aimee masih saja berkutat pada semua berkas dan telah melihat Alfin pulang lebih dulu sebelum jam kantor.

Tidak merasa heran dan mencegahnya karena sudah biasa Alfin bertindak seperti itu. Karena serba salah, Aimee yang akan diceramahi panjang lebar jika ikut campur.

Masalah laporan saja belum tuntas. Jadi bagaimana Aimee masih berusaha mencampuri urusan orang lain?

Selama beberapa hari kejadian seperti ini terus berulang.

Pulang larut malam dan kembali ke apartemennya dengan perasaan sangat lelah. Aimee tidak tahu sampai kapan dia akan bertahan.

Merebahkan tubuhnya dengan lemah di atas tempat tidur dan menatap ke sekeliling. Aimee memperlihatkan ekspresi datar.

Bohong jika dia tidak merasa jenuh dan bosan dengan rutinitasnya yang sangat padat tapi juga sepi.

Melakukan segalanya sendiri dan terkadang menjadi penyendiri.

Aimee secara tidak sengaja mengingat-ingat masa mudanya. Menjadi wanita yang dipuja karena kencantikannya. Aimee termasuk dalam salah satu wanita cantik ke sekian saat masih sekolah. Tidak mungkin menjadi pemenang dalam kandidat gadis tercantik, memang.

Tapi penampilan Aimee tidak sekacau ketika Aimee beranjak dewasa.

Berpacaran dengan Zack untuk pertama kalinya ketika berusia 19 tahun dan baru masuk bangku kuliah. Zack ketika itu memperlakukan Aimee sangat spesial.

Menjadikan Aimee wanita paling beruntung karena Zack selalu memberikan perhatian sungguh-sungguh pada Aimee.

Memulai pertemuan dari tidak sengaja menjadi sengaja. Awal mereka berpacaran Zack sangat lucu. Gugup seperti orang yang tidak pernah berpacaran dan salah tingkah beberapa kali karena Aimee tatap.

Zack yang dulu dengan Aimee yang sekarang seperti tertukar.

Zack yang dulu tidak populer. Sekarang sangat populer. Dan nasibnya yang dulu sangat biasa. Sekarang menjadi luar biasa.

Aimee meraih ponselnya lagi dan membaca pesan dari Zack yang masih dia simpan.

Membacanya beberapa kali dan seperti ingin menangis. Aimee bergumam kecewa

Merasa dunia ini tidak adil. Aimee perlahan memejamkan matanya. Berusaha tidur senyaman mungkin untuk mengumpulkan tenaga.

"Aku harus tidur cepat. Karena besok adalah penentuan. Aku harus memperbaiki penampilanku dan aku tidak boleh mengacaukan pekerjaanku lagi."

Berucap semakin pelan hingga mendengkur. Aimee yang kelelahan akhirnya tidur pulas.

Siap menyambut hari esok dengan semangat besar.

Aimee bangun satu jam lebih awal.

Menyiapkan pakaian paling layak dan merias diri. Aimee sibuk menghafalkan ulang data apa saja yang dia ingat. Lalu kata-kata apa saja yang sudah dia susun untuk pertemuan siang ini.

Aimee beberapa kali mengatur napas.

Merasa gugup dan tidak ingin kegugupan itu berlangsung hingga siang nanti.

Aimee memeriksa ulang bagaimana penampilannya.

***