webnovel

3 3. BAB 2 : Mengirim kue ke Rumah Radit

Mendengar perkataan dari Agus, Radit hanya tersenyum dan menggambil Kue yang di bawa oleh Agus. Dan Radit mengajak Agus untuk mampir ke rumahnya. Ia juga meminta motornya Agus di parkir di dalam halaman Rumahnya, supaya tidak kepanasan. Agus menuntun Motornya masuk kedalam dan di parkir dengan rapi. Suasana Rumah Radit sangat asri dengan taman yang begitu indah. Di garasi terparkir beberapa mobil mewah. Radit berjalan duluan yang di ikuti oleh Agus dari belakang. Meraka duduk di ruang Tamu. "Agus mau minum apa?," begitu Radit bertanya sambil membuka kulkas yang berada di dapurnya. "Air putih saja, Ia menjawab dengan sedikit malu,sebenarnya ia tidak haus. "yakin, air putih saja?, begitu Radit meyakinkan sambil membawa dua botol Bir yang berukuran besar berjalan menuju ke tempat Agus duduk. Ia meletakan Bir itu di meja lalu duduk di sebelah tempat duduk Agus.

"Ayok diminum Gus, jangan malu-malu, begitu Radit mempersilahkan Agus. Agus hanya mengangguk, " Oh ya Aku lupa mengambil Gelas, langsung saja ia menggambil dan kembali duduk di sampingnya Agus. Radit memulai pembicaraan dengan menanyakan tempat tinggal Agus, sambil membuka botol Bir dan menuangkan di gelas lalu meminumnya "Gus, Kamu tinggal dimana?,"

"Aku tinggal di Gianyar, Tepatnya di Desa Batu bulan, begitu Agus menjawab. Maaf Radit, satu saja di buka Bir nya. Aku mintak sedikit saja, karena takut mabuk dan aku belum pernah minum Bir. "Belum pernah minum Bir, serius Gus?," Radit sangat kaget mendengar perkataan Agus yang begitu jujur.

"Bisa makan dan membayar uang untuk kuliah saja ,sudah sangat bersyukur. Agus menceritakan keadaan keluarganya kepada Radit, dengan sejujurnya. "Maaf ya Gus, aku tidak bermaksud menyinggung perasaan mu," Radit meminta maaf, ia tidak ingin Agus berburuk sangka kepadanya. "Santai saja, Aku tidak tersinggung kok, Agus meyakinkan sambil tersenyum kepada Radit. Baru pertama kali Radit bertemu pemuda yang sejujur Agus. Sangat jauh berbeda dengan Teman-teman nya.

Radit menjadi semakin penasaran dengan kehidupannya Agus, ia pun menanyakan kelurga Agus. "Orang tua mu kerja apa dan kamu berapa bersaudara?,"

" Ibuku berjualan kue di pasar dan juga menerima pesanan Kue. Aku yang membatunya mengirim pesanan Kuenya. Seperti kali ini, Aku mengirim ke sini . Kalau bapak ku, menjadi supir pribadi, Di daerah Renon. Sekitar 7 tahun, Bapak ku berkerja di sana. Dan Aku Anak tunggal.

"Aku juga anak tunggal Gus, Papaku memiliki usaha di bidang property yang di kelola bersama Paman, Kakak dari Mamaku. Mereka memulai bisnis itu dari masih muda. Papa dan Pamanku pertama kali bertemu di luar negeri, di negara Australia. Sama-sama kuliah di Universitas terkenal disana.

Dan mengambil jurusan Arsitektur. "Tamat kuliah, mereka memutuskan untuk membuat usaha, hingga sampai saat ini. Kalau Mamaku adalah Seorang Dosen, ia mengajar di Universitas Negeri di daerah Nusa Dua. Karena kesibukan itu yang membuat kedua Orang tuaku jarang di rumah. Hari hariku terasa sepi, Aku di rumah hanya bersama asisten rumah tanggaku. "Bik Putri namanya,"

"Kalau Aku boleh jujur kepadamu, Aku sangat iri melihat kehidupan Orang lain. Yang setiap saat bisa bersama kedua Orang tuanya. Biarpun hidup dengan sangat sederhana. "Agus ,kamu sangat beruntung. Mendengar perkataan dari Radit, Agus hanya bisa bilang "Sabar ya Radit, terkadang kita melihat kehidupan Orang lain itu lebih baik, dari hidup yang kita jalani. Seperti kita melihat Gunung dari kejauhan. "Memang indah dan sangat hijau ! tetapi kalau kita sudah melihat secara dekat sama saja.

Bukannya aku membela kedua Orang tuamu tapi ini kenyataan. Lihat lah Rumah ini, begitu megah dan di garasi ada beberapa mobil mewah. Selain itu Bir di atas meja ini, He... he... he... Kedua Orang tua mu berkerja keras semata-mata untuk kamu. Intinya Kita harus tetap bersyukur dan ikhlas menjalani hidup ini.

"Aku juga jarang bertemu dengan Orang tua ku, terutama bapak ku. Sering sekali menghantar bos-nya keluar kota. Makan bersama saja, kami jarang. sudah beberapa tahun belakangan ini. Orang tuaku berkerja keras demi bisa makan dan menyekolahkan ku. Karena itu aku sangat sayang kepada kedua Orang tuaku. Aku selalu berdoa ke pada Tuhan, semoga di berikan kesehatan.

"Ternyata kamu sangat bijaksana Gus. kalau aku boleh tau berapa umurmu sekarang?," Kamu terlalu memuji ku, kamu baru kenal sama aku. Aku hanya Orang biasa yang sangat jauh dari kata bijaksana. November ini umurku 21 tahun.

Begitu Agus menjawab pertanyaan dan pujian Radit. Ia tidak ingin Radit berpikir lebih, yang menyebabkan nanti timbul rasa kecewa di hatinya. Kenyataan nya Agus merasa bukan seorang yang bijaksana. "Berarti aku lebih tua darimu gus, umurku 24 tahun. "Tapi sifat ku seperti anak kecil, yang selalu mengeluh dan tidak bisa mengerti keadaan seseorang, termasuk kepada kedua Orang tuaku.

"Jangan berkata seperti itu Radit. Setiap Orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Asalkan kita mau merubah diri pasti akan bisa menjadi lebih baik. Agus berusaha membesarkan hatinya Radit sambil menepuk pundaknya. Radit hanya diam. Entah apa yang ia pikirkan. "Semoga saja aku bisa gus, hanya itu yang terucap dari bibirnya Radit dan ia membuka Bir dan langsung meminumnya tanpa mengunakan gelas.

Ting! Ponselnya Agus berbunyi langsung saja ia membuka pesan WhatsApp itu. Dan ternyata dari pelanggan kue Ibuknya. yang memesan beberapa macam kue dan meminta besok pagi dikirim. " Maaf ya Radit, aku harus pulang sekarang. karena ada pesanan kue, Ibuku harus segera ku beritahu, lagi pula ini sudah sore. Dengan berat hati Agus berpamitan pulang, ia tau kalau Radit ingin berbicara banyak kepadanya.

"Terima kasih ya gus, kapan-kapan kita ngobrol lagi. Titip salam sama kedua Orang tuamu. Begitu Radit berbicara sambil mengantarkan agus sampai di depan rumahnya.

Setelah Agus pergi, Radit baru sadar ternyata ia lupa membayar kue. Dan sialnya lagi, ia juga lupa meminta nomer ponselnya agus. Radit mulai binggung dan kasihan kalau agus harus balik lagi ke rumahnya. "Apa sebaiknya ia menyusul agus, mungkin ia belum jauh, begitu ia berpikir dan langsung saja ia mengambil konci mobil di kamarnya. Dan dengan tergesa-gesa ia masuk ke dalam mobilnya. Tiba tiba Mamanya Radit datang bersama Bik putri. Sampai di halaman rumah, Bik putri membuka bagasi dan mengeluarkan semua belanjaannya. Lalu Mamanya Radit memarkir mobilnya di garasi. Melihat Radit di dalam mobil, Mamanya langsung menghampiri nya dan bertanya. "kamu mau kemana Nak?," Radit membuka pintu mobilnya lalu keluar dan berdiri di samping Mamanya