webnovel

2 2 . BAB 1 : Tukang Ojek

"Pak antar Saya ke Kampus Bina Ilmu," begitu Lelaki itu berkata. Agus terkejut mendengar permintaan Lelaki yang duduk dibelakangnya. Agus menoleh ke belakang, Lelaki itu menepuk pundaknya Agus dan berkata lagi " Cepat Pak, Saya sudah telat," mendengar permintaan Lelaki itu, agus langsung saja mengendarai Motornya dengan sangat kencang. Dalam hatinya berkata apa mungkin Aku dianggap Tukang Ojek.

10 menit berlalu akhirnya sampai juga di Parkiran Kampus Bina Ilmu. Lalu Lelaki itu turun dan mengambil uang seratus ribu di dompetnya, langsung memberikan ke pada Agus. Karena kaget Agus mau saja mengambil Uang itu. Lelaki itu Pergi begitu saja. "Pak," Agus memanggil Lelaki itu. Lelaki itu langsung menjawab " kembaliannya ambil saja,"

mendengar perkataan Lelaki itu Agus tersenyum sambil berkata di dalam hatinya "Benar, Aku dianggap Tukang Ojek,"

Ia memarkirkan Motornya di parkir samping yang letaknya berdekatan dengan parkir mobil. Agus berjalan dengan cepat menuju ruang kuliahnya. Tiba-tiba ada yang memeluknya sontak ia terkejut. " He he he , kamu Edi," ya Pak Ojek begitu Edi meledek Agus. Ternyata kamu melihatnya ya ? tanya Agus dengan nada tinggi. Ya Aku lihat, makanya kalau menjadi Mahasiswa yang keren dong, biar tidak di kira Tukang Ojek. begitu Edi berbicara sambil menenteng tas laptop nya. " Maklum Aku kan Mahasiswa kelas sendal jepit," mendengar perkataan Agus yang sangat merendah, Edi langsung berhenti berjalan dan langsung menatap Agus dan berkata memelas " Jangan marah temanku, Ampunilah temanmu ini,"

Agus hanya diam dan berjalan mendahului Edi. Melihat Agus seperti itu, ia sangat takut dan berlari mengejar Agus. "Kamu marah ya?," "Tidak, ini sudah siang, ingat tidak sekarang ada ujian," begitu Agus memberitahu Edi. "Aduh... Aku belum belajar lagi, Edi berkata sambil menggaruk kepalanya.

Mereka pun masuk ke ruangan kuliah bersama- sama

Tidak terasa jam kuliah sudah selesai, Agus ke luar dari ruang kuliahnya, ia berjalan dengan pelan menyusuri anak tangga ke lantai bawah.Ruang kuliah Agus berada di lantai dua. Sesampainya di parkiran ia langsung saja mengambil konci di saku celananya. " Bapak Ojek yang tadi ya?," begitu suara Lelaki yang berdiri di parkiran mobil. Lalu Lelaki itu mendekati Agus dan berkata lagi "Kalau tidak ada Bapak, mungkin Saya terlambat tadi. Bapak menjemput penumpang disini ya?," Agus mau menjawab, tapi tiba-tiba Edi datang "Agus ini Buku mu, Aku lihat tadi ketinggalan di atas Meja", begitu ia memberitahu sambil menyodorkan Buku ke arah Agus. Mendengar perkataan Edi, Lelaki itu langsung meminta maaf "Maaf ya Aku kira Bapak adalah tukang Ojek,"

Dan langsung ia menyodorkan tangan, "Namaku Radit Hendrawan, Panggilan saja Radit," Aku Agus Setiawan, mereka pun bersalaman. Lalu Edi pun ikut memperkenalkan dirinya.

"Radit , jadi ikut Apa tidak?," begitu panggilan dari dalam mobil. " Ya ,tunggu sebentar," jawab Radit. "Aku duluan ya, temenku sudah memanggil," Radit berkata lalu ia menuju ke arah Mobil dan masuk ke dalam mobil itu. "He... Pak Ojek, benggong aja! ayok Kita pulang, Aku ikut ya," "Sialan, naik cepat, ingat bayar ya," begitu Agus menjawab candaan nya Edi. Mereka pun pulang bersama-sama.

Sampai di rumah Agus langsung menyapa Ibuknya yang sedang membungkus kue di meja depan dapurnya. Lalu ia duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu, sambil minum segelas Air putih. Ia teringat ke jadian lucu tadi pagi, langsung ia tersenyum. "he... Anak Ibuk tersenyum sendirian, pasti sedang jatuh cinta ya," begitu Ibuknya berkata sambil duduk di sampingnya . Agus terlihat sangat malu, ia tidak sadar Ibuknya dari tadi memperhatikannya. "Makan dulu ya Nak, pasti Kamu sudah lapar, Nanti kalau Kamu tidak capek tolong Ibuk hantarkan kue ini sekitar jam 03.00," Agus mengangguk dan langsung masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian

Selesai makan siang, Agus langsung membatu Ibuknya mencuci perabotan yang di pakai untuk membuat pesanan kue tadi. Ini adalah kerjaan wajib yang harus ia kerjakan. Tidak butuh waktu lama hanya satu jam, Agus sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya.

"Nak mandi dulu, terus kirimkan pesanan kuenya , yang memesan sudah menelpon tadi, ia mintak di kirim lebih awal," mendengar permintaan Ibuknya Agus langsung saja mandi, Kebetulan ia sudah sangat gerah.

" Agus pamit ya Buk," Agus berpamitan sambil mencium tangan Ibuknya. " Hati-hati dijalan ya Nak, Sambil menyodorkan selembar kertas yang berisi alamat dan nomer ponsel yang memesan kuenya. Kue pesanan itu ia letakan di belakang dan tidak lupa ia mengikat dengan kencang. Maklum saja jarak pengiriman nya lumayan jauh, di daerah Sanur. Sedangkan Agus tinggal di daerah Gianyar.

30 menit perjalanan akhirnya sampai juga di alamat yang tertera, di Perum Puri Asri No 9 B. Perumahan itu sangat elite seperti Rumah di film. Oleh karena itu ia merasa ragu, "apakah benar alamat ini? tapi kalau lihat di alamat nya cocok dengan yang ada di kertas ini, begitu ia berkata di dalam hatinya. Ia baru pertama kali mengirim pesanan ke perumahan mewah. Ia turun dari motornya dan memberanikan diri memencet bel yang ada di pojok atas "Ting tung! "Permisi," Tak Seorang pun yang menjawab dan Agus menjadi benar-benar ragu sekarang. "he... ini ada nomer ponselnya, kenapa tidak aku telpon dari tadi ya, langsung saja ia merogoh ponsel dari kantong celananya.

"Selamat sore, Benar ini atas nama Ibuk putri?,"

"Ia , Ada perlu apa ya pak?

"saya Agus, mau mengirim kue,"

"Oh , mau kirim Kue ya, maaf ya pak Agus saya sedang berbelanja di supermarket bersama majikan saya. Mohon tunggu sebentar, Saya akan menelpon Anak majikan saya untuk mengambil kuenya,"

"Ya , tidak apa-apa, Saya akan tunggu Buk,"

"Terima kasih ya Pak Agus,"

"kembali buk," Tidak lama menunggu terdengarlah suara seorang laki laki sedang menelpon, suaranya sangat keras sampai terdengar oleh Agus. Lalu Lelaki itu berjalan menuju pintu gerbang yang tinggi dan membuka nya . Betapa kagetnya Agus ternyata pemilik Rumah mewah itu adalah Radit. "He ... Agus, kaget Aku. kenapa kamu bisa tau alamat Rumahku? siapa yang memberitahu mu,? Agus menarik napasnya lalu menjawab "Aku mengantar kue," "Jangan bercanda lah kawan," Radit berkata seolah ia tidak percaya. " Serius, Ini Alamatnya kan," Agus menyodorkan Selembar kertas yang berisi alamat dan nomer ponsel itu. Radit mengambil kertas itu dan membacanya. "Ya , benar di sini Alamatnya. "kenapa kamu tidak percaya," begitu Agus berkata sambil tertawa. "Aku tidak mau salah yang ke dua kalinya," "Kali ini benar kawan, Aku Seorang pedagang kue,"