webnovel

Kill This Love

Menjadi remaja yang kuat, apa bisa? Orang tua yang bercerai, anggota keluarga yang berpencar, dan mencari penghasilan sendiri? Apakah ada yang lebih buruk dari menjadi seorang Melani. Cinta? Hal yang tidak pernah Melani percaya, kalau pun hal itu ada... Baginya kehidupan seperti itu tidak akan bisa berjalan dengan baik dan benar. Jika saja dia memiliki uang, mungkin Melani tidak perlu merasa menderita saat ini. Bagaimana dengan teman sekelilingnya, apakah mereka lebih baik dari Melani? Kisah remaja yang penuh dengan intrik, mencari jati diri dalam arti hidup yang sebenarnya.

Sita_eh · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
184 Chs

Penghasilan

Melani sedang duduk di depan perpustakaan – sebuah bangku panjang yang langsung menghadap ke pintu perpustakaan sekolah.

Menikmati bacaan buku kimia yang sudah ia baca lebih dari separuhnya. Hanya Melani saja yang diijinkan untuk membawa buku dan membacanya di depan perpus.

Ibu Ratih – sang penjaga perpus, awalnya merasa bingung karena anak perempuan itu selalu menghabiskan jam istirahatnya dengan membaca buku.

Melani mengeluarkan kotak makannya, dua lembar roti tawar isi selai kacang menjadi makan siangnya saat itu. Melani menggunakan headset dan mendengarkan lagu favoritnya (lagu lawas dari grup band carpenter - close to you),

Sengaja ia melakukan hal tersebut karena ia tidak mau mendengar bisik-bisik yang terdengar di belakangnya.

Semua siswa dan siswi SMA Tarrunna 01 menyebut Melani sebagai gadis aneh, gadis es, psikopat atau sebutan apapun yang mendeskripsikan seperti apa Melani.

Melani benar-benar tumbuh menjadi gadis penyendiri, tidak berteman, dan anti bersosialisasi.

Melani masuk kedalam perpustakaan, ia sudah meletakkan kembali buku kimia ke raknya, kali ini ia mengambil pelajaran Sejarah, itu pun pelajaran kelas 12 yang dia ambil.

Bu Ratih langsung melirik dan memicingkan matanya, kaca matanya sedikit merosot pada saat ia sedikit menundukkan wajahnya.

Melani jalan ke arah Bu Ratih, dan mengisi daftar bacaan yang wajib diisi untuk para pengunjung perpus.

"Lani, apa kamu tidak salah mengambil? Itu pelajaran sejarah kelas dua belas, kamu kan kelas sebelas?" Tanya Bu Ratih bingung.

"Kemarin juga kamu seperti itu, kamu membaca pelajaran fisika kelas dua belas bukan?"

Melani memberikan senyum tipis pada Bu Ratih, "Saya sudah selesai membaca semuanya Bu, gak apa-apa kan kalau saya mau baca buku ini Bu Ratih?" Senyum Melani semakin melebar, dan Bu Ratih pun tidak memiliki alasan bagus untuk mencegah Melani, untuk tidak membaca buku yang sudah ia bawa.

"Hhmmm.. harusnya gadis sepintar kamu bisa jadi juara umum sekolah." Ucap Bu Ratih pelan, tapi Melani yang sudah berjalan keluar perpustakaan bisa mendengarnya.

"Untuk apa jadi juara umum?? Bukan itu yang dibutuhkan sekarang ini." Melani membatin dalam hatinya.

Melani kembali duduk, dan mulai membaca lagi. Tidak lama ia merasakan ponselnya yang bergetar lemah, melani langsung membaca notifikasi email yang masuk. Ia pun tersenyum, dan membuka email yang baru saja masuk.

___________________________________________

Dini_HU12@gmail.com

2 attachment

Lani, ini soalnya. Ada 20 lembar, gue harap lo bisa bantu gue. Dan kontraknya udah gue isi ya. Bisa langsung lo liat di- attachmentnya.

--------------------------------------------------------------------

Melani kembali tersenyum ketika membuka attachment yang dikirimkan Dini, "bahasa Inggris?? Tidak sulit ini mudah."

Ini lah yang dilakukan oleh Melani, mencari penghasilannya sendiri. Dini adalah kakak kelasnya, tapi sebuah pertemuan mempertemukan mereka dalam keadaan tidak disengaja.

Dini mengetahui kalau Melani, menjadi seorang tutor untuk anak-anak SMP pilihan. Dan hebatnya, anak-anak yang di latih oleh Melani, lulus dengan nilai terbaik. Tapi anehnya, Melani sendiri di sekolah tidak terlihat menonjol.

Melani bahkan tidak menjadi juara satu ataupun juara umum di sekolahnya, di kelasnya ia hanya masuk lima besar. Tapi dengan kemampuan dan kepintarannya, seharusnya ia menjadi juara di kelas dan sekolahnya.

Suara bel berbunyi nyaring, menandakan jam istirahat telah usai. Melani masuk kedalam perpustakaan, dan dengan cepat mengembalikan buku pelajaran yang tadi ia ambil. Baru saja ia keluar dari perpustakaan, seseorangnya menubruknya dan tampak sengaja.

"Maaf" Ucap siswi tersebut.

Melani melihat Rika yang menubruknya, murid kelas 12.03. Mata Rika menatap melani dengan serius, "Lani.. Thanks buat soal yang lo kerjain. Dan gue udah transfer ya." Bisik Rika dengan hati-hati.

Melani yang sadar Rika tidak sendirian, ia melihat siswi yang berada di samping Rika. Mata Melani menunjukkan kekesalan.

"Kan udah gue bilang, selama tiga bulan ke depan, lo gak boleh tegur sapa sama gue. Kita bisa keep contact pakai wa atau line atau email." Ucap Melani kesal.

Melani langsung terburu-buru, dan ingin segera meninggalkan Rika dan temannya yang masih menatap Melani. Tangan Rika dengan cepat menyambar lengan Melani,

"Lani, pulang sekolah bisa kita ketemuan lagi."

"Icchhh... Rika gue bilang kita gak boleh keliatan ngobrol di sekolah." Ucap Melani kesal.

"Tapi Lan..."

Melani langsung menghempas kasar pegangan Rika dan menatap tajam ke arahnya. "Lo mau gue bongkar semua!!" Rika langsung terdiam, dan tidak berani membuka mulutnya kembali. Melani mencoba untuk mengontrol kembali emosinya.

"Fine.. pulang sekolah.. tempat biasa."

Rika langsung menyeringai dengan senang, dia dan temannya langsung berjalan meninggalkan Melani yang tentunya juga sudah berjalan menjauh. Melani masuk kedalam kelasnya, kelas 11.01.

Belum ada guru yang tiba, dia pun bersyukur karena tidak telat untuk masuk ke dalam kelasnya. Melani duduk degan tenang dan santai, ia mengeluarkan ponselnya dan mulai memeriksakan rekeningnya sendiri.

Senyum tipis tersirat di wajah Melani, dan ia puas karena Rika sudah mentrasfer sejumlah uang yang telah di sepakati. Melani buru-buru memasukkan ponselnya, ketika Bu Ida – guru matematikanya masuk dengan wajah tegang.

Bukan karena suasana kelas yang kacau, tapi begitulah karakter Bu Ida dengan wajahnya yang selalu terlihat tegang dan seram - menurut para murid.

"Kenzo.." Bu Ida memanggil ketua kelas, yang langsung sigap berdiri dan berjalan ke arah depan kelas.

"Tolong bagikan ini, hari ini kita ulangan mendadak." Ucap Bu Ida dengan suara beratnya. Seketika suasana kelas menjadi ribut dan para murid menjadi panik.

"wuhhhhh... gak bisa gitu dong bu. Kita kan belum belajar bu..."

Para murid yang mulai mengeluhkan ketidak adilan, karena ulangan mendadak yang diadakan oleh guru matematika mereka.

Tapi Bu Ida tampak tidak berbelas asih dan tidak peduli. Melani hanya bisa sebagai pemerhati, karena bagi dirinya tidak jadi masalah dengan ulangan dadakan.

Kenzo memberikan dua lembar kertas ulangan ke arah Melani, ketua kelas tersebut tersenyum dengan ramah. Walaupun Melani tidak membalas senyuman Kenzo. Melani langsung saja membaca semua soal, dan lagi-lagi Melani tersenyum pada dirinya sendiri.

"Soal yang mudah" Batin Melani.

"Wahh... kalau Dea pasti bisa ngerjain gampang semua soal ini kan." Ucap salah satu siswa yang berama Ezra. Ezra sedang menatap penuh harap ke arah juara satu di kelas mereka. Sedangkan Dea hanya bisa membalas dengan senyuman tersipu dan malu.

Dea melirik ke arah Melani, kedua mata itu saling bertemu dengan cepat Melani langsung fokus pada kertas soalnya.

"Ahh... Naura juga pintar bukan." Ezra melirik ke arah anak baru di kelas mereka, Bu Ida sepertinya sudah cukup bersabar dengan tingkah laku Ezra yang sedari tadi menggoda para siswi.

"Ezra!! Kalau kamu masih belum mau diam. Ibu akan suruh kamu kerjain soal ini di meja saya di ruang guru." Ancam Bu Ida, dan Ezra langsung dengan sikap duduk rapinya. Tidak berani dengan wajah Bu Ida yang sudah sangat sangar.

Melani sudah menyelesaikan soalnya hanya dalam tiga puluh menit, ia masih memegang pensilnya. Dan mengetukkan pelan ke mejanya sendiri. Seakan-akan dia masih terlihat berpikir untuk mengerjakannya.

Melani kembali menatap semua soalnya, diantara semua jawaban yang ia tulis ia mengganti jawabannya sendiri. Dengan cepat ia menghapusnya, dan mengganti dengan jawaban yang salah.

Di sisi lain Dea memperhatikan gerak gerik Melani, ia tau Melani telah lebih cepat menyelesaikan. Tapi pertanyannya adalah kenapa? Kenapa Melani selalu tidak ingin menonjol dibandingkan dengan dirinya.

***

Melani berjalan di koridor sekolahnya, dia masih memiliki janji lain dengan seseorang. Melani melirik ke jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Melani langsung saja memesan ojek online dari aplikasi ponselnya.

Melani telah menunggu di depan gerbang sekolah, sampai seseorang menyapanya dengan nada yang ramah.

"Hai Lani." Kenzo sudah berdiri di hadapannya, menyapanya dengan senyuman khasnya. Melani hanya diam dan mengacuhkan, masih mencari-cari ojek online yang telah ia pesan.

"Kamu mau pulang ya?" Tanya Kenzo .

"Mmm.." Jawab Melani singkat.

"Mau aku antar gak?" Tanya Kenzo kembali, ternyata sikap cuek Melani tidak membuat Kenzo langsung mundur ataupun takut.

"Gak perlu. Udah pesen ojek." Jawab Melani sekarang lebih ketus dan dingin. Kenzo menggaruk telinganya sendiri, apa memang karena ada rasa gatal atau bingung harus melakukan apa lagi dengan wanita yang ia taksir.

"Tuh temen lo kan." Tunjuk Melani ke arah pohon yang tidak jauh dari jarak mereka berdua. "Lo bareng aja sama dia, lagian ngapain temen lo dari tadi ngintip-ngintip ga jelas begitu."

Kenzo melirik Ezra yang sebenarnya sedang bersembunyi, Ezra yang merasa dirinya sudah ketahuan langsung bertingkah aneh dan tersenyum terlalu lebar. "Bro.. udah selesai belom??" Teriak Ezra.

"Dengan Mba Melani?" Tanya supir ojek online yang baru saja tiba, "Ya pak, saya." Jawab Melani dan langsung saja ia berjalan melewati Keanu yang masih diam membisu. Hati Kenzo sedang bergelut haruskah ia melakukannya sekarang.

Kenzo langsung meraih tangan Melani, Melani langsung saja melihat ke arah tangannya yang dipegang oleh Kenzo, kemudian pandangannya beralih ke wajah Kenzo yang tampak memerah.

"Lepasin...!"

"Ahh... Maaf Lani, cuman mau tanya. Nanti sore lo bakal kerumah kan, untuk bimbel sama Doni." Ucap Kenzo dan langsung melepaskan tangan Melani.

Melani tidak menjawab pertanyaan Kenzo, ia malah semakin mengernyitkan dahinya. Dan dengan cepat sudah menaiki ojek dan melesat menjauh dari sekolahnya.

"Gimana, lo udah nembak dia?" Tanya Ezra yang sudah berada di samping Keanu.

"Nembak gimana, ahhh... lagian lo juga ngapain pake sembunyi disitu. Kepo banget sih jadi cowo!!" Ucap Kenzo dengan kesal, Kenzo memandang kotak merah kecil yang ia selipkan kembali ke dalam tasnya.

"Gila... Gue gak nyangka lo bener-bener suka sama Melani. Si gadis super aneh itu, apa sih yang lo liat dari dia. Dia itu anaknya super pendiam, gak punya teman, jarang senyum, boro-boro senyum, ngomong aja seperlunya."

Kenzo masih terus mendengar ocehan Ezra sahabat karibnya. Ya, Ezra benar.

Melani memang tipe wanita yang dia sebutkan, Kenzo sendiri tidak tau bagaimana perasaan itu tumbuh dan ia perlahan mulai menyukai Melani.

Mungkin karena Melani menjadi tutor untuk adiknya, yang duduk di kelas delapan – SMP.

Melani menjadi sosok yang berbeda ketika mengajarkan Doni adiknya, Kenzo merasa Melani selama ini menyembunyikan jati dirinya. Dan rasa penasaran itu terus tumbuh dan semakin ingin mengenal lebih dekat seperti apa Melani.

***

Melani sudah berada di restoran cepat saji yang menghidangkan menu ayam sebagai menu andalan mereka. Melani hanya memesan minuman favoritnya, minuman soda dengan eskrim sebagai toping tambahannya.

Melani mengerakkan kakinya dengan cepat yang ia silangkan, terus melirik ke arah jam tangannya. Menunggu Rika dan temannya yang belum kunjung datang. Melani sudah kehabisan waktu, ia langsung saja mengambil tas punggungnya dan sudah bangkit dari duduknya.

Di saat yang bersamaan Rika sudah tiba dengan temannya, mereka pun tampak terburu-buru karena melihat Melani yang sudah akan pergi.

"Lani, tunggu jangan pergi. Sorry kalau kita telat." Ucap Rika.

"Ok, waktu kalian hanya sepuluh menit. Gue gak bisa lama-lama." Melani kembali pada posisi duduknya. "Dan ingat Rika, setelah ini kita gak bisa lagi ketemu atau berbicara seperti ini."

Rika Handayani, padahal dia adalah kakak kelas dari Melani. Dan baru saja melewati ujian akhirnya, hari ini ia datang ke sekolah hanya untuk bersilahturahmi dengan para guru dan teman-teman seangkatannya. Tapi ia juga ingin membantu temannya yang sedang dalam kesulitan.

"lani, kenalin ini Weni. Dia satu angkatan sama gue. Kalau lo kenal Stevi, saat pertukaran pelajar bulan lalu... Nah.. dia ini kakaknya." Ucap Rika memperkenalkan temannya, dan Melani hanya menatap dengan dingin dan datar.

"Bisa langsung ke masalahnya." Ucap Melani, tidak tertarik dengan basa basi yang dilakukan oleh Rika. Weni berdecak aneh, seakan tersinggung dengan nada bicara Melani yang tidak ramah.

Weni berdeham keras, membuat Melani langsung menyoroti matanya. "Ok kalau begitu, gue pengen lo ketemu dengan seseorang untuk gantiin gue." Ucap Weni, dan baru pertama kali ini Melani mendengar suaranya yang agak sedikit cempreng.