webnovel

=10=

"Kau bukan ibu ku!"

"Malin ini ibu mu nak! "

Saat ini terlihat tiga orang sedang mementaskan drama di depan kelas, yaitu Benny, Rafa, dan Sandy.

"Pergi kamu! Kamu bukan ibuku!" ucap Rafa sebagai malin kundang dalam cerita rakyat.

"Dasar kamu anak durhaka, ku kutuk kau jadi batu!!! " ucap lantang Sandy sebagai ibu malin kundang.

"Akhirnya Malin kundang si anak durhaka dikutuk ibunya menjadi batu. Itulah nasib anak durhaka kepada orang tua. Ingat! Nakal boleh, bego jangan" ucap Benny yang muncul di tengah - tengah sebagai narator.

"Apa hubungannya cuk!, tepuk tangan untuk mereka bertiga" ucap pak guru dan semua bertepuk tangan.

"Selanjutnya kelompok 3!"

Vero dan Nia pun maju di iringi dengan tepuk tangan dari teman - teman mereka. Vero telah siap dengan gitarnya sedangkan Nia sedang mengetes suaranya.

"One, two, three " vero berucap dan langsung memetikan gitarnya sambil mengalunkan sebuah nada.

"Kata pujangga cinta itu luka yang tertunda. Walau awalnya selalu indah. Bila bukan jodohnya siap - siap tuk terluka"

Nia memandang sekilas Vero yang bermain gitar yang juga ikut menatapnya dan tersenyum.

"Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta. Jatuh itu sakit bangun itu semangat. Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta. Meski tak mudah namun cinta jadi punya tujuan.

Kata pujangga bangun cinta itu tak semudah. Tak secepat hati jatuh cinta. Namun bila jodohnya kita pasti bahagia.

Lebih baik bangun cinta dari pada jatuh cinta. Jatuh itu sakit bangun itu semangat. Lebih baik bangun cinta dari pada jatuh cinta. Meski tak mudah namun cinta jadi punya tujuan.

Sampai kapan bermain cinta. Kuingin bahagia. Tetap selamanya untuk ku.

Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta. Jatuh itu sakit bangun itu semangat. Lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta. Meski tak mudah namun cinta...a~ cintaa.. Jadi punya tujuan.

Jadi punya tujuan"

(3 composer-bangun cinta)

Semua orang bertepuk tangan setelah melihat penampilan mereka.

"Wah bagus sekali" ucap pak guru memberi pujian.

"Makasih pak" ucap Vero dan Nia bersamaan lalu pergi ketempat duduk mereka.

~#~#~

Jam istirahat telah berbunyi membuat kantin menjadi ramai dengan orang - orang kelaparan dan anarkis yang tidak sabaran serta tidak tau mengantri. Dan kini sekumpulan orang sedang duduk manis di salah satu meja di pojok, hanya memandang kumpulan orang - orang anarkis disana.

"Si heran sama vero lama bener beli makanannya" ujar Angga yang saat ini hanya menompangkan dagunya memandang bosan segerombolan orang itu.

"Ya lo kira menghadapi orang - orang anarkis disana gampang?! " sungut Liya merasa kesal karena belum makan.

"AWAS AIR PANAS AIR PANAS!" teriak seseorang yang membuat segerombolan orang itu menyingkir. Dan yang teriak itu adalah Ran yang memegang nampan berisi makanan sahabatnya dan Vero yang memegang nampan minuman.

"Lama bener! Untung gak mati lo" ujar Rafa dan langsung mengambil nasi gorengnya.

"Masih untung selamat kalau gak, lo semua gak makan" seru Vero kesal.

"Makanya kalau main yang pinter dikit" itu suara Nia yang mulai menyantap makan siangnya.

"Udah - udah, tolong volume bacotnya kecilin dulu. Kita sebaiknya makan daripada entar gak sempat karena bel masuk akan berbunyi 5 menit lagi" Sandy berdiri dan mulai menceramahi mereka. Mereka pun makan dengan cepat karena bel masuk tidak lama lagi akan berbunyi.

.

.

.

"Halo Niaaa" sapa seseorang yang kini lagi menunggu di depan gerbang sekolah.

"Ngapain lo di sini ger?" itu suara Vero ketika melihat sepupunya lagi nyender di motor orang, pakai acara sapa - sapa Nia lagi.

"Terserah saya dong" Nia yang tadi disapa hanya jengah dan memutar mata nya bosan.

"Heh minggir lo! Motor gue tuh entar lecet lagi" ucap Nia sambil menunjuk - nunjuk motornya yang lagi di sender sama Gerry.

"Iya ya ya, kok gitu sih sama mantan" ucap Gerry lebay yang membuat Vero merinding.

Mantan?

Iya, setelah insiden ketemuan mantan saat di rumah Vero. Membuat Gerry merasa ingin kembali lagi bersama Nia saat jaman mereka pacaran waktu SD kelas lima dulu. Sedangkan Nia merasa tidak tertarik dan merasa gak level lagi dengan yang namanya mantan. Dan, Vero sebagai orang yang belum memahami kondisi tidak suka melihat Gerry, sepupunya mendekati Nia lagi.

"Bacot lo! Ayo pulang! " Vero menarik kerah baju Gerry dan menyeretnya pulang agar tidak menggangu orang - orang sekitar.

"Weh weh gak usah di tarik juga! Emang gue kucing" sungut Gerry dan langsung masuk kedalam mobil karena di paksa Vero.

"Dadah Niaa, besok gue anterin ya" seru Gerry melalui jendela kaca mobil yang ia turunkan.

Dan Nia yang melihat hal tersebut jadi malu dan menyesal. Malu karena menjadi tatapan orang - orang dan menyesal karena dulu pacaran sama orang gila yang parahnya sekarang tambah gila dan sinting. Nia menuju parkiran dan menemukan Aya sedang nyender di motornya dengan tangan bertumpu di bawah dada.

"Jelaskan!" ucap Aya tegas.

"Apa? " Nia menaikan salah satu alisnya tanda bahwa dia bingung.

"Lo punya mantan cakep, kenapa gak pernah ngasih tau gue sih?! " kesal Aya saat dirinya yang adalah sahabat kecil Nia tak pernah tahu bahwa Nia punya mantan, ganteng lagi.

"Entar gue ceritain, yelah baperan lu!"

"Awas ya! "

"Hm, minggir lo!" usir Nia dan mendorong Aya yang lagi nyender di motor Nia.

"Gak dorong gue juga kali!" Aya menuju gerbang sekolah karena dia telah di jemput oleh ayahnya dengan mobil.

"Nia gue diluan ya" seru Aya sambil melambaikan tangannya dan masuk kedalam mobil.

Nia mulai menyalahkan motornya dan pergi pulang menuju rumah dan bertemu cinta sejatinya, Kasurnya.

~#~#~

"Niaaaaa, adek abang udah pulang" suara seorang pria menyambutnya saat Nia telah sampai kerumahnya dan melihat seorang pria tampan tersenyum di ruang tamu dengan keripik di tangannya.

"loh bang! Gak bawa oleh - oleh?" tanya Nia tiba - tiba membuat sang kakak merasa malas.

"Noh martabak!" ujar acuh sang kakak

"Cuman martabak?"

"Masih untung abang bawain oleh - oleh" rajuk Sang kakak.

"Ngambekan, kayak cewek" Nia langsung duduk disamping sang kakak dan mengambil keripik yang ada ditangan Erik, sang kakak.

"Ganti baju sana! "

"Malas, mama mana? " Nia celingak celinguk mencari sang mama yang entah kemana.

"Kerja, habis jemput kakak tadi langsung kerja katanya mendadak" jelas Erik.

Nia hanya ber oh ria, sudah biasa mamanya akan pergi kerja mendadak padahal libur atau gak sedang cuti.

"Abaangggg" Tiara berteriak dan langsung lari menuju Erik dan memeluknya.

"Tiaraaa, adek abang yang paling perhatian. Gak kaya yang satu datang - datang langsung nanya oleh - oleh" ujar Erik sambil membalas pelukan Tiara dan langsung menyindir Nia yang kini terhenti untuk memakan kripiknya.

"Terserah saya, mulut - mulut saya" seru Nia dan kembali memakan kripiknya ditemani telivisi.

"Mulut mu itu dek belum pernah di tabok sama kaki ya?" sindir Erik melihat Nia yang acuh.

"Tiara kok baru pulang? "

"Tadi ada les bang, abang bawa oleh - oleh gak?"

"Ada tuh di kulkas, martabak"

"Lah kok cuman martabak sih kak? Harusnya tuh bawanya cheesecake, red velved, ice cream, tas, baju, celana atau boneka gitu. Ini cuman martabak" ujar Tiara membuat Erik selaku kakak tertua hanya bersabar.

"punya adik dua kok gini semua, siapa sih yang ngajarin?" ratapan seorang Erik

"Abang lah" itu suara kedua adiknya yang lagi ngemil sambil nonton.

"Kok abang? "

"Ngaca aja sendiri" ujar Nia dan langsung bangkit menuju kamarnya.