webnovel

=11=

Kenapa bisa perasaan itu muncul?

Tidak tahu kapan?

Dan mengapa efeknya membuat pria dengan inisial VG atau biasa kita sebut dengan Verona Gilbran, yang sejak tadi uring - uringan di tempat tidurnya membuat sosok yang berada di sampingnya kesal dengan tingkah sepupunya yang seperti cacing kepanasan.

"Bisa diam gak lo?! Kayak cacing kepanasan aja! " ucap Gerry dengan kesal ketika Vero tidak menghentikan kegiatan grasak grusuknya.

"Gak bisa tidur gue njirr!"

Vero langsung terbangun dan kemudian tidur lagi, kemudian bolak - balik badannya lagi, entar kesamping, gak lama kepala dibawah, berikutnya kaki di bantal dan berakhir dengan menutup kepalanya dengan bantal.

"Lo kenapa sih? Ambeyen?" dan pertanyaan yang di lontarkan Gerry langsung mendapatkan lemparan bantal mengenai wajahnya dari oknum bernama Vero.

"Berisik lo ah!! Gue mau tidur! Ganggu aja lo monyet!!"

Gerry hanya menatap Vero datar, sebenarnya yang dari tadi berisik dan ganggu orang tidur siapa? Gerry? Oh tentu saja tidak, karena dia hanya korban dari ketidakwarasan seorang Vero.

"Lo kenapa HAH!!! " ngegas Gerry dan langsung menjitak kepala Vero tanpa permisi.

"Gak kenapa-napa" vero langsung membalikan badannya dan menutup wajahnya pakai bantal.

"Idih kayak cewek lu! Mending gue tidur diruang tamu dari pada gak bisa tidur gara-gara lo tidur kayak cacing kepanasan atau ulat nangka yang gak bisa diem" final Gerry dan langsung melesat menuju ruang tamu sambil membawa bantal dan selimut.

"Hahhh gue kenapa sih?! Kenapa gue kepikiran Nia terus ya?! Atau jangan - jangan..... "

"Jangan - jangan dia ngutang lagi sama gue, terus gak di bayar. Pantes gue kepikiran terus" ujar Vero kepada dirinya sendiri yang tidak tahu dia tidak bisa tidur karena apa. Biarkan Vero kini berkutat dengan pikirannya dan utang yang tidak pernah ada.

"Bang kayaknya adek ingin buka usaha deh" ujar Nia tiba - tiba membuat sosok kasat mata yang tengah menonton acara gosip tengah malam di tv langsung menatap adiknya tidak percaya.

"Hah? Buka usaha? Tumben?"

"Pengen aja sih bang, supaya bantu mama gitu"

"Yaudah mau buka usaha apa? " tanya Erik yang kini masih fokus menonton dengan tangannya yang tidak hentinya menyuapkan keripik singkok kemulutnya.

"Jual online gimana bang? " ucap Nia antusias sambil menatap sang kakak yang tengah menonton.

"Bagus sih, emang ada modal? "

"Pake uang abang lah, adek kan gak berpenghasilan" ucap Nia enteng tanpa menyadari Erik menghentikan aktivitas menyuapkan kripik di mulutnya dan menatap adiknya horor.

"Tapi disekolah banyak usaha jual barang online semua" ujar Nia dengan lesu, ya gimana gak lesu. Hampir sebagian murid di sekolahnya berbisnis barang online. Dan mendengar ucapan terakhir Nia membuat Erik bernapas lega, karena uangnya akan aman.

"Abang kasih saran dong" rengut Nia sambil menggoyang - goyangkan badan Erik hingga hampir terjatuh.

"Ya ya aduh lepas, keripik abang jatuh nih" Nia langaung melepaskan cengkramannya dan tersenyum setelahnya.

"Jual kue aja sih, atau makanan yang lagi ngetren sekarang. Kan yang jual makanan jarang"

"Maksudnya buka warung?"

"Secara online aja biar mudah, dan gak terlalu banyak modal yang dikeluarin cukup pinter masak aja" Perkataan Erik tadi membuat Nia yang mulai senang kembali cemberut ketika tahu fakta bahwa dirinya tidak bisa memasak.

"Masalahnya adek gak bisa masak" rengut Nia

"Liat YouTube aja, kan gampang"

"Gampang pala lu segitiga! Mana bisa! karena sudah jadi tradisi apa yang kita lihat di hp tidak akan sama dengan apa yang kita buat, realita kadang tak seindah ekspetasi" jelas Nia dan mendapat geplakan di kepalannya.

"Sakit bego aw!" Nia langsung menyentuh bibirnya yang di tabok pakai remot tv oleh tersangka Erik, sang kakak sendiri.

"Mulut kamu itu belum pernah di sekolahin ya!" ucap Erik sarkas.

"Gini aja, kamu minta ajarin teman kamu siapa gitu buat ajarin masak atau buat kue. Sekalian kerja sama buat nyebarinya. Kalau kamu suruh minta ajarin abang..."

"Hancur" sambung Nia

"Tuh tau, gak mungkin juga kan nyuruh mama. Yang ada kamu di omel, mama kan orangnya sibuk" Mendengar perkataan Erik, Nia hanya mangut - mangut. ' Siapa yang pintar bikin kue di kelas ya? Aya? Oh no! Yang ada gosong entar, nah kan ribet! Oh iya' batin Nia dan menjentikan jarinya setelah mendapatkan penerangan.

"Kenapa dek? "

"Gak kok, adek mau tidur dulu ya bang"

Nia beranjak menuju kamarnya dan mulai tidur.

"Oh iya!" Nia langsung terbangun dan menuju kamar mandi dan langsung menggosok giginya dan setelah itu dia tidur.

~#~#~

Tepat pukul 12.00 bel istirahat berbunyi membuat murid - murid yang tadinya cuman 5 watt langsung 100 watt. Dan tempat yang mereka tuju adalah kantin. Tapi tidak semua akan pergi kekanti, mungkin ada yang ke toilet dulu dan ke perpustakaan. Salah satunya adalah Vero dan Nia yang sedang berjalan bersama dengan santai menuju rooftop. Sebenarnya Vero dipaksa lebih tepatnya di seret oleh Nia menuju rooftop, sedangkan Vero sebagai korban penarikan paksa hanya pasrah karena tenaganya kalah kuat buat nahan soalnya dia belum makan.

Pelajaran matematika tiga jam, gimana gak mumet otak, belum lagi perut lapar, ngantuk, dan kepala dia sakit gara - gara terhantuk di pintu akibat ulah Gerry yang tidak bertanggung jawab dengan santuy nya buka pintu tanpa tahu Vero berada dibaliknya dengan keadaan setengah sadar. Setelah sampai di rooftop, Nia langsung menutup pintu dan menatap Vero yang kini juga menatapnya horor.

"Ngapain lo bawa gue kemari? Gue jangan diapapain ya" Vero berjalan mundur ketika Nia mendekat.

Dan berakhir kepala Vero di geplak sama botol mineral dengan keras.

"Ngapain lo geplak gue!! Hstt" ringis Vero sambil memegang kepalanya yang berdenyut.

"Ya lo nya aja, pikiran macam - macam. Gue cuman minta tolong ajarin gue buat bikin kue"

"Buat? "

"Ya gue mau buka usaha, ajarin ya, entar kita kerjasama nanti penghasilannya kita bagi dua, gimana? "

"Males gue"

"Yah, plis Ver, ya ya ya? " ucap Nia dengan ekspresi antusias nya sambil mendekatkan wajahnya ke Vero. Dan membuat Vero melebarkan matanya dan mendorong Nia untuk menjauh, dia merasakan tubuhnya memanas.

"Y-yaudah nan-nanti gue ajarin" entah kenapa tiba - tiba cara bicara Vero menjadi gugup dan gagap.

"Oke sipp"

"Eiit tapi lo harus ajarin gue taekwondo"

"Kenapa lu gak masuk klub taekwondo aja sih?! "

"Ya lo nya aja gak mau ada gue disana, gue ambil basket lah. Waktu gue liat latihannya, lo natap gue kayak singa yang lagi marah. Raww!!"

"Ck, merepotkan banget sih. Yaudah nanti gue ajarin" ucap Nia dengan judes dan langsung pergi meninggalkan Vero.

"Tungguin nyed"

"Ya lo nya lama, jadi gue tinggal"

"Gak pa pa nunggu lama, asalkan itu pasti"

"Buat apa nunggu kalau akhirnya ditinggal juga dan datang cuman sebentar"

"Suatu hubungan pasti ada rintangan dan kesabaran jalannya"

"Sabar tapi bikin sakit, loh kok bahas yang gituan sih!! Gak jelas lo" Nia pergi mendahului Vero yang kini tersenyum sendiri.

"Sehat bro?" sapa Ran yang lewat dan melihat Vero senyum - senyum sendiri kayak orang gila.

"Gak apapa" ucap Vero setelahnya dia senyum sendiri dan terkikik. Ran yang melihat Vero begitu langsung merasa takut kalau temannya ini kemasukan dedemit. Hhmmm... Kayaknya harus di Ruqiah nih. Batin Ran dan menelpon seseorang.

"Halo pak kiai, punten temen saya kayaknya kerasukan"

Udalah biarkan Ran yang tidak tahu namanya orang kasmaran melakukan kegiatan nya sendiri. Padahal dia udah punya pacaran.