webnovel

Pohon Ketapang

"Kapan ini selesai, panas nih." Kata Dervi berbisik.

"Sebentar lagi." Jawab Titha.

Terlihat kalau kepala sekolah sedang memberikan banyak masukan terutama untuk siswa baru, semua siswa dari kelas satu sampai tiga mendengarkan dengan cermat hingga selesai.

Mereka kembali masuk ke dalam kelas masing-masing. Hari itu semua kegiatan di kelas berjalan dengan normal, sudah mulai untuk materi baru.

Titha dengan seksama memperhatikan apa yang di sampaikan oleh guru. Tiba-tiba Atta muncul di sebelah Titha, dia ikut memperhatikan apa yang di sampaikan oleh guru.

"Bicara apa dia? Rumit sekali." Ucap Atta.

Titha hanya melirik Atta yang sedang memasang ekspresi bingung, kemudian Atta duduk di meja sambil memperhatikan Titha menulis.

"Jelek sekali tulisannya, aku tidak bisa membaca." Kata Atta.

"Bodoh ya." Gumam Titha.

"Apa?" Tanya Dervi yang tidak sengaja mendengar ucapan Titha.

"Ah tidak kok." Jawab Titha tersenyum.

"Aku pergi main saja." Kata Atta lalu menghilang.

Jam menunjukan pukul 9.30 bell tanda istirahat sudah berbunyi, Titha langsung merapikan bukunya dimasukan ke dalam tas.

Titha dan Dervi berjalan keluar kelas langsung menuju kantin sekolah.

"Panas sekali hari ini." Kata Dervi.

"Sop buah segar nih." Kata Titha merekomendasikan.

"Ditambah semangkok bakso biar kenyang."

"Perut aku tidak bisa menampung sebanyak itu."

"Hahahaa.. kalau aku tentu sangat bisa."

"Dasar perut karet."

Sesampainya di kantin mereka langsung memesan makanan, seperti biasa suasana kantin sangat ramai.

Titha melihat sosok wanita di pojok kantin, terlihat darah segar mengucur dari dahinya. Karena merasa tidak nyaman Titha memilih kursi yang membelakangi sosok itu supaya tidak melihatnya.

"Bagaimana sudah ada cowo yang kamu incar belum?" Tanya Dervi.

"Hah? Aku belum memikirkan hal seperti itu."

"Hahaaa.. yang benar? Banyak kaka kelas kita yang ganteng loh."

"Entahlah, kita juga masih baru."

"Aku yakin salah satu dari mereka sudah ada yang suka sama kamu."

"Tidak mungkin lah."

"Siapa tau, hahaaaa."

"Otakmu isinya apa si?"

"Tidak berisi, hahaaa."

"Hahaaaa.. pantas saja.

"Aku mendengar kalau ketua tim basket di sekolah ini paling populer loh."

"Siapa?"

"Katanya anak kelas 3, tapi aku belum tau namanya."

"Kamu suka?"

"Penasaran, hehee.."

Tiba-tiba pegawai kantin datang.

"Permisi, silahkan." Kata pegawai kantin memberikan pesanan mereka.

"Terima kasih ya mba."

"Sama-sama."

Tanpa ada komando, mereka berdua langsung memulai memakan pesanan mereka yang baru saja tiba.

Tampak di pojok paling belakang menjadi tempat paling ramai diisi oleh kelas 3, tawa mereka keras sekali sampai seisi kantin mendengarnya.

Tiba-tiba lewat ketua Osis di dekat mereka, orangnya tidak terlalu tinggi, berkulit putih dan wajah oriental. Dia menggunakan kacamata yang cukup tebal dengan potongan rambut cepak.

"Bagaimana dengan ketua osis?" Tanya Dervi.

"Biasa saja."

"Betul juga si."

Titha kembali mencoba memperhatikan si ketua osis yang baru saja lewat, dari penglihatan Titha ketua osis memiliki aura berwarna kuning.

Warna kuning menggambarkan pribadi yang santai, ceria, kreatif, ramah, dan optimis. Orang dengan aura warna kuning lebih memilih untuk menghindari konflik, apalagi mereka mempunyai perasaan yang mudah tersakiti. Selain itu, warna aura kuning juga punya makna kepribadian yang pemalu. Masalah kesehatan aura warna kuning biasanya berhubungan dengan limpa.

"Tapi kelihatannya dia orangnya ramah." Kata Titha.

"Mungkin saja si, mukanya terlihat kalem."

Mereka berdua melanjutkan makannya, mata mereka berdua tak hentinya memperhatikan siapa saja yang lewat. Wajar saja mereka masih baru di sekolah itu jadi banyak hal yang membuat mereka berdua penasaran.

Titha melirik jam tangannya,

"5 menit lagi nih." Kata Titha.

"Aku ingin ke toilet dulu sebelum masuk ya, temani aku loh." Pinta Dervi sambil beridiri.

"Yasudah ayo." Ajak Titha.

Mereka berdua berjalan menuju toilet yang berada di pojok lapangan basket, tepat berada di samping pohon ketapang yang besar.

Dervi langsung masuk ke dalam toilet, sedangkan Titha menunggu di luar sambil duduk. Titha kembali melihat dua sosok wanita yang berada di pohon ketapang itu.

Terlihat kalau sosok wanita yang berada di bawah menyadari kalau Titha dapat melihatnya. Tiba-tiba sosok wanita itu melambaikan tangannya kepada Titha dengan pelan. Mulutnya terbuka seakan mengatakan sesuatu namun sangat pelan, dia mengucapkan sepatah kata berulang kali hingga cukup terdengar oleh Titha namun tidak jelas.

"Kadieu." Ucap sosok itu sangat lirih.

"Apa? Aku tidak mengerti." Tanya Titha dalam hati.

"Kadieu." Ucapnya lagi.

Tiba-tiba muncul sosok Atta di sampingnya sambil berdiri.

"Ada apa Ipang?" Tanya Atta ketika melihat Titha memperhatikan sesuatu.

"Kasian tante itu, dia tidak bisa kemana-mana dia kesepian." Ucap Atta ketika melihat sosok wanita yang di perhatikan oleh Titha.

"Sana temani dia." Kata Titha.

"Tidak mau, tante itu tidak bisa di ajak main. Bosan sekali." Ucap Atta menolak.

Tanpa Titha sadari dari sebrang lapangan ada guru yang sedang memperhatikan Titha yang sedang berkomunikasi dengan Atta. Guru itu sepertinya mengetahui kalau Titha sedang berkomunikasi, namun guru itu hanya memperhatikan saja dari kejauhan tanpa diketahui oleh Titha.

"Sudah ayo." Kata Dervi tiba-tiba muncul di belakang Titha.

"Iya sebentar lagi bell bunyi nih."

Mereka berdua berjalan menuju kelas untuk melanjutkan aktifitas belajarnya kembali.

Sosok mahluk kurus yang berada di pojok kelas kembali terlihat, Titha yang dari awal memang takut dengan sosok yang satu ini akhirnya memilih untuk tidak menengok kebelakang. Dia mencoba tetap fokus ke arah depan.

Tidak lama setelah mereka masuk guru pun datang dengan tas laptop di punggungnya.

Titha memperhatikan guru yang baru saja masuk, di memiliki aura berwarna cokelat.

Aura berwarna coklat cenderung untuk menyukai pekerjaan yang rutin. Praktis, sederhana, dan memiliki hubungan kuat dengan alam sekitar. Sangat loyal dan senang merawat lingkungan dan orang lain. Meskipun tekun dan elut, namun tidak menyukai tantangan maupun kegiatan yang berbeda dari biasanya.

Mereka tidak senang menjadi pusat perhatian dan menyenangi pekerjaan yang berada di balik layar. Jika warna coklat terlihat keruh, menunjukkan adanya sifat keserakahan dan mementingkan dirinya sendiri. Serta selalu memastikan jika apa yang dikerjakan dapat dihargai dan tidak terbuang sia-sia.

Mungkin guru yang baru saja masuk sangat terlihat mempunyai sifat tersebut dilihat dari warna auranya.

Di belakangnya terdapat sosok anak kecil yang mengikutinya, cara jalannya mengikuti seperti guru tetsebut. Titha melihat itu dengan jelas, kemudian sosok anak kecil tersebut melambaikan tangannya kepada Titha.

Ternyata itu Atta yang sedang iseng mengikuti gaya dari guru yang baru saja masuk. Titha sedikit menahan tawanya dengan senyum kecilnya ketika melihat tingkah Atta yang bergaya seperti gurunya.

"Kenapa senyum-senyum?" Tanya Dervi.

"Ahh tidak, lihat kumisnya tebal rasanya ingin aku potong." Kata Titha mengalihkan perhatian.

"Dasar kamu ini, kenapa malah memperhatikan kumis."

"Kan sangat jelas di depan mata, heheee.."

"Kira-kira kalau di cukur cuma sebelah lucu ya."

"Kalau tidak disisakan bagian tengahnya saja biar jadi kotak."

"Hahaaaa dasar."

Mereka berdua tidak melanjutkan pembicaraanya karena guru sudah akan memulai pelajaran di siang itu.