webnovel

Bau Darah

Tanpa sepengetahuan Titha beberapa teman sekelasnya memperhatikan gerak gerik Titha yang sedikit aneh. Tiba-tiba suka tersenyum sendiri, terkejut bahkan terlihat suka melamun.

Titha memang seperti itu apalagi kalau ada sosok menakutkan yang datang mendekatinya, terkadang dia reflek berteriak. Namun masih tetap mencoba menutupinya dengan berkata tidak ada apa-apa.

Terlebih lagi di sekolah barunya Titha baru berteman dengan dervi, di luar sekolah juga Titha tidak mempunyai teman hanya Atta yang menemani hari-harinnya.

Di saat pelajaran sedang berlangsung semuanya terlihat lancar tanpa kendala. Tiba-tiba Titha mencium bau darah yang sangat pekat membuat konsentrasinya buyar. Dia mencoba untuk tetap fokus namun sayangnya bau itu sangat pekat hingga membuatnya sedikit mual diperut.

"Apa lagi ini." Kata Titha dalam hati.

"Tolong."

"Tooloongg."

"Tolong aku."

Titha mendengar sebuah bisikan yang cukup jelas, suara merintih meminta tolong. Namun sosok itu tidak ada dalam pandangan Titha, dia mencoba untuk mengabaikannya.

"Tolongg."

"Toloonnggg."

Suara itu semakin jelas sehingga benar-benar mengganggunya. Titha menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok tersebut namun tidak ada, suaranya lirih namun sangat jelas meminta tolong.

Hal ini yang kadang membuat Titha takut, karena dia tidak tau harus berbuat apa ketika ada sosok yang meminta tolong kepadanya.

Bau darah yang sangat pekat masih tercium, perut Titha sudah mulai terasa tidak nyaman. Konsentrasi Titha sudah mulai kacau karena hal ini. Dia mencoba menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam supaya jauh lebih tenang, tiba-tiba di saat Titha membuka matanya sosok itu sudah tepat berada di depan Titha sangat dekat dengan wajahnya.

"Aaaaakkkhhhhh!!!"

Titha berteriak sangat kencang membuat semua yang berada di dalam kelas terkejut, Dervi yang berada di sebelahnya langsung memegangi Titha. Semua yang berada di dalam kelas melihat ke arah Titha yang tiba-tiba teriak.

"Apa apa?" Tanya Dervi dengan muka panik.

Titha menutup matanya dengan tangan dan hanya menggelengkan kepalanya. Dia sangat histeris dan ketakutan, Dervi mencoba menenangkannya.

"Kenapa nak?" Tanya pak guru.

Titha diam dan tidak mau menjawab.

"Tolong mintakan segelas air putih." Perintah pak guru ke salah satu murid di situ.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya pak guru kembali.

Titha masih menutup mata dengan tangannya, Dervi hanya mengelus pundak Titha supaya lebih tenang.

Titha sangat terkejut dengan sosok yang tiba-tiba saja muncul di depan matanya, sosok perempuan seumuran dengannya. Wajahnya hancur sebagian, darahnya mengalir di seluruh wajahnya, sebelah bola matanya keluar dan hampir jatuh. Rambutnya sangat berantakan, bajunya penuh dengan darah.

Dia adalah sosok yang dari tadi meminta tolong kepada Titha, bau darah yang sangat pekat juga berasal darinya. Hal itu sangat mengejutkan Titha karena tiba-tiba muncul tepat di depan matanya.

Titha masih enggan untuk membuka matanya, seisi kelas langsung menghampiri Titha dan melihat Titha yang masih terlihat ketakutan.

"Ini pak air minumnya." Kata salah satu siswa memberikan segelas air minum.

"Minum dulu." Kata pak guru.

Titha hanya menggelengkan kepalanya,

"Antar saja dulu ke uks, biar dia bisa beristirahat." Pinta pak guru kepada Dervi.

"Baik pak."

Titha beranjak dari tempat duduknya diantar oleh Dervi menuju uks sekolah. Dervi hanya kebingungan dengan tingkah Titha yang tiba-tiba berteriak.

Ketika sampai di uks Titha hanya duduk di temani oleh Dervi.

"Tiduran saja dulu." Pinta Dervi.

Titha hanya mengangguk, tatapannya terlihat masih sangat kosong dan cemas. Sosok itu benar-benar membuatnya takut dan terkejut.

"Ini di minum dulu biar lebih tenang." Ucap Dervi sambil memberikan segelas air putih.

Titha mengambil segelas air itu kemudian perlahan meminumnya, rasa panik masih menyelimuti diri Titha. Untuk ke sekian kalinya Titha di kejutkan oleh sosok yang mengerikan, bedanya sekarang dia berada di dalam kelas yang membuat semua orang yang melihatnya terheran.

Dervi yang duduk di sebelahnya hanya bisa diam karena Titha masih belum bisa di ajak bicara. Dia sendiri bingung kenapa Titha tiba-tiba berteriak seperti itu.

"Jangan kemana-mana ya, temani aku." Kata Titha Lirih.

"Iya aku disini kok." Jawab Dervi sambil mengucap punggung Titha.

Nafas Titha sudah mulai stabil dan tenang.

Tiba-tiba masuk salah satu guru ke dalam ruangan itu, dia sepertinya sudah tau apa yang terjadi kemudian guru itu mendekati Titha. Dia adalah guru fisika di sekolah itu bernama pak Ari, guru yang memperhatikan Titha pada saat Titha sedang duduk menunggu Dervi yang sedang di toilet.

"Sudah tidak apa-apa nak, jangan terlalu di pikirkan dia tidak mengganggu kok." Kata pak Ari.

Dervi yang tidak paham hanya bingung dengan perkataan pak Ari.

"Kamu tidak sendirian bapak tau kok, kalau ada apa-apa kamu bisa bercerita sama bapak, siapa tau bapak bisa bantu kamu, jangan di pendam semuanya sendiri." Jelas pak Ari mencoba menenangkan Titha.

"Iya pak." Jawab Titha singkat.

"Tenangkan diri kamu dulu, sebentar lagi jam sekolah selesai lebih baik kamu pulang dan beristirahat di rumah biar lebih baik." Kata pak Ari.

"Kamu temani dia ya." Pinta pak Ari kepada Dervi.

"Baik pak." Jawab Dervi singkat.

Pak Ari kemudian meninggalkan mereka berdua, sepertinya pak Ari mengetahui apa penyebab Titha berteriak tadi. Titha sendiri sedikit terkejut dengan perkataan pak Ari, namun masih tidak memikirkannya. Titha hanya berpikir kalau itu cuma kebetulan saja.

Bell tanda pulang sudah berbunyi, Dervi kemudian beranjak dari duduknya.

"Kamu tunggu sebentar ya, aku ambilkan tas kamu di kelas." Kata Dervi.

"Aku ikut saja, aku tidak mau sendirian." Kata Titha dengan muka lemas.

"Memangnya sudah tidak apa-apa?" Tanya Dervi.

Titha hanya mengangguk, kemudian mereka berdua keluar dari ruang uks berjalan menuju kelas. Terlihat semua siswa sudah mulai keluar dari kelasnya masing-masing, beberapa teman sekelasnya melihat Titha yang sedang berjalan ke arah kelas.

"Dia yang tadi berteriak." Ucap lirih salah satu siswa.

"Iya aneh ya."

"Teriaknya kenceng kaya ketemu setan."

"Mana ada setan di siang bolong kaya gini."

"Hahahaa iya ya dasar aneh."

Percakapan mereka sangat jelas di dengar oleh Titha, namun Titha mencoba untuk menghiraukannya walaupun dalam hati terasa sakit karena perkataan mereka.

Titha berjalan menuju tempat parkir sepedanya bersama Dervi, terlihat kalau suasana sudah semakin ramai semua siswa sudah mulai keluar dari sekolah satu per satu.

"Kamu hati-hati di jalan ya." Ucap Dervi berpamitan.

"Iya kamu juga." Kata Titha mengaangukan kepalanya.

Mereka berdua berpisah di depan gerbang sekolah, Titha menyusuri jalanan dengan sepedanya sendirian. Terlihat sepanjang jalan itu juga ramai oleh pengendara seperti biasanya.

Ditengah perjalanan tiba-tiba Atta muncul di sampingnya.

"Ipang kenapa tadi teriak." Tanya Atta.

"Diamm."

"Takut yaa, hihihiii."

Titha tidak menanggapi ledekan dari Atta, muka masih belum terliat ceria seperti biasanya.

"Dasar sudah besar masih saja seperti itu. Lihat aku sangat pemberani." Ucap Atta dengan sombongnya.

"Jangan samakan aku dengan kamu ya cil."

"Hihiiii, kan kamu lebih besar."

"Diam bocill."

"Ahh tidak asik, Ipang suka marah-marah."

Titha hanya kembali diam tidak melanjutkan pembicaraanya, sedangkan Atta hanya terbang di samping Titha sepanjang jalan.