Hampir-hampir saja ia terjerambab di tangga kalau Seruni tidak cepat-cepat menangkap tangannya.
"Kok tegang, kak? Kenapa?" Seruni mengerutkan alis.
"Gak tau... pingin kentut kali...." Lusia pura-pura cuek. Ia tak mau menceritakan apa yang ia lihat karena hanya akan menimbulkan kegaduhan saja di antara mereka. Lagipula ia juga tidak tahu persis apa yang terjadi jika hanya sekedar pintu kamar yang sedikit terbuka.
Ia hanya bergegas menutup pintu loteng dan menguncinya dari dalam. Bergidik sejenak, lalu berbaring di kasur setelah meletakkan rentang makanan yang ia bawa.
Seruni mengintip takut-takut ke arah keluar melalui celah kayu jendela. Ia mengerutkan alis memandang ke arah tanah di bawah mereka. Ternyata tak ada kuyang lagi di sana. Kemana makhluk-makhluk itu pergi? Pikirnya.
Ia menoleh ke arah kakek Abdullah yang asik komat-kamit membaca mantera, dan Lusia yang juga mendadak tertidur.
Ia menarik nafas lega.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com