webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
37 Chs

Aku lebih suka yang coklat

Cecile sudah berada di lantai bawah bersama Arthur. Tepat ketika ia mulai melangkah masuk ke ruang takhta dimana tempat ratu berada, langkah kakinya terasa berat. Ia merasa takut berjumpa dengan ratu negri ini. Bagaimanapun ia adalah seorang gadis manusia yang tidak sepantasnya berada di tempat itu.

Meremas gaun merah delima nya yang kepanjangan, Cecile tenggelam dalam pikiran kalutnya. Ia teringat dengan dongeng yang ibunya ceritakan, tidak semua bangsa siluman serigala itu ramah pada manusia.

Ada beberapa dari mereka yang tidak suka pada manusia. Mereka beranggapan manusia itu adalah makhluk yang lemah dan rendah. Namun ada pula beberapa dari mereka yang menyukai manusia, tapi itu minoritas saja. Dan kebanyakan kelompok yang menyukai manusia itu di kucilkan. Mereka dipandang hina karena menyukai manusia.

"Cecile" Arthur yang melihat Cecile berhenti berjalan, terus memanggilnya.

"Huh?" Cecile tersentak dari lautan pikirannya.

"Kau takut?" Cecile mengangguk.

"Bagaimana jika ibu mu tidak menyukai ku?" Cecile memasang ekspresi tertekan. "Aku manusia! Tidak seharusnya aku berada disini"

Arthur dapat melihat ketakutan gadis itu sejak tadi. Mengambil tangan Cecile, ia mengelusnya lembut. "Kau bersama ku, apa yang harus kau khawatirkan?"

Mendengar hal itu, Cecile terkesima beberapa saat. Melihat senyum pria itu, rasanya lembut dan menenangkan. Beralih pada iris birunya yang jernih, itu hangat dan menyakinkan. Cecile menarik tangan Arthur dan menggandengnya. "Kalau begitu, izinkan aku menggandeng mu"

Tidak tau kenapa, Arthur sedikit terkejut ketika Cecile menggandengnya tiba-tiba. Kini mereka berdiri cukup dekat satu sama lain. Aroma mawar yang kuat dari tubuh gadis itu mendominasi penciumannya. Biasanya jika ada gadis yang melakukan hal itu padanya, ia pasti sudah lebih dulu menepisnya.

Tapi ada yang aneh jika Cecile yang melakukannya. Ia sama sekali tidak ada niat untuk menolak perlakuan itu dan bahkan ia merasa senang.

"Jika begini, ibuku akan salah paham" Arthur menundukkan kepalanya, berbisik halus di ambang telinga Cecile.

"Salah paham?" Menautkan sepasang alisnya, Cecile terlihat tak mengerti.

Arthur tidak akan mengira Cecile akan sepolos itu. Ia pun tergoda untuk mengusiknya. Membungkuk kan badannya, wajahnya mendekat kearah Cecile. Awalnya gadis itu tidak bereaksi. Sampai ketika ia terus membungkuk kebawah dan ujung hidung mereka nyaris hampir bertemu.

Detik itulah Cecile terus menurunkan tubuhnya, mencoba menghindar. Arthur dapat melihat, sepasang bola mata merah itu bergetar gugup serta kedua belah pipinya yang memerah.

"Apa yang ingin kau coba lakukan?"

"Aku lebih suka yang coklat"

Nafas hangat Arthur menyapu wajah Cecile, membuat gadis itu kian gugup. "Apa itu?"

"Mata mu!" Dan aroma mint yang kuat dari nafasnya, mendebarkan jantung Cecile.

Mereka sama sekali tidak menyadari, adegan mereka yang terbilang cukup intim itu. Sudah menarik pusat perhatian para pelayan yang bekerja. Membuat mereka bertanya-bertanya, apakah pangeran dari bangsa mereka, sungguh jatuh cinta pada seorang gadis manusia?

Beberapa tatapan tak

suka pun mulai muncul. Dan entah bagaimana, detik itu Cecile merasa seperti ada sesuatu di balik punggung nya. Ia seperti merasakan beberapa tatapan tajam yang menusuk nya di belakang. Membuatnya reflex menoleh kebelakang.

Menyadari itu, para pelayan terus berpura-pura bekerja seperti semula. Bersikap seakan mereka tidak melihat apapun. Cecile tidak bodoh untuk membaca suasana. Jelas sejak tadi mereka memandang tak suka padanya.

"Bisakah untuk tidak terlalu dekat!" Cecile mendorong tubuh Arthur untuk menjauh darinya. Ia tidak ingin terus menerima tatapan tajam para pelayan. Dan membiarkan mereka salah paham terhadap hubungan mereka yang sebenarnya tidak ada apa-apa.

"Jangan mencoba mengusik ku!" Cecile akhirnya menyadari niat terselubung pria itu.

"Bwaha…ha.." Arthur tak sanggup menahan gelak tawanya.

"Tindakan mu barusan bisa membuat para pelayan salah paham" Gerutu Cecile tak senang.

"Kau menggandeng ku seperti tadi, juga sudah membuat mereka salah paham"

Cecile sama sekali tidak tau akan hal itu. Ia hanya mengira bergandengan tangan itu adalah hal yang wajar. Walau umumnya di lakukan oleh para pasangan. Tapi itu jarang dilakukan di sukunya. Karena mereka beranggapan bahwa tiap pasangan yang melakukan hal itu, tidak memiliki hubungan yang cukup baik.

Biasanya para pasangan yang terwujud karena perjodohan yang melakukan nya. Karena mereka melakukan hal itu hanya sebatas formalitas saja dihadapan public. Tapi bagi para pasangan yang memiliki cinta yang tulus, mereka cenderung menarik pasangannya jauh dalam pelukannya dengan merangkul mereka dengan akrab dan hangat.

"Aku tidak tau jika bergandengan tangan bukanlah hal lumrah bagi bangsa kalian"

"Lalu bagi kalian itu adalah hal yang wajar?"

"Khususnya di suku ku, itu adalah hal yang wajar dilakukan dalam lingkaran pertemanan"

"Gadis rumahan seperti mu cukup berpengetahuan tentang dunia pertemanan?"

"Aku sudah menguasai buku panduan menjadi putri kepala suku yang baik" Jelas Cecile.

Buku itu ada tiga jilid, sialnya itu sangat tebal. Dan ia harus mempelajari keseluruhannya sejak umur enam tahun. Tepat setelah ia dapat membaca dengan lancar.

"Oh! Itu sepertinya membosankan!"

"Sangat!" Sampai membuatnya menyesal karena terlahir sebagai putri kepala suku.

Arthur mengulurkan telapak tangannya kepada Cecile.

"Ini-?" Cecile memasang tampang kebingungan.

"Ayo, bertemu ibu ku!"

Cecile masih diam di tempat. Tatapannya masih terpaku pada uluran tangan Arthur.

"Kau akan lebih tenang dengan menggenggam tangan ku" Jelas Arthur yang tau Cecile masih tidak mengerti maksud perlakuannya. Mendengar hal itu, Cecile terus menyambut uluran tangan Arthur sembari tersenyum.

Meskipun tidak bergandengan, dengan hanya menggenggam tangan pria itu saja sudah cukup membuat nya jauh lebih baik. Dengan begitu mereka pun masuk kedalam.

Didalam sana Cecile melihat seorang wanita paruh baya dengan pesona dan aura yang kuat. Duduk tegak di atas singgasana megah yang terbuat dari es.

'Woahh, itu dari es?', batin Cecile, matanya melongo sesaat dengan mulutnya separuh terbuka.

Arthur melirik gadis manusia disampingnya yang sudah terpaku pada pemandangan didepan. Ketika Arthur mengikuti arah pandang nya, ternya itu adalah singgasana dari es. Arthur maklum Cecile begitu terkejut dengan hal itu. Karena hal ajaib seperti itu tidak akan ditemuinya di dunia manusia.

"Itu tidak akan mencair?" Tanya Cecile dengan suara rendah, arah pandangnya belum berpindah pada objek yang sangat mencuri perhatian nya itu.

"Tidak"

"Bagaimana bisa?"

"Ekhem"

Seseorang berdeham.

Cecile terkejut dan terus mengalihkan perhatiannya pada wanita penguasa negri yang kini menatap lekat kearahnya. Mata merah yang menatapnya intens itu membuat Cecile teringat pada gadis penunggu hutan yang melakukan pertukaran mata dengan nya.

Perlahan rasa takut pun menguasainya, tatapan mata merah itu terasa menekan nya. Ia pun meremas tangan Arthur, menyalurkan rasa takut nya pada pria itu.

"Jangan takut!" Ucap Arthur dengan suara rendah.

"Aku disini bersama mu"

Cecile semakin meremas telapak tangan Arthur yang kasar dan hangat. Mengatur detak jantung dan nafasnya, perlahan ia jauh lebih tenang.

Satu kalimat dari pria itu seperti menemukan oasis di padang pasir. Itu adalah kehidupan dan harapan.

"Kau adalah gadis manusia?"

____