webnovel

Hemlock : The land of werewolves

Cecile adalah seorang putri dari kepala suku. Suatu hari ia bertunangan dengan saudagar kaya atas kehendak ayahnya sampai membuat nya lari dari rumah. Pelarian nya membawa beberapa pengalaman baru untuk nya tentang kedekatan nya dengan seorang pria asing yang bernama Arthur walau hanya sesaat. Akankah sesaat itu menjadi hubungan yang dekat? Ini adalah kisah tentang negri manusia dan negeri manusia serigala. Manusia serigala empat musim, seperti apa itu??? Slow update!

Happy_autumn · Fantasy
Not enough ratings
37 Chs

Saya bisa melakukan nya sendiri

Cecile mengikuti dua pelayan yang memandu nya atas pesanan Arthur. Karena ia sudah cukup kuat untuk berjalan, Cecile menolak untuk di papah lagi.

Dua pelayan itu mengenakan jubah berbulu yang sudah tidak asing lagi di matanya. Yang satu bewarna coklat terang senada dengan warna kulit nya yang sawo matang dan yang satunya lagi bewarna putih kekuningan senada dengan kulitnya yang seperti langsat.

Mereka mengenakan dalaman gaun bewarna krem. Itu panjang dan berbahan kasar. Jika Cecile melihat, mungkin itu adalah pakaian resmi untuk para pelayan di kastil.

Sesekali Cecile mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Jika dari luar bangunan ini terlihat seperti terbuat dari es, maka itu hal yang berbeda dari dalam.

Sepanjang dindingnya berlapis perak yang tebal dengan ukiran seperti susunan bata. Membuat nya tampak seperti dinding bata sungguhan. Lantai nya berlapis batu pualam yang dingin dengan hitam yang mengilap.

Ini adalah kali pertama Cecile melangkah kedalam kastil. Jika memiliki kesempatan, ingin sekali ia memuaskan hasrat penasaran nya dengan menjelajahi sayap barat dan timur kastil yang pastinya sangat luar biasa.

Setelah menyusuri lorong yang panjang, kedua pelayan itu mengajak nya naik ke lantai atas dengan tangga yang terbuat dari bongkahan es. Dengan pegangan berlapis bulu domba yang sangat lembut.

Tangga itu sangat panjang dan berputar-putar hingga membentuk lengkungan yang memusingkan jika di lihat dari bawah. Karena terbuat dari es, Cecile sangat menjaga tiap pijakan nya agar jangan sampai jatuh terpeleset.

Cecile terus menaiki anak tangga perlahan dengan dua pelayan mengiringi di belakang nya. Matanya yang cerah berkilat takjub. Merasakan semua hal yang dialaminya saat ini seperti baru saja melangkah ke negeri dongeng.

Manusia serigala, lembah asing dan kastil megah dari es. Sungguh seperti baru saja terjebak dalam dunia fantasi.

Setelah berputar-putar cukup lama menaiki anak tangga yang sangat panjang. Cecile akhirnya sampai di lantai atas. Membungkuk sedikit, ia bernafas terengah-engah karena kelelahan. Punggung tangannya mengusap titik keringat yang muncul di dahinya.

Dua pelayan yang melihat hal itu hanya memakluminya dalam hati. Itu wajar karena Cecile tidak terbiasa.

Setelahnya pelayan itu mengantarkan nya ke salah satu kamar kosong. Pelayan itu menjelaskan padanya bahwa kamar itu di sediakan untuk tamu-tamu penting istana. Jika mereka tinggal untuk menginap beberapa hari.

Karena kedatangan Cecile hari ini sangat tiba-tiba. Mereka belum mempersiapkan nya. Karenanya kamar itu sedikit berdebu. Ketika pintu kamar di buka, Cecile terkesima dengan kemegahan isi di dalamnya.

Kamar itu dua kali lipat lebih luas dari kamar miliknya. Dengan ranjang besar di tengahnya.

Ranjang itu memiliki kanopi di atas nya yang berhiaskan batu berlian putih yang berkilat. Dengan penutup dari tirai putih sutra yang halus bersulam emas murni.

Ada sofa besar di salah satu sisi ruangan. Bewarna merah menyala dengan kepalanya terbuat dari kayu berlapis emas dan bertahtakan permata.

Di sisi yang lain ada meja rias yang terbuat dari kayu dengan ukiran yang sangat menarik. Dengan cermin di depannya yang berbentuk telur lengkap dengan kursi di depannya.

Di samping itu kamar ini juga di lengkapi dengan perapian. Untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat.

"Nona bak mandi sudah siap"

Cecile mengangguk kan kepalanya. Dua pelayan itu pun menuntunnya ke bak mandi yang sudah mereka siapkan untuknya. Disana sudah ada air yang bercampur kelopak mawar dan susu. Kepulan uap pun terbentuk di udara karena suhu air yang hangat.

Dua pelayan itu mendatangi nya untuk membuka pakaiannya. "Sebentar!" Tahan Cecile. Dua pelayan itu pun berhenti dengan tampang bertanya di wajahnya.

"Saya bisa melakukan nya sendiri" Cecile tidak terbiasa membiarkan orang lain melakukan nya. Meskipun terlahir sebagai putri kepala suku, tapi karena didikan mandiri dari keluarga nya. Ia terbiasa melakukan hal-hal pribadi seperti itu sendiri.

"Tapi nona, yang mulia menyuruh kami untuk melayani anda"

"Aku tidak terbiasa dengan orang lain yang melakukan nya" Meskipun mereka adalah wanita sama seperti nya. "Aku dapat melakukannya sendiri, kalian bisa pergi"

Pelayan itu menatap Cecile beberapa saat seperti memikirkan sesuatu. Tidak mungkin mereka tidak menjalankan apa yang telah di perintahkan oleh yang mulia, batin keduanya diam-diam.

"Maaf nona, ini adalah perintah! Kami harus melakukan sesuai yang di perintahkan"

Salah satu pelayan menahan Cecile dari memberontak. Dan yang satunya lagi bergegas menanggalkan pakaian Cecile. Gerakan mereka sangat terlatih dan tidak kasar.

Cecile pada akhirnya hanya bisa pasrah menerima perlakuan itu. Meskipun ia merasa sangat malu. Melihat kedua pelayan itu melihat tubuhnya tanpa sehelai benang pun.

Kedua pelayan itu sangat terkejut melihat keindahan tubuh Cecile. Kulitnya yang putih seperti cahaya rembulan di malam hari, itu sangat menawan mata. Tidak ada kecacatan dan semua tampak terawat sangat baik.

Kedua pelayan itu pun menuntun Cecile untuk berendam dalam air yang sudah di siapkan. Pada akhirnya Cecile menghela nafas lega. Semerbak aroma mawar yang kuat, bercampur susu merasuki penciumannya. Kehangatan suhu air yang stabil, merilekskan seluruh sel saraf dalam tubuhnya.

Sebagai putri kepala suku, mandi susu seperti ini bukan pertama kali untuk nya.

Pelayan itu mulai menggosok punggung nya perlahan. Berapa kali ia menolak, tapi mereka tidak mengindahkan. Terpaksa Cecile membiarkan dua pelayan itu melayani nya dengan baik.

Menidurkan kepalanya di pinggir bak, pelayan itu mulai memijat nya dengan lembut. Perawatan mereka sama sekali tidak buruk. Cecile bahkan hampir saja jatuh tertidur menikmati pijatan itu.

Setelah sesi mandi selesai. Mereka membantunya berpakaian.

Itu adalah sebuah gaun panjang yang terbuat dari serat sutra yang halus. Menyentuh permukaan kulitnya dengan lembut. Cecile merasa sangat nyaman dengannya.

Gaun itu memiliki kerah yang sangat konservatif, nyaris hampir menutupi tulang selangka nya. Ada batu Ruby merah di depannya yang sangat kompatibel dengan warna gaunnya yang bewarna merah delima.

Duduk di depan meja rias, kedua pelayan itu mulai merias nya. Yang satu menata rambutnya dan yang satunya lagi merias wajahnya. Cecile terus memperhatikan pergerakan mereka dari pantulan cermin.

Rambutnya di sisir perlahan dan di biarkan tergerai begitu saja. Cecile yang masih belum terbiasa melihat rambutnya yang sudah berubah menjadi merah tentu saja menatap cermin dengan mata terbelalak kaget.

"Ada apa nona?" Pelayan itu yang melihat ekspresi terkejut Cecile terus bertanya. "Bukan apa-apa!" Cecile tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya kedua pelayan itu selesai meriasnya.

Lalu Cecile di persilahkan untuk beristirahat di kamar dan kedua pelayan itu pergi meninggalkan nya.

Cecile melangkah ke arah jendela. Melihat suasana di bawah sana yang pastinya sangat berbeda dengan negri nya yang beriklim tropis.

Wilayah tempat ini di penuhi dengan salju. Hampir seluruh pepohonan di bawah sana berbalut kapas putih yang dingin itu. Beberapa kepingan kristal es yang cantik jatuh dari langit. Mengulurkan tangannya Cecile menangkap beberapa dari mereka.

Angin berhembus dari luar dan menampar pipinya. Cecile merasakan bibirnya bergetar karena dingin. Karena kamar ini ada perapian, tubuhnya masih dapat menoleransi nya.

Hingga Cecile mendengar suara pintu terbuka dan seseorang melangkah masuk. Ia terus berbalik.

"Arthur?"

Arthur melangkah lebih dekat kearahnya sambil tersenyum ia berkata.

"Ibuku ingin melihat mu"

___