webnovel

Part 10

  Hm? Siapa- Si gadis stres?! Apa yang dia inginkan sampai mendatangiku seorang diri? Bukankah masalah kita telah selesai? Ataukah dia ingin membalas dendam karena aku kini berada dalam wilayahnya?

  "Tenang saja, aku takkan melukaimu, kau harus belajar cara mempertahankan wajah datar lebih baik. Banyak orang dapat menebak apa yang dirimu pikirkan jika kau tak mengubahnya" Ucap dia sembari melipat lenyan dan melayangkan tatapan khas miliknya, tatapan yang membuat merasa terhina tujuh turunan.

  "Lalu apa? Menjadi patung es sepertimu? Mohon maaf saja, aku lebih memilih untuk berekspresi" Balasku tak mau kalau membuat wajahnya bergidik menahan emosi "Ada apa? Kau mendatangiku karena sesuatu bukan?"

  Jangan kira aku akan menunduk begitu saja hanya karena aku berada dalam wilayahmu nona. Aku juga memiliki harga diri sebagai laki-laki-

  "Kau butuh biaya bukan?"

  Hmm? Uang? Apa dia baru saja menyebut uang?

  "Mr. Anderson memberitahuku kalau kau akan ikut dalam eskpedisi karena sebuah misi dari tuan putri. Kami para ksatria tentunya di bayar perbulan namun dirimu yang tak terdaftar, tidak akan mendapatkan bayaran. Oleh karena itu, aku berpikir untuk membayarmu, anggap saja karena aku tak ingin berhutang, terutama pada seseorang sepertimu" Jelasnya angkuh, sengaja menekan dua kata tersebut seolah menganggapku sebagai seorang anak kecil ingusan yang masih belum mengerti apa-apa.

  Sabar Zent. Tak ada gunanya kau menggunakan emosi di sini, terlebih pada seseorang sepertinya. Mari menarik napas, hembuskan dan tenang.

  Fuhhh... Inner peace.

  "Aku yakin misi dari tuan putri hanyalah misi tak berguna yang diperintahnya atas dasar keegoisa-

  Tepat sebelum dia menyelesaikan kalimat tersebut, tanpa diriku sadari, tubuhku bergerak sendiri, menerjang dirinya dan memberikan sebuah 'Spinning Back Kick' yang dengan cepat ksatria tersebut hindari. Dia menundukkan tubuh, tak sadar bahwa itu hanyalah sebuah pancingan dari tendangan serangan sebenarnya, sebuah 'Middle Kick' biasa yang telah dilatih berulang kali dengan harapan semoga dapat memberikan sedikit kerusakan pada tubuh.

  Tetapi, tepat sebelum mengenai tulang rusuknya, aku menahan tendangan tersebut, menatap tajam dirinya yang balik menatapku dengan penuh keterkejutan beserta rasa khawatir akan keselamatan diri "Jangan pernah menyebut kesedihan seseorang sebagai sebuah keegoisan"

  Aku melangkah pergi, berhenti di depan pintu, lalu meliriknya sejenak, mengatakan "Simpan uang, emas atau apapun itu, aku tak butuh sesuatu dari seseorang yang tak dapat menghargai perasaan orang lain" Dan beranjak pergi menjauhi ruang makan, meninggalkan Sang ksatria yang masih terdiam di tempat dengan wajah semerah tomat oleh campuran berbagai perasaan.

  Oh, aku juga takut kakiku patah.

  "Hmm, dia hampir saja mengenaimu Kapten" Ucap seorang laki-laki yang tahu-tahu muncul dari balik bayangan dinding, melipat lengannya, masih memerhatikan pintu keluar "Tak kusangka akan bertemu dengan seseorang yang juga memiliki kemampuan baik. Aku rasa dia takkan menjadi beban dalam ekspedisi dan kau memang sedikit kelewatan Kapten"

  "Aku tahu itu!" Bentaknya, mengepalkan tangan sekuat mungkin hingga buku-buku jari memutih "Sialan, apa-apaan dia? Aku hanya berusaha membuka obrolan!"

  Seorang ksatria lain muncul dalam ruangan, kali ini berasal dari atas, bergelantungan di sana layaknya sebuah kelelawar menggunakan benang tipis, membiarkan rambut pirang panjangnya tergerai turun "Haiyahh, sudah kukatakan berapa lali Celine, pikirkan kalimatmu terlebih dahulu sebelum mengucapkannya. Tak semua yang kau pikirkan harus dirimu katakan" Jelasnya.

  "Tapi.. Bukankah kau juga mengatakan aku harus jujur dengan perasaanku sendiri?" Tanya Sang ksatria, bingung terhadap sesuatu yang masih terasa asing baginya "Aku tak bermaksud menyinggung, namun memang benar tuan putri menggunakan laki-laki itu untuk mendapatkan kembali bonekanya bukan?"

  Dua orang yang kini bersamanya hanya dapat menggelengkan kepala, tak tahu lagi harus melakukan apa agar sahabat mereka ini dapat mengerti dengan perasaan orang lain. Satu hal yang mereka lupakan adalah Celine bahkan tak tahu dengan perasaannya sendiri, bagaimana mungkin dirinya dapat tahu cara berempati? Itu bukanlah sesuatu yang diajarkan padanya dahulu, dia hanya diajarkan cara untuk bertahan hidup.

  Sialan, kenapa aku terbawa emosi.. AKU BUTUH DUIT!

  Bagaimana kalau ternyata bayarannya besar? Bagaimana kalau kesempatan ini hanya sekali saja? Hhhh...

  Tapi, jujur saja aku merasa puas. Uang dapat di cari kapanpun diriku mau, namun tidak dengan hinaan semacam itu. Apa dia tak tahu dengan keadaan tuan putri yang masih merindukan seorang ibu? Dia adalah salah satu orang penting di kota ini, kaki tangan langsung dari Sang papa, tidak mungkin dia tak tahu.

  Tenanglah Zent, kau tak ingin menghancurkan malammu hanya dengan ini bukan? Lebih baik kita menikmati keindahan kota fantasy ini di malam hari- ITU BENAR!

  Kota fantasy di malam hari! Astaga, mengapa tak terpikirkan olehku? Aku benar-benar harus mencari udara segar untuk menyegarkan kepala, sudah cukup banyak diriku menghela napas dalam sehari. Hidupmu tak berat-berat amat Zent, berbahagialah.

  Itu benar, berbahagialah. Jangan biarkan perasaan negatif menguasai. Tetap tenang bagaikan air. Kau mampu melakukannya Zent, aku tahu itu.

  "Baiklah! Saatnya bagiku untuk menikmati kota ini. Kapan lagi aku memiliki waktu kosong seperti ini bukan? Lebih baik aku bergegas dan memanfaatkannya sebaik mungkin!"

  Baru saja kaki ini bergerak tak lebih dari lima langkah, terdengar suara familiar memanggilku. Suara yang berhasil membuatku tersenyum lembut mendengarnya.

  Aku berbalik dan benar saja, tuan putri berdiri tak jauh di belakang, di depan pintu sebuah kamar yang sedang menyala. Aku rasa itu adalah kamar miliknya. Dia tampak begitu segar dan bersih dalam balutan gaun indah berwarna biru, warna yang sama dengan sepasang mata menggemaskan yang sedang menatapku penuh harap.

  "Umm, apa aku boleh ikut denganmu tuan ksatria?" Pintanya. Jari-jari dia saling bertautan, berusaha menyembunyikan perasaan gugup.

  Tanpa menunggu satu dua tiga, kaki kanan kutekuk ke depan, membiarkan badan ini turun ke lantai sehingga mata kami berada pada ketinggian yang sama "Panggil saja aku Zent, tuan putri dan tentu saja kau boleh ikut, tapi apakah tuan putri sudah meminta izin pada Yang Mulia papa?"

  "Tenang saja, bukankah Zent sendiri yang mengatakan aku adalah seorang pemberani? Jadi, tentu saja papa mengizinkan!" Serunya bahagia sembari melebarkan kedua tangan "Jadi jadi, kita akan pergi ke mana? Ah! Aku tahu! Bagaimana kalau ke air mancur di tengah kota! Aku dengar di saja sedang diadakan sebuah acara dan banyak makanan!"

  Waduh, aku benar-benar tak menduga Mr. Anderson mengiyakan putrinya berjalan bersama orang asing. Apa yang harus kulakukan? Aku tak tega menolaknya, terutama jika tuan putri tampak begitu rapi hanya untuk pergi denganku.

Plus!

Siapa yang tega menolak tatapan itu!

"Umm, tapi.. "

"Tak apa-apa, kalian pergi saja" Kata Sang papa yang tiba-tiba muncul dari dalam kamar tuan putri "Luna cukup lama memilih gaun yang akan dia gunakan, jadi sebagai seorang tuan ksatria yang baik, bukankah sudah tugasmu untuk menjaga tuan putri? Terlebih, kau dapat mencoba berbagai makanan dari berbagai macam ras dan aku yakin kau sudah tak sabar bertemu dengan salah satu dari mereka. Acara ini adalah acara tahunan yang kami adakan untuk merayakan bersatunya tiap ras dan sebuah kehormatan kami terpilih menjadi tuan rumah untuk perayaan kali ini"

  "Kau tak perlu khawatir" Lanjut Mr. Anderson melihat raut wajahku "Alasan diriku mempercayai Luna padamu adalah karena aku telah hidup cukup lama dan bertemu berbagai macam orang sehingga aku dapat menilai seseorang hanya dalam sekali pandang. Kau adalah tipe orang yang dapat kupercaya Zent dan kekhawatiranmu terhadap Luna meski telah mendapatkan izin dariku, bukankah itu adalah bukti bahwa kau dapat dipercaya?" Ia tersenyum, mengusap kepala putrinya penuh cinta "Jika dirimu masih khawatir, tenang saja, Celine dan dua anggotanya akan mengikuti kalian dari jauh. Seandainya hal buruk terjadi, kalian adalah prioritas utama, jadi nikmatilah malam kalian"

  Benarkah ini tak apa-apa? Maksudku, bagaimana jika hal buruk terjadi? Apa yang dapat kulakukan- Tidak, Mr. Anderson benar. Tuan putri telah mempercayaiku dan aku harus menjaga kepercayaannya itu.

  Aku bangkit berdiri, menegakkan tubuh, kemudian menatap Mr. Anderson "Aku takkan mengecewakan anda dan tuan putri" Aku menoleh pada si gadis kecil yang kini menatapku penuh kebahagiaan, mengulurkan tangan padanya "Ayo, kita pergi"

  Sepasang mata biru tersebut melebar, ia melompat kegirangan, mengucapkan selamat tinggal pada Sang papa, lalu menarik tanganku, membawaku pergi dengan cepat dari mansion tanpa memberiku kesempatan untuk berpamitan.

  Beberapa maid yang sementara menjalani tugas mereka, tampak terkejut melihat tuan putri mereka berlari bersama seorang laki-laki asing dan menjadi waspada untuk sesaat yang seketika tergantikan menjadi sebuah perasaan hangat dalam hati ketika melihat tuan putri yang selalu memasang wajah murung itu, kini dapat tersenyum kembali, tertawa penuh akan kebahagiaan.

  Mr. Anderson memerhatikan dua orang tersebut perlahan menghilang, menghela napas lega dengan sebuah senyum terbentuk pada wajah, senyum yang juga tak disangkanya akan kembali.