webnovel

Gita Cinta Gladys Dan Rahmat

Sinar matahari pagi merambat masuk dari balik tirai yang sedikit terbuka dan menerangi hampir seluruh ruangan. Lampu tidur disebelah masih menyala. Rasanya tidak ingin bangun dan memulai hari. Siapapun pasti ingin berlama lama bermalasan di kasur yang empuk dan wangi. Hhhmmm...sedetik kemudian mata Metta terbuka perlahan mencoba menyesuaikan dengan cahaya di ruangan. Namun sepertinya ada seseorang yang sedang duduk di depannya, bayangan seseorang dengan memakai setelan jas lengkap. Tunggu dulu, apakah itu seorang pria. Ia sedang duduk di sebuah kursi namun pandangannya menengok ke arah samping. Ia sedang melihat keluar. Tapi dia siapa?

Andromeda_Venus · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
381 Chs

93

Ferdy menelan ludahnya berkali-kali dan napasnya mulai tercekat. Ia memandang Sisca sekali lagi. Tak ada gurat kebohongan di sana. Sisca mengatakan kebenaran yang ditutupinya sekian lama.

"Sisca... serius?" tanya Ferdy lagi tak percaya yang ia dengar. Sisca mengangguk dan menunduk lagi.

"Saya bilang ini bukan untuk menakuti Aa. Atau membenarkan apapun. Saya mengatakan yang sebenarnya. Bahkan Alm. Pak Fey sendiri gak soal ini." Ferdy mengernyitkan keningnya.

"Dewi Basupati kan Ibunya Arsen? Gimana dia bsai nyuruh anaknya sendiri untuk bunuh orang lain?" tanya Ferdy heran.

"Aku juga gak tau. Tapi Arsen mengaku waktu itu dia dijebak dan diancam oleh Ibunya. Dia terbeban gak mau orang tuanya cerai, itu sebabnya mengapa dia setuju mau membunuh saya," jawab Sisca.

"Lalu apa yang terjadi?" tanya Ferdy lagi dengan ekspresi serius.

Capítulo Bloqueado

Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com