webnovel

Tinggallah Luka

"Iya. Hati-hati disana ya, Na. Jangan lupa kabarin aku kalo udah disana" jawab Raina dengan seseorang didalam telpon. Hidung yang tersumbat dan kepala yang pening membuat Raina terpaksa berbaring dikamar dengan penghangat ruangan, hujan rintik-rintik yang nampak dibalik tirai putih kamar Raina pun membuat tubuhnya semakin melekat dengan kasur dan selimut yang ia pakai. Sebenarnya ia ingin sekali mengantar Ana ke bandara sesuai perjanjian mereka beberapa hari yang lalu, namun takdir lagi-lagi membuat mereka berpisah tanpa harus bertatap muka terlebih dahulu. Dingin yang kian menusuk tubuh Raina pun membuat matanya semakin kantuk dan membuat dirinya kembali terlelap.

Sementara itu, Luqy yang kini memberanikan diri mendekati Ana pun mencoba menemui Ana dirumahnya. Luqy berpura-pura menjadi tukang ojek online yang mengirim makanan, diketuknya pintu coklat yang tertutup rapat.

"Iya, siapa ya?" tanya seseorang dibalik pintu.

"Pesenan makanan, pak" ucap Luqy menyamar.

Seorang laki-laki yang Luqy kira bapak dari Ana keluar membuka pintu dengan hati-hati.

"Makanan apa ya, mas?" tanya bapak sembari melepas sarung tangan plastik yang mereka gunakan saat menyiapkan makanan untuk angkringan.

"Alma, kamu pesen makanan?" tanya bapak memanggil Alma.

"Nggak pak" jawab Alma singkat.

"Atas nama Ana, pak" celetuk Luqy yang membuat bapak mendelik bingung.

"Loh, bukannya Kak Ana baru ke bandara. Pak?".

Sontak kalimat itu membuat Luqy bingung dan tanpa mengucapkan sepatah kata ia kendarai sepeda motornya setelah sebelumnya memberikan makanan yang ia beli pada Alma. Matanya kosong dan pikirannya linglung, segera ia rogoh hp disaku jaket untuk menghubungi Raina.

Mata yang hampir terkatup kini terbelalak dengan tiba-tiba, getaran hp yang sengaja Raina silent malah kini membuat telingan tak nyaman. Segera ia angkat panggilan dengan nama kontak 'Luqy', ada apa kiranya Luqy menelpon Raina disiang bolong seperti ini.

"Halo, gimana. Luqy?" tanya Raina mengatur nafas karna hidungnya yang tersumbat.

"Kamu tau Ana mau kemana?" tanya Luqy samar-samar sedang mengendarai motor. Dipinggirkannya sepeda motor yang ia pakai untuk mendengarkan cerita Raina lebih jelas.

"Ana nggak bilang sama kamu kalau dia dapet beasiswa di Korea?".

"Korea?!" sentak Luqy kaget".

"Iya, dia berangkat siang ini jam 2" jawab Raina.

Luqy segera melirik jam tangan yang ia kenakan, jarum kecil pada jam itu menunjukkan pukul 01.37 WIB. Luqy langsung mengirim pesan pada Raina dan kini ia putar arah sepeda motornya menuju arah bandara, dilajukannya sepeda motornya menembus kemacetan disekelilingnya. Begitu juga Raina yang segera bersiap dan memesan sebuah ojek online untuk mengantarnya menuju bandara setelah mendapat pesan dari Luqy.

"Tolong aku cariin Ana di bandara, aku nggak mau menyesal untu kedua kalinya. Tolong" pinta Luqy dalam pesan yang dikirim kepadan Raina.

Keduanya sampai dibandara secara bersamaan, namun dengan pintu masuk yang berbeda. Raina yang sedari tadi menghubungi Ana tidak tersambung karna Ana meninggalkan hpnya dirumah, Ana sengaja melakukan itu karna ia benar-benar ingin melupakan sakit yang ia rasakan untuk pertama kalinya dalam 17 tahun dirinya hidup. Luqy yang tak kalah bingung kini menghubungi Raina meskipun berkali-kali tak mendapat jawaban hingga satu waktu Raina mengangkat telponnya dan mengatakan bahwa Luqy salah masuk dan harus menghampiri dirinya yang berada di gate pemberangkatan luar negeri. Mendengar hal itu, Luqy langsung berlari menuju gate yang Raina sebutkan, namun laju lari Luqy semakin melemah saat mendapati pesawat yang dinaiki Ana kini melaju meninggalkan bandara, ia tau pasti bahwa pesawat itulah yang Ana gunakan untuk pergi meninggalkan dirinya dan segala rasa yang selama ini ia pertahankan. Diujung pelariannya, Raina memandang Luqy lemas, Raina juga tau bahwa Luqy sedang dalam rasa hancur yang membuat Luqy meneteskan air mata meskipun bibirnya tersungging menyimpulkan senyum yang amat tertahan. Raina mendekat kearah Luqy yang kini berdiri tegak menilik pesawat yang kian menghilang tertutup awan, ditatapnya pula Raina tak kalah haru melihat peswat yang sahabatnya naiki pergi meninggalkan Raina untuk kurang lebih 7 tahun lamanya, akankah Luqy bertahan dengan cintanya atau mungkin dirinya akan berpaling setelah melupakan Ana, itu semua tak jadi masalah asalkan tidak ada yang saling tersakiti atau menyakiti karna pada dasarnya menusia berhak memilih dan dipilih namun Tuhanlah yang menentukan pilihan sesuai dengan takdir yang telah digariskan.