webnovel

Selamat Tinggal

Dipandanginya lautan awan putih menghias langit yang biru, pandangan kagum atas apa yang baru pertama kali ia lakukan dalam hidup. Pertama kalinya pergi meninggalkan Alma dengan bapak yang baru saja ia temui dalam beberapa bulan terakhir. Buliran air mata tak terasa menghiasi pipi pucat Ana, bibirnya yang merah kini bergetar sedikit menahan tangis. Bukan hanya bapak dan Alma, kini dirinya harus benar-benar meninggalkan cinta pertamanya dalam hidup. Memulai sebuah lembaran baru tanpa noda dan penuh cita-cita,

Seperti yang sudah ia persiapkan dalam satu tahun terakhir ini, bagaimana dia memperoleh beasiswa dan bagaimana dirinya harus berjuang sendiri mendapatkan kesempatan yang tak tentu ia dapatkan lagi.

Semuanya berawal sejak satu tahun lalu, saat Ana membaca sebuah platform lowongan pekerjaan sebelum bertemu bapak. Rasa putus asa dan bingung benar-benar menjadi teman sejatinya. Setelah semua yang ia terima dari Zoya, kini tekadnya semakin kuat untuk mengejar cita-citanya. Ia berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan yang bisa ia jadikan batu loncatan untuk mencapai kesuksesan, seperti halnya Zoya. Ana juga mencintai Gaska, namun dirinya sadar bahwa ia tidak bisa memiliki Gaska seutuhnya. Kabar pertunangan Gaska dan Zoya seakan membuat hidupnya runtuh, dirinya bukan tidak ada yang mendekati. Namun keegoisan dihatinya hanya memilih Gaska untu dia miliki, hal itulah yang membuat Ana bertekad melanjutkan pendidikan hingga ke perkuliahan dan nantinya ia akan dengan mudah mendapatkan pengalaman meskipun tidak ada jaminan jika lulusan sarjanah akan mendapat pekerjaan yang layak, namun hal itu tetap saja membuat Ana bertekad dan berusaha mendapatkan pekerjaan untuk biaya perkuliahan yang tidak sedikit.

Sebuah perusahaan Korea membuka beberapa lowongan pekerjaan sebagai staff kreatif dan tukang bersih-bersih, Ana tertarik dan mencoba mendaftarkan diri di perusahaan itu meskipun hanya sebagai tukang bersih-bersih. Segera ia masukkan data diri beserta dokumen yang sebelumnya telah dijadikan satu menjadi satu file. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Ana mendapat wawancara di perusahaan tersebut. Hal aneh malah ia rasakan di saat kakinya memasuki ruangan interview, bagaimana tidak. Ana diberikan pertanyaan mengenai sebuah produk yang dirinya saja tidak kenal, namun ia teringat pada impian yang membuatnya tidak menyerah. Sederet peserta wawancara diberi produk yang sesuai dan seluruhnya diberi tantangan untuk mencover ulang produk tersebut, entak dari bahan dasar, packaging atau bahwa produk utamanya. Dengan telaten Ana melakukan perintah calon atasannya itu, hingga beberapa jam berlalu dan waktu yang ditentukan telah habis. Semua peserta interview dipersilahkan untuk pulang dan akan segera dikabari melalui nomor telepon yang mereka berikan sewaktu mengisi formulir pendaftaran.

Belum satu hari penuh Ana selesai mengikuti interview, dirinya yang sedang berjalan menuju rumah pun dikagetkan dengan suara yang berasal dari telponnya. Sebuah panggilan yang membuatnya terpaku dan bahkan tidak mengenali tetangga yang menyapanya, belum saja telpon itu ia matikan. Dirinya bergegas lari menuju rumah hingga lupa mengucapkan salam dan seenaknya sendiri memasuki rumah dan memeluk bapak serta adiknya.

"Bapaaaakkkk! Almaaaa!!! Aku ketrima, aku lolo!" seru Ana memeluk bapak dan adiknya.

"Kakak ketrima jadi OB di perusaan itu?" tanya Alma polos.

"Syukurlah, jadi kamu bisa kuliah ya. Nak" ucap bapak ikut bahagia.

"Nggak, nggak. Bukan itu, bukan itu. Pak, Alma" ucap Ana mengagetkan semuanya.

"Aku ketrima jadi staff kreatif di perusahaan dan aku dapet biaya kuliah dari mereka. Dan kalian tau? Aku bisa kuliah di Korea, dikampus yang aku mau" celoteh Ana dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kamu serius, nak? Alhamdulillah" ucap bapak yang kemudian memeluk kedua putrinya dengan air mata haru membasahi pipinya.

Begitulah bagaimana Ana mendapatkan buah dari tumbuhan yang ia pupuk dengan keikhlasan dan cinta, sebuah luka yang sempat mereda karena cita-cita yang sebentar lagi akan ia gapai. Sejenak Ana melupakan rasa pedih dan perih karena cinta pertamanya yang hanya cinta sesisih, namun kembali dirinya mengingat hal itu diakhir-akhir keberangkatannya. Dirinya yang awalnya hanya ingin menjadi OB setelah lulus sekolah nanti, kini malah semua yang ia impikan telah berada dalam genggamannya. Sebuah kesalahan yang membuat Ana salah memasuki ruang interview dan mengharuskannya mengikuti tantangan untuk menjadi staff kreatif telah ia lakukan, ketidakmauan atasannya mengganti Ana dengan kadidat lain pun dengan mudahnya menawarkan pendidikan selanjutnya pada Ana. Kampus impian, pekerjaan yang nyaman dan mencoba menggapai cita-citanya. Tentu Ana tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang baginya tidak datang untuk kedua kalinya. 'Selamat tinggal' itulah yang Ana ucapkan dalam hatinya kepada bapak dan adiknya, pada sahabatnya, Raina. Pada laki-laki yang berusaha mendapatkan cintanya, Luqy dan pada sakit serta penyesalannya, Gaska. Mungkin inilah jalan terakhir untuk hubungan mereka yang hanya sebatas cinta tanpa memiliki.