"... Jika ada sesuatu yang tidak beres di sini dan menimpa Nana, kali ini, giliran aku yang melindunginya!" dia berjanji dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Dengan mengandalkan insting Nana saja dia merasa kalau suasana di ruangan ini sedang tidak beres.
Wanita dengan rambut sebahu itu adalah mantan rekan kerja Fushimi yang ingin menjadikan Fushimi suaminya, dan wanita paruh baya yang menghampiri Fushimi tadi adalah ibunya. Kali ini Nana yakin, mereka berdua sedang merencanakan sesuatu lagi ....
Tapi, kenapa malah Nana yang khawatir?
"...."
Beberapa jam kemudian, para tamu berdiri menyambut kedatangan mempelai pria yang berjalan ke mempelai wanita. Anko sempat mengira kalau kakaknya Fushimi itu laki-laki ternyata perempuan. Dia adalah kakak tertuanya Fushimi bernama Miren Furukawa ....
Ketika semua orang bersorak, tiba-tiba ponsel milik Nana berbunyi. Pandangan mata beberapa tamu malah tertuju ke Nana.
"Ah~ maaf!!" Nana lupa men-silent ponselnya, ah~ hampir saja membuat Fushimi malu, dia segera keluar untuk melihat kira-kira siapa yang sedang menghubunginya di siang hari ...?
"...."
Tenyata ....
Di samping itu, wanita paruh baya yang merupakan ibunya Fushimi tadi menghampirinya kembali ke dekatnya, bukannya dia ada di dekat Miren menyambut meriahnya pesta pernikahannya tapi malah berkecimpung di sekitar Fushimi.
Dia langsung memandang Fushimi dengan serius, "Siapa wanita yang tadinya bersamamu?" tanyanya pelan di dekat Fushimi begitu mereka hampir bertepuk tangan.
Fushimi hanya menoleh sekilas padanya dan dia menjawabnya dengan muka datar, "Dia asistenku ... yang baru."
"Oh~" gumamnya meremehkan, "Bukankah kamu bilang sudah tidak butuh asisten? Dan terlebih lagi sekarang dia seorang wanita ...."
"Ya, aku tidak butuh asisten yang tidak bisa ku percaya. Selama ini mereka lah yang meninggalkanku ...."
Begitu mendengar kata-kata Fushimi, dia berusaha ingin mencarikan asisten untuknya.
"Dia sepertinya tidak begitu baik, bagaimana jika aku mencarikannya untukmu?" wanita paruh baya itu langsung membuat kesimpulan yang tidak logis di depan Fushimi.
Seketika Fushimi terheran dengan pertanyaan yang diajukan, selama ini dia yang memilihkan asisten selalu tidak cocok untuknya.
"Aku tidak mau," tolak Fushimi mentah-mentah dan dia tidak mau terperangkap lagi dengan omongan wanita paruh baya ini cepat atau lambat dia pasti akan bekerja sama dengan rekan wanitanya.
Hati manusia siapa yang tahu? Di depan mereka tampak baik seperti hendak menolong kita dia memberi acuan pada kita tetapi ternyata dia menjerumuskan kita, Fushimi memikirkan hal itu jauh dari dalam lubuk hatinya. Dia berharap Nana adalah wanita satu-satunya yang bisa dia percaya ....
'Tapi, lain lagi ceritanya kalau Nana berhasil di tipu daya oleh kedua orang ini, dia pasti akan membenciku!!'
"Biar aku yang mencarinya sendiri!" tegas Fushimi padanya.
****
Keinginannya saat ini adalah mempertahankan Nana.
Sedangkan Nana sekarang ada di luar ruangan dan dia segera membuka ponsel miliknya, siapa yang siang hari ini sedang menghubunginya? Ternyata ....
"Mas Koko!!" Nana terkejut dia tetiba menelponnya, dia pikir ada apa mas Koko sampai menghubunginya lewat telepon dan membuat dia keluar ternyata Nana lebih terkejut lagi kalau mas Koko berada di sini, dan dia menghampiri Nana yang baru saja keluar itu.
"Hai," sapanya pelan sambil melambaikan tangannya.
Sontak membuat Nana terdiam kaku kalau di hari liburnya ini dia tidak memanfaatkan dengan bermalas-malasan di rumah, melainkan bertemu di tempat yang sama ....
Selama ini mas Koko tidak pernah memanggilnya lewat telepon walaupun mereka dekat mungkin dia hanya menulis pesan singkat saja pada Nana dan pastinya hanya berisi pesan-pesan penting saja karena Koko adalah seniornya.
Jadi berperilaku sewajarnya.
Nana membelalakkan matanya ke wajah Koko yang perlahan mendekatinya. Nana berkedip sejenak menenangkan hatinya, "Ya, mas Koko ...." Dia meresponsnya pelan meski masih terkejut.
"Kowe ana ning kene pisan (Kau ada di sini juga)?" tanya mas Koko dengan logat Jawanya, bagi mereka bahasa Jawa sudah menjadi seperti bahasa komunikasi rahasia mereka berdua yang tidak banyak orang ketahui.
"Iyo (iya)." Jawab Nana singkat.
"Kok iso ana kene (Kok bisa ada di sini)?" tanya mas Koko yang heran pada Nana. Dia sengaja menelpon Nana agar keluar melihat ponselnya. Nana adalah orang yang polos dan Koko juga mengetahui sikap Nana yang seperti itu.
"Samean dewe laopo ning kene (Kamu sendiri ngapain ke sini)?" Nana berbalik bertanya.
"Aku ngeterno bos, soale liyane sibuk mek aku tok sing luang, tapi ana seh Luca karo Melly pisan ning kene (Aku mengantarkan bos, soalnya yang lainnya sibuk dan hanya aku yang memiliki waktu luang, tapi ada juga Luca bersama Melly di sini)." Jelasnya dengan sejujurnya ....
Nana berpikir, "Bukankah mereka semua adalah teman kerjaku juga?" yang jelas yang disebutkan mas Koko tadi adalah rekan kerja setimnya.
'GLEK!!' mendengar hal itu sesaat membuat Nana menelan ludah, dia tak habis pikir kalau hukumannya ini dia manfaatkan untuk keluar dan bertemu dengan bosnya, 'Bagaimana ini?' dia berpikir untuk mencari tempat sembunyi sesegera mungkin.
'Atau enaknya mengajak Fushimi pulang saja?'
"...."
"Yo na, kowe laopo ning kene (Ya na, kamu ngapain di sini)?" tanya mas Koko memastikan Nana tidak ke sini karena mengejarnya atau karena ingin ke sini bertemu dengan teman-temannya lagian aneh juga sih, dia ikut ke sini ....
"O-oh, itu ... maeng koncoku teko perusahaan liyo njaluk tulung ngancani de'e mrene nggenteni undangane koncone (tadi temanku dari perusahaan lain memintaku untuk ikut kemari dan menggantikan undangan milik temannya)." Jelas Nana beralasan dengan sedikit ragu, dan apakah alasan bisa diterimanya karena terdengar logis?
"...." Mereka saling pantang selama beberapa detik, "Oh~ begitu toh." mas Koko tidak curiga karena wanita polos ini tidak mungkin berbohong, pikirnya. Jadi, dia percaya begitu saja pada omongan Nana.
Nana memikirkan apa yang dikatakan oleh Fushimi sebelumnya, kalau mereka (teman-temannya Nana) ada di sini karena bos maka yang dikatakan Fushimi waktu itu memang benar, bahwa perusahaannya tempatnya bekerja bekerjasama dengan Furu Company, meski mutu perusahaan tersebut tidak begitu baik.
Nana kali ini, bermaksud mencari tempat sembunyi yang sekiranya aman ....
"Di mana kah itu?" Dalam hatinya Nana bertanya-tanya ....
Tapi, sebelum pergi bersembunyi Nana berpesan pada mas Koko, "Ojo omong-omong ya nek aku pisan ana ning kene, aku encen mek mbarengi koncoku (Jangan bilang-bilang ya kalau aku ada di sini, aku memang ke sini hanya untuk menemani temanku)." Jelas Nana dengan muka khawatir, dia kini tertuju pada ruangan kecil yang ada di seberang sana.
"Ok, beres." Jawab mas Koko tanpa masalah, kemudian mereka berpisah dan Koko kembali ke dalam ruangan tempat acara pesta pernikahan tersebut.
Sementara Nana saat ini sedang menyembunyikan dirinya ....
Tapi, siapa sangka kelakuannya itu membuat harinya yang indah menjadi hancur berantakan!!?
****
Kira-kira apa yang menanti Nana selanjutnya?
To be Continued