webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Urban
Not enough ratings
20 Chs

016

Semua orang di ruangan itu bertepuk tangan. Acara pernikahan yang berlangsung meriah di satu hari ini sudah selesai. Kedua mempelai akhirnya turun dari panggung acara pernikahan dan beberapa para hadirin juga mulai keluar ruangan. Tapi, berbeda dengan Fushimi yang sedari tadi tidak beranjak dari kursi tempat duduknya. Usai tepuk tangan itu, Fushimi masih memasang muka cemas sambil beberapa menit melihat arlojinya. Dia tampak gelisah kemudian memandang ke segala arah, seperti layaknya mencari seseorang yang ada di ruangan ini.

"Kamu tidak pulang?" sapa salah seorang wanita paruh baya yang merupakan ibunya Fushimi itu pada anaknya yang masih terdiam gelisah di tempat duduknya menunggu wanita yang dikatakan adalah asistennya.

Fushimi tertunduk diam dengan mengerutkan sedikit dahinya dan tangan kanannya menopang wajahnya itu. "Sebentar lagi ...." Dia menjawabnya dengan tenang.

Tapi, dalam hati wanita itu yang menyeringai tipis dan segera meninggalkannya ini, "Benar juga ... mana mungkin dia pulang ke rumah lagi, kali ini kamu akan segera dicopot dari jabatan di perusahaanmu."

"...."

Berapa lama Fushimi duduk hingga para tamu undangan hampir habis dan petugas kebersihan memasuki ruangan tersebut.

Dia sama sekali tidak melihat batang hidung wanita yang telah ditemuinya yang menjadi temannya, dan dia juga tidak melihat wanita yang tadinya dibawa oleh Fushimi ke pesta ....

"Nana, di mana kau?" ucapnya dalam hati yang menandang kosong ruangan ini kemudian dia yang semakin gelisah beranjak dari tempat duduknya.

Saat lelaki tampan ini mencari ke segala arah, dia juga tidak menemukan wanita dengan rambut pendek yang tampak glamour itu, apa mereka semua sudah pulang?

Dia segera berjalan ke luar ruangan dengan perlahan sambil mencoba menghubungi Nana. Firasatnya juga tidak enak sedari dia tidak melihat Nana lagi. Dia sudah melihat ke arah taman namun, gadis yang bersamanya itu tidak ada di sana.

"Aneh!"

Ya, Nana sudah tidak ada di sana lagi.

Dia mencoba menghubungi Nana melalui ponselnya tapi tidak segera di angkat kemudian dia berjalan cepat ke mobil tapi tidak melihat Nana.

Dia merasa dirinya bertanggung jawab atas keberadaan Nana.

Tapi, di mana dia sekarang?

"Apa jangan-jangan dia berulah?" gumamnya sambil menoleh ke belakang tubuhnya memandang kafe yang megah ini. 'Dia' yang Fushimi maksud dalam perkataannya adalah gadis yang telah menjebaknya sebelumnya.

Fushimi memejamkan mata sejenak dan dia membuka matanya lagi memandang luasnya langit yang perlahan menjadi agak mendung.

'Ah~ apakah ini perasaan gundahku?'

"...."

Dia yang baru saja ingin membuka pintu mobilnya dimunculkan oleh sebuah firasat aneh!

'Aku harus kembali! Aku harus kembali ke dalam untuk memeriksanya!' hatinya berkata seperti itu dengan penuh keyakinan.

Dia berlari pelan menyusuri beberapa ruangan di kafe itu, di dalam pikirannya kali ini hanyalah membawa Nana kembali.

'Dia adalah gadis polos yang sudah menolongku ....'

'Dia adalah gadis ceroboh yang baik hati ....'

'Dia gadis energik yang memiliki sifat kepekaan yang tajam ....'

'Tadinya aku bermaksud memperkenalkan pada semua orang di sana bahwa dia adalah asistenku, tapi ... mereka yang ada di pesta mungkin mulai sadar gadis yang ada di dekatku itu adalah wanita yang banyak mengetahui tentangku.'

'Sebenarnya siapa mata-mata dan dalang dibalik semua ini? Dia tidak mungkin menghilang begitu saja ....'

'Nana ....'

'Nana di mana kau?'

Merasa resah dia tidak menemukan Nana sama sekali, Fushimi akhirnya duduk di sebuah bangku taman yang ada di kafe tersebut. Jujur saja Fushimi tidak ingin meninggalkannya, dia merasa bersalah harusnya dia tidak menyeretnya ke dalam acara itu. Tapi, karena dia yang lemah, maka dia membutuhkan jasa Nana juga.

Gadis yang awalnya ingin dia bawa pulang ke rumah pribadinya yang berlawanan jalur dari sini, kini tak lama malah menghilang dari sisinya ....

Napas Fushimi mulai agak sesak karena berlari-lari kecil, wajahnya juga murung, dia mulai pusing dan mual saat memikirkannya.

'Ya Tuhan ... di mana lagi aku harus menemukan gadis itu?' dia kali ini berdoa dengan sungguh-sungguh dalam hatinya dan hampir berkeringat dingin tak bisa berdiri saat kehilangan jejaknya Nana.

Lalu ....

Begitu dia melihat beberapa orang masuk ke sebuah ruangan kecil yang ada di pojok ruangan sebelah itu, lurus ke koridor belakang.

"Hmm itu kan ...."

[TOILET]

"Eh, ada ya?"

Kini pandangannya fokus tertuju ruangan kecil itu.

'Jangan-jangan Nana ada di situ ....'

****

Tentu saja di toilet pria tidak ada siapa pun, di sini paling banyak pengunjung wanita.

Lalu dia mencoba ke toilet wanita dan rupanya beberapa wanita sedang berkaca di depan kaca toilet untuk membereskan make up.

Setelah mereka keluar, Fushimi mengendap-endap untuk masuk ke toilet wanita tersebut. Syukurlah dia bisa masuk dengan aman karena tidak ada CCTV di lorong menuju toilet tersebut.

Tidak ada yang aneh, pintu toilet juga terbuka tapi, di toilet pojok sendiri ... ada tisu terjatuh. Dia ingat dengan pasti itu adalah tisu yang tadinya dipegang oleh Nana setelah mereka berdua minum seteguk saja.

Fushimi memungutnya karena tisunya terasa familiar.

Tapi ....

"Ng?" apa ini? Dia tidak menemukan apa pun melainkan hanya seperti sebuah lipatan dengan banyak sisa lipstik berwarna merah agak jingga.

Aneh, pikirnya.

Mana mungkin itu milik Nana juga?

"...."

'Apakah dia mencoba meninggalkan pesan atau jangan-jangan dia mencoba untuk membuat teka teki alias bermain petak umpet denganku?'

Dia meremasnya dia ingin membuangnya. Tetapi, begitu dia menemukan cermin ....

Dia segera menatap cermin itu dan dia mencoba membuka tisu milik Nana kembali. Jelas lah itu tisu miliknya.

Di sebuah kaca pojok itu terlihat tulisan dari bekas goresan dengan warna yang sama ... di keramik depan kaca.

Rasanya seperti terlihat sudah direncanakan!

Fushimi yang menyadarinya membelalakkan matanya tajam 'Eh, ini ....'

________

To be Continued