webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
20 Chs

002

"Mas ... mas ...." Nana memanggil laki-laki yang tiba-tiba terjatuh di depannya itu, dia panik ... masalahnya tubuh orang ini sudah penuh dengan luka ('-')

Nana segera menutup pintu rumah dan menguncinya rapat-rapat berharap tetangga di sekitar rumahnya tidak mengetahuinya.

Apa yang akan Nana lakukan?

"Duh~ aku bingung, orang ini kenapa toh?" gumam Nana dengan logat jawanya.

Dengan sangat terpaksa, dia mencoba membaringkan tubuh laki-laki itu di kursi yang sekiranya empuk, tubuhnya sangat berat. Nana mencoba membaringkannya dengan benar.

Nana masih bingung, apa yang hendak dia lakukan dengan lelaki yang ditemuinya di jalan pulang ini. Dilihat dari penampilannya, dia bukan orang yang jahat.

"...."

Nana mencoba merawatnya seperti yang permintaan laki-laki itu tadi katakan.

Dia membawakan sejumlah air dingin dan baskom untuk menyeka luka di wajahnya.

Yang penting wajahnya dulu dibersihkan, biar kelihatan gantengnya, pikir Nana sambil tersenyum tipis saat menyeka bagian-bagian wajah laki-laki yang tampaknya pingsan tidak begitu gawat darurat itu.

Nafasnya memang masih normal ....

Mungkin dia akan bangun dalam beberapa menit.

Nana menyentuh tangan laki-laki itu, di tangannya ada bekas goresan luka yang tajam.

"Apa ini? Sepertinya menyakitkan," pikir Nana menatap tangan laki-laki itu sambil memunculkan tanda tanya besar.

Tak lama kemudian, lelaki itu terbangun ketika Nana mencoba mengembalikan air berisi baskom bekas sekaan lukanya ....

Saat Nana ada di dapur, dia bertanya-tanya "Mengapa aku bersedia menolongnya? Apa karena dia cowok ganteng tapi, jauh dari dalam hatiku ... aku tidak bisa mengabaikan orang yang kesulitan."

Dia memikirkannya hingga melamun. Membuat air yang ada di wastafel rumahnya itu menjadi penuh, dia tak sadar tangannya telah menyumbat saluran airnya.

Dengan langkah pelan ....

Laki-laki itu berjalan mendekati Nana.

"Oi ...." Bisiknya pelan di dekat Nana yang masih melamun kan sesuatu.

Nana masih belum sadar juga.

Lalu, laki-laki itu mencoba menepuk pundak Nana, "Oi!!"

Nana langsung terkaget hendak menjerit namun, dia mengunci mulutnya supaya tidak bersuara yang membuat orang lain kaget di tengah malam.

Saat Nana berbalik bermaksud menoleh pada laki-laki yang melihatnya, Nana malah terpeleset karena air di wastafel yang penuh tadi tumpah ke lantai dan membuat lantai itu licin.

begitu Nana hendak terjatuh, laki-laki itu meraih tangan Nana dan dia menangkap Nana dengan tubuhnya yang gagah.

Wajah mereka berdua saling pandang dengan jarak 30 centimeter saja.

Nana sesaat terpukau dengan tingkah laki-laki yang berusaha menangkapnya saat terpeleset ini.

'Mungkin, jika tidak ada dia saat aku terpeleset tadi, pasti kepalaku sudah berdarah akibat terbentur ke lantai.' Pikir Nana yang masih tidak menyangka dengan sikap cool-nya laki-laki ini menolong Nana.

Setelah itu, dia segera membangunkan Nana ke posisi semula dan mencoba menutup keran air di wastafel dengan segera.

Dia dengan tangannya yang memiliki bekas goresan itu, segera meraih kain lap.

Tentu saja, ketika kain lap dijatuhkan dan kemudian laki-laki itu mencoba mengelap lantainya, air wastafel yang sudah tumpah ke lantai itu meresap ke pori-pori kain dan membuat laki-laki itu memasang ekspresi kesakitan.

"Aargh!!" erangnya pelan.

Tampaknya laki-laki itu tidak sadar kalau tangannya sakit, demi menyelamatkan gadis dan membersihkan lantai itu, secara refleks mengelapnya.

Nana tidak tega melihatnya kesakitan, dia segera menyingkirkan tangan laki-laki itu dengan lembut.

'Salahku sih, mengapa melamun segala ....' Nana malah memasang muka cemberut yang membuat lelaki itu tanda tanya heran saat memandang wajahnya.

"Kau—" mereka hendak mengatakan sesuatu secara bersamaan, begitu laki-laki itu memiliki rasa sungkan dengan pemilik rumah ini ... dia mencoba untuk mempersilakan Nana berbicara duluan.

"Silakan kau bicara dulu."

"O-oh iya," jawab Nana dengan canggung sambil mengalihkan pandangannya yang tadinya fokus mengelap air yang tumpah dari wastafel ke lantai.

"...."

"Kau sudah sadar?" kali ini dia berbicara dengan benar tanpa menimbulkan suara medhoknya.

"Um, ya." Jawabnya dengan muka sedikit sedih.

"Maaf merepotkan mu tapi, izinkan aku tinggal di sini sementara waktu ...." Katanya dengan wajah sungguh-sungguh.

"Apa itu yang tadinya mau kau katakan?" gumamnya pelan nan ragu yang sempat terdengar olehnya.

"Eh?" celetuknya dengan memasang muka polos.

"Ah~ aku mau tanya tadinya, kau kenapa? Kau baik-baik saja?" dia mengatakannya dengan membuka matanya lebar-lebar seperti tidak percaya kalau pemilik rumah ini tidan apa-apa.

Sementara Nana masih bingung akan menjawab pertanyaan lelaki yang berbalik mengajukan pertanyaan ini.

"Ya, aku baik-baik saja." Jawab Nana singkat seperti tidak ada masalah.

"Soalnya aku mendengar suara gemericik air ... dan suara itu yang menggangguku, membuatku terbangun." Jelasnya dengan sungguh-sungguh.

'Jadi, dia terbangun akibat suara air di wastafel sampai tumpah-tumpah ini, ya.' Pikir Nana yang tidak enak hati karena terus diperhatikan orang ini.

Lalu sesudah membereskan kekacauan ini ....

Nana hendak ke kamarnya ganti baju tapi, laki-laki tampan dengan muka polos ini mengikutinya juga ....

"Loh!! Husss sana, mas!!" kata Nana dengan Nada tingginya dengan muka kesal dan mendorong laki-laki itu keluar kamar.

Laki-laki itu mengira pemilik rumah ini akan mempersilakannya ke kamar untuk istirahat. Sedangkan Nana mengira, laki-laki ini hendak melakukan hal yang tidak benar saat ke kamarnya.

Nana mengunci kamarnya rapat-rapat dan dia ganti baju dengan santainya. Sementara laki-laki ini hanya duduk dengan sikap melasnya di depan pintu Nana ....

Menunggu Nana membuka pintu.

"...." Nana cukup pendiam saat laki-laki itu tidak bersuara lagi. Dia berpikir laki-laki yang tampan dan polos ini sudah tahu kalau pemiliknya se-cuek ini artinya tidak mengizinkannya untuk tidur di kamarnya sekalipun dia terluka.

Tapi, begitu Nana hendak membuka pintunya ....

Laki-laki itu mengajaknya bicara, dan masi dengan pertanyaan yang sama ... "Bagaimana keputusanmu? Bolehkah aku tinggal di sini? Tenang saja ... aku tidak mengapa-apakan dirimu tapi, kalau kamu ingin kompensasi juga suatu saat aku juga memberikannya sebagai imbalan karena telah menolongku." Jelas laki-laki itu dengan santainya.

Tampaknya laki-laki ini juga tahu kalau pemilik rumah ini polos dan pasti memikirkan macam-macam.

"Kumohon sekali lagi ... tolonglah aku, rawatlah aku, dan izinkan aku tinggal di sini sementara waktu." Ucapnya dengan nada sedikit bergetar. Sepertinya suaranya diliputi rasa kesedihan yang mendalam.

Akhirnya, 'CEKLEK'

Kemudian, BRAAAK!!

pintu yang dipegang Nana itu dibuka dengan kencangnya.

Dia masih memandang kesal tak percaya dengan orang tampan di depannya ini.

"...."

Nana masih belum mengungkapkan jawaban pasti. Tapi, kali ini dengan mata sungguh-sungguh yang menatap laki-laki itu ....

Nana mengatakan sesuatu, "Kamu ... apa yang kamu ucapkan itu sungguhan? Dan, atas dasar apa aku harus mempercayaimu? Jika kamu memiliki uang banyak untuk membayar kompensasi dana ... kenapa kau tidak ke rumah sakit saja?" Nana serasa dibohongi. Dia pasti berdusta akan semua ini, pikirnya tidak percaya. Dia mengepalkan tangannya hendak menonjok lelaki tampan yang habis babak belur ini.

Kali ini dia butuh kepastiannya bukan ketampanannya lagi.

"Sebenarnya siapa dirimu ...?"

________

To be Continued