Selamat membaca
°•°•°
Semua perkataan Nino berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada di depan mataku. Bocah tengil itu sudah masuk ke kamar tamu yang ada di samping dapur, padahal belum ada satu menit sejak dia memergokiku dan Sean yang sedang bermesraan. Membayangkannya membuatku gugup sendiri.
Sementara, tunanganku yang sebelas dua belas kejahilannya dengan Nino, tengah duduk-duduk anteng sama Rio. Dan sepertinya, mereka tengah memperbincangkan sesuatu. Aku tidak tahu apa itu, aku juga tidak berniat menguping.
"Alin sama Diya ke mana?" tanyaku yang sebetulnya ke mereka berdua.
"Ada di dapur," sahut Rio singkat seraya tersenyum kecil.
"Masuk kamar sekarang kalau udah capek. Mimpi indah, Sayang...."
"Apa sih?! aku masih kesel sama kamu, lagian aku juga mau nyusul mereka di dapur!"
Tanpa mikir dosa, Sean cekikikan sambil mengangkat bahu. "Terserah kamu, Sayang..." jawabnya, membuatku semakin kesal saja.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com