webnovel

Pelukan

KIni keduanya sudah tiba didepan sebuah jembatan kayu diantara dua kolam ikan di kanan kirinya. Dan hanya dipasangi lampu lampu kecil di sekitar jembatan itu.

Suasana disana tampak sepi. Namun ada beberapa mobil dan kendaraan bermotor yang terparkir juga disekitarnya.

Dara mengernyitkan keningnya. Rasa takut mendadak muncul dalam batinnya.

Dean lalu turun dan menghampirinya.

"Loh? Cafenya dimana?" tanya dara heran.

"Didalem. Yuk ikut gue" ucap dean melangkah.

Namun gadis itu tak bergerak sedikitpun. Dean yang sudah tiba ditengah jembatan baru menyadari, dara masih berdiri di luar pintu mobilnya. Dia menoleh dan berbalik lalu menghampirinya.

"Kok masih disini?" tanya nya heran.

Dara hanya menunjukkan raut wajah penuh ragu. Lelaki itu melihat gadis dihadapannya itu meremas kedua sisi rok nya dengan kedua tangannya.

Dia mendekat beberapa senti. Membungkukkan sedikit tubuhnya yang jangkung itu sejajar dengan wajah gadis itu.

Dean teringat kejadian malam itu. Saat dara ketakutan melihat dirinya yang dia kira penjahat.

"Hey, lo kenapa? Tenang, gue gak bakal macem macem. Beneran ada cafe didalem" ucapnya lembut.

Dara yang tadi hanya menunduk mengangkat sedikit kepalanya perlahan menatap kedua netra lelaki itu sejenak. Kata kata dean membuatnya sedikit tenang.

Dean menjulurkan satu tangannya lalu menggandeng tangan gadis itu perlahan. Dan mereka pun melangkah bersama melewati jembatan itu.

Begitu sampai didalamnya, dara tertegun. Memang benar, ada kafe bertema outdoor disana. Cukup ramai pengunjung yang datang. Keriuhan terdengar jelas. Tidak seperti didepan tadi. Cahaya lampu disetiap sudutnya cukup terang.

Kini senyum lebar mulai mengembang di wajah cantiknya, melihat keseluruhan keindahan tempat itu dihadapannya. Dean yang sejak tadi memperhatikannya ikut tersenyum.

Dara baru tau ada tempat seperti ini. Maklum saja, hampir setahun lebih dia hanya berkutat dengan florist dan laptopnya. Membuatnya tak punya banyak waktu jika hanya sekedar keluar jalan jalan.

Dia tak sesenggang itu. Kalaupun ada kesempatan atau waktu luang, gadis itu memilih sibuk dengan alat alat lukisnya. Hanya karena dean akan membicarakan soal desain, dia mau meluangkan waktu untuknya.

Mereka lalu duduk disalah satu kursi dan meja kayu yang terbuat dari kayu jati asli. Suara alunan musik terdengar merdu dimainkan oleh beberapa orang didepan sana. Mereka diberi panggung yang tak terlalu luas. Namun cukup untuk membuat mereka merasa nyaman, hingga suara musik yang dimainkan juga terdengar sangat ramah dan bagus ditelinga pengunjung.

Dara benar benar menyukai tempat ini. Bagaimana dean tahu dia menyukai tempat outdoor seperti ini? Tempat yang tidak terlalu tampak modern tapi sangat nyaman. Pikirnya.

Sedangkan lelaki itu, saat ini masih fokus memperhatikan wajah dan senyum gadis disampingnya itu yang nyaris sempurna baginya.

Entah apa yang membuatnya tiba tiba terhipnotis pada gadis ini. Sejak melihatnya beberapa kali, perasaan dan debar aneh mulai muncul didalam dadanya.

Didalam sana juga terdapat beberapa pohon menjulang di kanan dan kirinya. Hawa sejuk dari angin yang menggerakkan daun daun bisa membawa ketengan untuk pikiran dara yang sedang berkecamuk.

Seolah saat ini dia benar benar lupa akan ketakutan dalam dirinya.

Hal sore tadi membuatnya benar benar syok. Dia terus memikirkan, bagaimana dia bisa kembali bertemu dengan lelaki itu setelah beberapa tahun?

Tak berapa lama seorang waiter menghampiri mereka, lalu kembali lagi setelah mencatat pesanan keduanya.

[Di rs]

"Jane" panggil jave

"Hmm" jawab jeanny sambil menggulir layar ponsel miliknya.

"Lo tau dara kenapa?"

"Maksudnya tadi? Paling dia abis digodain cowok didepan" jawab jeanny santai.

Jave mengernyitkan keningnya. Dia lalu berfikir mungkin gadis itu juga tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada dara.

Dia sendiri juga masih belum tahu karena dara masih enggan bicara. Lelaki itu hampir stres memikirkannya. Dia ingin mencari tau namun juga tak tau harus bertanya pada siapa.

Jeanny melirik jave yang sedang termenung. Sebenarnya dia juga penasaran mengapa dara sebegitu takutnya? Apa yang sebenarnya mengganggu gadis itu? Hal janggal itu kini mengganggu fikirannya. Dia baru pertama kali melihat gadis cuek dan tegas seperti dara bereaksi seperti itu.

[Cafe]

Entah mengapa tiba tiba lampu disana mendadak mati semua. Suara riuh mulai terdengar bersahutan. Di tengah situasi yang gelap mencekam itu, trauma gadis itu muncul kembali.

Dara mencoba berdiri dan tanpa sengaja menumpahkan semua makanan diatas piringnya. Dadanya terasa sesak kembali. Suara riuh itu membuatnya semakin takut. Ditambah ada beberapa tangisan anak kecil dari beberapa pengunjung yang membawa anak, membuat kepalanya terasa sedikit pusing.

Dean yang menyadari hal itu segera berdiri dan melihat dara sudah duduk dibawah memejamkan mata sambil menutup kedua telinganya. Tubuhnya bergetar ketakutan.

"Dara, hey. Jangan takut" ucapnya mencoba menenangkan dirinya.

Dia mencoba merengkuh tubuh gadis itu membantunya berdiri namun dara menolaknya.

"Hey dara, liat gue. Ada gue disini. Jangan takut" ucapnya lagi sembari mengusap pelan kedua bahu gadis itu.

Ucapannya tak mampu membuat gadis itu membuka kedua matanya dan berhenti menutup telinganya.

"Gue takut dean" ucapnya lirih.

Perlahan dean kembali merengkuh kedua tubuhnya untuk berdiri dan gadis itu akhirnya menurutinya. Namun kedua matanya masih terpejam.

Dean langsung membawa tubuhnya yang masih sedikit bergetar itu kedalam pelukannya. Lalu membawa gadis itu keluar dari sana.

Lelaki itu membawa dara masuk kedalam mobilnya. Dan perlahan gadis itu mau membuka matanya. Dia merasa sedikit lega karena sudah berada didalam mobil.

Cahaya lampu didalam mobil lelaki itu cukup terang membuatnya merasa tenang.

"Lo tunggu sini dulu ya, gue mau bayar makanan didalem" ucap dean.

Gadis itu hanya menatapnya sendu. Seolah tak ingin dia pergi.

"Gue gak bakal lama kok" ucapnya lagi sembari tersenyum tipis.

Dean turun dari mobilnya dan masuk kedalam lagi dengan langkah cepat agar gadis itu tak menunggu terlalu lama.

Dara menghela nafas dan menepuk pelan dadanya. Rasa sesak didalamnya kini perlahan menghilang. Dia bisa merasakan pelukan lelaki itu begitu hangat hingga membuatnya pulih lebih cepat dari biasanya.

Namun kini berganti menjadi degup jantungnya yang berdebar kencang. Dia lalu menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan beberapa kali.

Hingga tampak dean sudah melewati jembatan, dan akan berjalan menuju mobil, debar jantungnya semakin kencang. Tak ada pilihan lain, dia memejamkan matanya dan berpura pura tidur.

Saat lelaki itu kini sudah masuk kedalam mobilnya, dia menggeliat perlahan dan seolah olah baru saja terbangun.

"Eh sory gue bangunin lo ya" ucap dean.

"Gak kok, gue cuma pejamin mata aja" jawab dara.

Mereka saling terdiam sejenak. Lalu dean menyalakan mobilnya dan perlahan mengendarainya pergi dari tempat itu setelah menyalakan musik dari dashboard.

Disepanjang perjalanan dara hanya terdiam meresapi setiap lirik lagu yang mengalun.

🎶

I've got to take me away

From all sadness

Stitch all my wounds

Confess all the sins

And took all my insecure

Karena fokusnya mendengar setiap bait lagu itu, membuat dara tak sadar, ponselnya yang dibuat mode silent kini layar nya menyala karena panggilan dari jave.

Dean melirik ponsel gadis itu yang berada dipangkuannya memuat nama jave meneleponnya. Dia kembali mengalihkan pandangan kedepan sambil tersenyum smirk.