webnovel

Kasihan?

Dara kini sudah berbaring diatas ranjang kamarnya. Dia memandang langit langit dan tanpa sadar menggores senyum tipis dibibirnya.

Dia mengingat kembali saat lelaki itu memeluknya di cafe tadi. Hangat. Dia belum pernah merasakan peluk sehangat dan senyaman itu dari seorang laki laki setelah ray, mantan kekasihnya.

Bahkan pelukan jave kemarin, tak sehangat dan se menenangkan tadi.

"Arghh lo mikir apa sih dara" gadis itu mengacak acak rambutnya.

Dia segera menyadarkan dirinya dari angan dan ingatan yang menurutnya konyol itu.

Kemudian dia mengecek ponselnya. Ada begitu banyak pesan dan panggilan dari jave. Dia tak sadar sejak tadi ponselnya masih terpasang mode silent.

Dara membuka pesan itu dan membalasnya. Dia agak cemas lelaki itu akan khawatir berlebihan padanya setelah melihat dirinya sore tadi.

Ya. Dara baru sadar dia memperlihatkan sisi lain dirinya yang selama ini selalu ditutupi dengan sikap sok kuat dan tegas. Dia hanya tak ingin siapapun mengasihani dirinya.

Saat tengah membalas pesan jave, notifikasi dari dean muncul diatas layar. Setelah mengirim balasan, dara keluar dari room chatnya bersama jave. Lalu dia membuka pesan dari lelaki itu.

Sesaat dia kembali tertegun. Lelaki itu mengirimkan pap dirinya. Foto hasil jepretannya tadi ditaman. Dia memandangi foto itu cukup lama dan kembali tersenyum.

Memandang fotonya saja, membuat dia lupa akan masalahnya. Mengapa lelaki ini berbeda? Netranya teduh, senyum nya terlihat sangat tulus. Membuat jantungnya berdebar saat itu juga.

"Ini gila. Gue kenapa?" gumamnya dalam hati sembari memegangi dadanya.

[Siang itu di kampus]

"Bro, gimana lo udah nembak tuh cewek?" karel yang baru tiba menepuk pundak dean.

Dean yang sedang sibuk bermain ponsel langsung mematikan layar ponselnya.

"Gila lo. Gue aja baru kenal" jawabnya ketus.

"Ah kelamaan lo, Ntar diambil orang baru lo nyesel" ledek karel.

Dean terdiam. Dia memikirkan kata kata karel barusan. Yang dibilang karel ada benarnya juga. Tapi dia sendiri belum yakin dengan perasaannya. Dan juga, dia baru sebulan dekat dengan dara. Tiba tiba menyatakan perasaan itu juga bukan ide yang terlalu bagus.

Lelaki itu beranjak, meninggalkan karel yang hanya bisa menghela nafas.

"Babe, lo mau kemana?" gadis itu entah muncul darimana tiba tiba menghentikan langkah dean yang sudah membuka pintu mobilnya.

"Bukan urusan lo" jawabnya ketus.

"Anterin gue pliss" pintanya memelas.

Dean menghela nafas kasar. Dia berfikir mungkin jika sekali saja dia meladeni menuruti mella, dia tak akan menganggunya lagi.

"Masuk"

Mella tercekat sedangkan lelaki itu sudah berada didalam mobilnya.

"Lo mau masuk apa gue tinggal" seru dean dari dalam kaca mobilnya yang terbuka setengah.

Gadis itu pun lalu buru baru masuk kedalam mobilnya dan dean mengendarainya keluar dari kampus.

Sepanjang perjalanan, mella hanya memperhatikan lelaki disampingnya itu sambil senyum senyum sendiri. Ini kali pertamanya berada di satu mobil yang sama dengan lelaki yang dia sukai itu.

Dean yang menyadari sejak tadi dirinya terus ditatap, hanya mengabaikan dan tetap fokus menyetir.

Tak berapa lama, dia tercekat karena mella ternyata minta diantar ke florist tempat dara bekerja.

Dia lalu membiarkan gadis itu masuk kedalam sana sendirian dan menunggunya dimobil.

Tentu saja dean tak mau masuk bersamanya. Dia tak ingin dara melihatnya datang bersama perempuan lain.

Namun, hal tak terduga terjadi. Tak berapa lama mella dan dara keluar bersamaan dari dalam sana.

Dara menyusul langkah mella yang hendak kearah mobilnya sambil membawa sebuah bouqet cukup besar.

"Taro dibelakang sini aja ya" ucap mella pada gadis itu.

Dara pun sedikit membungkuk saat gadis itu membuka pintu bagian belakang mobil.

Dia baru menyadari, mobil tempatnya meletakkan bouqet di kursi penumpang saat ini milik dean, yang dipakainya semalam untuk menjemputnya.

Dia lalu menoleh sejenak pada seseorang yang duduk didepan. Dean juga refleks menoleh. Membuat netra keduanya bertemu dan saling pandang sejenak. Lalu akhirnya gadis itu kembali menegakkan tubuhnya keluar dari dalam mobil itu.

"Ini ya uangnya. Makasih ya mbak" ucap mella lalu masuk lagi kedalam mobil.

Dara kembali melangkah masuk lagi kedalam tokonya tanpa menoleh sedikit pun kearah mobil dean yang masih berada dibelakangnya.

Sedangkan dean hanya memandanginya dari dalam kaca mobilnya. Menatap datar pada punggung gadis itu yang semakin menjauh dan menghilang masuk kedalam sana.

"Babe ayo jalan lagi" tegur mella.

Dean langsung menyalakan kembali mobilnya dan melesat pergi dari sana. Dia merutuki dirinya sendiri didalam hati. Membiarkan gadis disampingnya itu sejak tadi mengoceh tidak karuan.

Tiba tiba dean me-ngerem mobilnya mendadak membuat mella kaget dan tangannya menahan dasboard agar tubuhnya tak terjatuh karena belum memakai seatbelt.

"Turun" tegas dean.

"Loh babe? Rumah gue masih didepan sana lagi" ucap mella heran.

"Gue bilang turun"

Suara dean yang terdengar agak keras membuatnya terpaksa turun dari mobil lelaki itu. Dia hanya berdecak kesal melihat mobil dean melesat pergi begitu saja.

Dia kebingungan sendiri. Entah apa kali ini yang membuat lelaki itu berubah. Padahal dia sudah merasa senang tadi karena dia pikir lelaki itu sudah mulai luluh dengannya.

Dean mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Raut wajahnya kini mulai agak memerah menahan amarah yang sejak tadi tertahan didadanya.

Dia terus berfikir gadis itu pasti mengira mella adalah pacarnya. Jika begitu, tentu saja dia akan semakin sulit mengakrabkan dirinya dengan dara.

Pikirannya berkecamuk. Dia merasa telah melakukan hal bodoh karena memberi mella tumpangan.

Sementara itu, di dalam florist dara sedang memotong beberapa tangkai bunga. Namun pikirannya setengah tak fokus. Selalu terlintas saat pandangannya dan dean saling bertemu tadi.

Mengapa lelaki itu tak mengatakan apa apa?

Apa itu kekasihnya? Apa yang dia katakan semalam hanya karena merasa kasihan padanya?

Semua pertanyaan itu menyusup masuk dalam pikirannya saat ini. Hingga dia tak sadar bunga yang akan digunakan juga ikut terpotong.

Gian yang melihatnya langsung menghampirinya dan menyentil punggung tangan gadis itu dan membuatnya tersadar sambil meringis.

"Apaan sih bang" protesnya kesal sembari mengusap punggung tangannya.

"Tuh liat. Apa yang lo potong"

Dara menunduk dan melihat beberapa potongan kelopak bunga sudah bertebaran diatas meja. Dia lalu mengalihkan pandangan lagi pada lelaki itu sambil terkekeh.

Gian menatapnya tajam dan sinis, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Gadis itu meraih ponsel didalam saku celana pendeknya lalu kembali menonaktifkan data applikasi chatnya. Dia berfikir mungkin lelaki itu akan menghubunginya.

Entah kenapa dia melakukannya. Padahal mereka tak punya hubungan apa apa. Namun karena hal tadi, mendadak suasana hatinya menjadi sedikit buruk.