webnovel

Mellow

Dara sibuk melayani pelanggan florist siang itu. Sehingga tak mendengar sejak tadi suara dering ponsel didalam tasnya yang terus berbunyi.

Sementara itu, Jean terus menelepon nya sejak tadi namun tak kunjung dijawab. Dia terus menunggu sampai gadis itu mengangkatnya dengan cemas.

Satu jam kemudian setelah selesai kelas siang, jeanny bergegas mengendarai mobilnya meninggalkan area kampus.

Setibanya didepan florist, jeanny segera turun dan masuk kedalam sana. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan didalam toko itu. Namun tak menemukan gadis itu disana. Dia lalu menghampiri gian yang sedang melayani seorang pelanggan.

"Bang dara kemana ya?" tanyanya.

"Oh barusan keluar, katanya ada urusan" jawab gian.

Jean keluar lagi dan kembali menghubungi gadis itu terus sambil mondar mandir didepan mobilnya.

Mobil dean berhenti tak jauh dari florist. Mereka yang berada didalam memandang heran pada seorang gadis didepan sana.

"Tu orang ngapain disitu?" tanya dean dalam hati.

"Ini sebenernya kita mau kemana sih?" tanya karel.

Dean tak menggubris pertanyaan lelaki disampingnya itu.

Tak lama, dara datang. Baru saja dia turun dari taksi, lengannya langsung diraih oleh jeanny.

"Duh ra lo kemana aja sih ga angkat telepon gue?" tanya jean agak kesal.

"Kenapa sih lo? Heboh banget" sewot dara yang hendak melangkah masuk ke florist.

"Eh jangan masuk dulu. Gawat nih"

Dara menghentikan langkahnya dan menatap jean keheranan.

"Jave kecelakaan ra.."

Ucapan jeanny membuatnya tercekat dan mematung sejenak.

"Lo gak becanda kan?" tanyanya serius.

"Yaelah ngapain gue bohong sih"

"Yaudah ayo ikut gue ke rumah sakit" jean menyuruhnya bergegas.

Dara buru buru masuk kedalam florist dan berpamitan pada gian, lalu keluar kembali masuk kedalam mobil jeanny.

Mobil merah itu pun perlahan melesat pergi dari tempat itu. Saat itu juga, dean menarik tuas rem nya dan mengikuti kemana mereka pergi. Membuat lelaki disampingnya semakin kebingungan.

"Lah kok lo ngikutin si jeanny?" tanya karel.

"Gue gak ngikutin dia, gue ngikutin cewek yang lagi sama dia" jelas dean yang fokus menyetir.

Dahi karel semakin mengerut. Bertubi tubi pertanyaan menumpuk dalam pikirannya. Dia tak mengerti untuk apa lelaki itu mengikuti gadis yang bersama jeanny?

Tak lama kemudian, mobil jeanny berhenti didepan sebuah rumah sakit yang tampak seperti tak asing baginya.

Dara baru ingat. Rumah sakit ini, tempat jave membawanya untuk diperiksa. Seketika jantungnya berdegup cepat.

"Jean, lo sama jave gak jebak gue kan?" tanyanya curiga.

Jeanny mengernyitkan keningnya. Tak mengerti maksud ucapan sahabatnya itu.

"Maksud lo? Gak lah. Serius gue nih kalo lo gak percaya liat chat dari rama" ucapnya sembari menunjukkan sejenak room chat nya bersama salah satu teman jave yang tadi memeberinya kabar tentang keadaan lelaki itu.

Keduanya pun bergegas turun dan berjalan cepat masuk kedalam rumah sakit itu.

Sementara mobil dean yang baru saja tiba berhenti tak jauh di belakang mobil jean. Keduanya kembali dibuat bingung. Terlebih karel, yang sejak tadi tak tau apa apa.

"Hah? Rumah sakit?" batin dean bertanya tanya.

"Lah? Siapa yang sakit? Sumpah makin kaya orang bego gue plonga plongo aja dari tadi" oceh karel.

"Lo tunggu sini. Gue mau ngecek didalem"

Dean keluar dari dalam mobil dan mengikuti kedua gadis itu yang langkahnya belum terlalu jauh.

Mereka berhenti didepan sebuah ruangan UGD. Disana sudah ada beberapa teman jave termasuk rama, yang tadi mengirim pesan pada jeanny.

"Eh jave gimana?" tanya jeanny cemas.

Tak ada satupun yang menjawab. Pandangan ketiga lelaki yang berdiri dihadapan mereka itu serempak memandang gadis yang datang bersama jeanny.

"Heh mata lo. Gue nanya nih" Jean menepuk sekuat tenaga lengan rama membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Buset tenaga lo jean. Cewek dikit kek" gerutu rama sambil mengusap usap lengannya.

"Tenang aja jean, udah ditangani sama dokter. Kita tunggu aja" jawab fano.

Dean yang mengintip dari balik tembok hanya mendengar percakapan mereka dari jarak agak jauh. Dia lalu pergi dari sana dan kembali masuk ke mobilnya.

[KANTIN RS]

"Gue ngerasa bersalah jean" ucap dara sembari mengaduk ice tea nya.

Kini mereka duduk disana menunggu kabar dari dokter yang memeriksa lelaki itu.

"Kenapa ra?" tanya jean.

"Kemaren gue berantem sama jave" ucap dara lesu.

"Bukan salah lo kali ra, gue juga ga bakal ngebela orang yang salah walaupun dia sepupu gue" jelas jean.

Dara mengerti dengan perkataan temannya itu. Dia pasti sudah mengetahui jika dirinya sedang marah pada jave.

Namun kata kata jean barusan tak membuatnya lega. Tentu saja dia masih merasa kecewa dengan perbuatan lelaki itu, namun jika keadaannya begini malah membuatnya merasa bersalah.

"Emang lo marah kenapa sama jave?" tanya jean sembari memasukkan gorengan kedalam mulutnya.

Dara hanya diam menunduk pada segelas ice tea yang masih dia aduk dan belum dia minum setetes pun.

Jean mengerti dan tak memaksa jika gadis dihadapannya itu memilih bungkam.

Disepanjang jalan, karel tetap tak mendapat jawaban apapun karena dean sejak tadi hanya diam dan fokus menyetir melihat dengan pandangan lurus kedepan. Dia lebih penasaran siapa gadis yang dimaksud lelaki itu. Dia tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena tertutup oleh jean.

Namun perlahan dia mulai mencerna semuanya satu persatu. Saat pertama kali dean mengajaknya ke cafe dan pandangannya selalu mengarah keluar jendela.

Ya. Kini karel paham. Kemana arah pandang lelaki itu. Dan jawaban atas sikapnya yang tampak aneh belakangan ini.

Sedangkan dean, hanya memikirkan hal yang dia lihat tadi. Dia melihat dengan jelas, wajah gadis itu tampak sangat cemas begitu mendengar kabar jave kecelakaan.

Apakah sebegitu pedulinya dia pada lelaki itu? Apa hubungan mereka sebenarnya? Jika tak pacaran, mengapa gadis itu begitu cemas padanya?

Saat mengantar karel pulang, dean mengeluarkan tiga lembar uang ratusan dan memberikannya pada lelaki itu sesuai perkataannya tadi. Namun karel menolaknya.

Dia lebih simpati melihat raut wajah temannya itu saat ini seperti orang yang sedang patah hati. Sepertinya saat ini dia mulai mengerti jika temannya itu sedang menyukai seseorang.

Begitu tiba dirumah, dean langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Hari ini entah mengapa dia merasa sangat kelelahan. Suasana hatinya yang tadi senang karena akan menemui dara, mendadak berubah mellow.

Dia terus mengingat wajah cemas gadis itu. Menbuatnya hawa didalam dadanya mendadak panas. Semua pertanyaan dan terkaan negatif kini bersarang dalam pikirannya.

Apa gadis itu akan bersikap sama jika posisinya sama seperti jave? Atau sebenarnya lelaki itu orang yang dia anggap spesial?