webnovel

Bingung

Dean duduk dibalkon kamarnya. Ponselnya berdering diatas meja belajar. Dia melangkah masuk dan melihat siapa yang meneleponnya.

Dara. Gadis itu meneleponnya kembali. Namun dia tak mengangkatnya. Lelaki itu justru melangkah lagi ke balkon membiarkan ponselnya itu terus berbunyi.

Untunglah dinding kamarnya itu kedap suara. Kalau tidak pasti suara nyaring dering ponselnya itu sudah terdengar sampai keluar. Entah adiknya atau ibunya pasti akan mengomel karena tak kunjung diangkat.

Dean menatap langit malam yang dipenuhi ribuan bintang serta satu bulan yang bersinar cukup terang hingga sedikit cahayanya menembus masuk kedalam pintu balkon kamarnya yang terbuka. Pikirannya masih gamang mengingat hal tadi sore.

Apa gadis itu kekasih jave? Apa sebaiknya dia berhenti mendekatinya? Itulah yang berkecamuk dalam pikiran dan batinnya saat ini.

Dia mungkin bisa saja berhenti karena ini belum terlalu jauh. Tapi ada perasaan ragu dan tak rela jika gadis itu dekat dengan jave. Dia kenal siapa lelaki itu.

Jave sangat terkenal dikampusnya sebagai playboy. Berbeda dengan dirinya, lelaki itu tak pernah membatasi dirinya dengan cewek di kampus, siapapun saja yang ingin menempel padanya. Walaupun beberapa bulan ini dia jarang melihat lelaki itu bersama cewek lagi dikampus selain sepupunya, jeanny.

Dia bertanya tanya dalam hatinya. Apa mungkin dara salah satu target yang ingin jave jadikan pacarnya yang entah keberapa? Bahkan jika benar seperti itu, dia tak akan segan menghajarnya jika terbukti lelaki itu hanya ingin mempermainkan gadis yang disukainya.

Dara berdecak kesal karena dean lagi lagi tak menjawab teleponnya. Dengan terpaksa dia kembali menyalakan data ponselnya. Dan benar saja, selama dia menonaktifkannya, ada banyak pesan masuk. Terutama dari jave.

Dia terus membiarkan notifikasi itu bermunculan satu persatu dan terus menggulir layar ponselnya. Namun, jarinya berhenti menggulir saat melihat satu notifikasi dari dean.

Sudah hampir seminggu dara menonaktifkan data ponselnya. Semejak kejadian malam itu saat dia tiba tiba memeluk tubuh lelaki itu.

Dan kemudian dia berfikir. Apa karna itu dean tak menjawab panggilannya?

Dia menggigit bibir bawahnya sambil memukul pelan kepalanya. Merutuki hal konyol yang dia lakukan pada lelaki yang bahkan belum terlalu lama dia kenal itu.

"Dasar bodoh. Kenapa gue harus kaya gitu sih kemaren" umpatnya.

Gadis itu memutuskan untuk tak menghubungi dean lagi. Dia merasa malu. Entah harus berekasi apa jika nanti dia bertemu dengan lelaki itu.

Dara menyimpan file desain yang sudah selesai dibuatnya milik teman dean. Dia akan membiarkan sampai lelaki itu sendiri yang akan menghubunginya nanti, menanyakan soal ini.

"Hufffttt" Dara menghela nafas lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Terlintas ingatan saat dia bersama jave tadi.

"Apa gue berlebihan ya?" pikirnya.

Tak lama kemudian gadis itu sudah tertidur lelap.

[ Kampus ]

Siang itu, dean tampak mondar mandir didepan teman temannya yang duduk dan melihatnya kebingungan.

"Lu kenapa sih? Pusing gue liatnya" celetuk aryo.

"Mikirin cewek lu ye" sahut bimo, temannya yang lain.

Karel hanya diam sibuk mengotak atik laptopnya mengerjakan tugas. Dia yang biasanya paling riuh sejak tadi belum mengeluarkan suara apapun.

Dean tak menggubris candaan mereka. Dia lalu berhenti dan mengeluarkan ponsel miliknya dari dalan saku celananya.

Dia ingin melihat apakah dara masih menghubunginya lagi atau tidak. Lalu membuka room chatnya dengan gadis itu. Pesan yang dikirimnya beberapa hari lalu sudah berstatus centang dua bahkan sudah dibaca, namun gadis itu tak membalasnya.

"Argghhh" dean mengacak rambutnya frustasi. membuat teman temannya semakin heran dibuatnya.

"Temen lo kenapa rel?" tanya aryo.

"Biarin aja, ntar juga sembuh sendiri"

Jawaban karel yang asal itu berhasil mengundang gelak tawa teman temannya yang lain yang sejak tadi hanya garuk garuk kepala melihat tingkah dean.

Sedangkan yang baru saja berbicara masih fokus berkutat dengan laptop dipangkuannya.

Dan benar saja, tak lama setelah karel berbicara seperti itu dean tiba tiba duduk. Dia memejamkan mata sambil berfikir. Sedangkan yang lain kembali bergurau sibuk menertawakan sesuatu.

Tiba tiba dean membuka matanya kembali dan berdiri lagi.

"Rel ikut gue" perintah dean.

"Gue masih banyak tugas bego" jawab karel kesal.

"300"

Hanya dengan menyebutkan nominal uang membuat karel langsung menutup layar laptopnya dan berdiri sambil tersenyum lebar kearahnya.

"Mau kemana yang mulia Kazian Deandra?"

Dean memutar bola matanya malas sembari menghela nafas. Dia berjalan cepat meninggalkan teman temannya disusul karel yang membuat mereka kembali memandang heran pada keduanya.

Kini keduanya sudah tiba di parkiran. Namun mereka tak sadar sejak tadi diperhatikan oleh mella yang penasaran. Andai saja mobilnya sudah selesai diperbaiki dibengkel dia pasti akan mengikuti kedua lelaki itu diam diam.

Mella kembali melanjutkan langkahnya menuju kekantin. Saat tiba di pintu masuk dia berpapasan dengan jave yang akan melangkah keluar.

Gadis itu memutar bolanya malas dan membuang wajahnya kearah lain sambil terus melangkah masuk. Jave yang melihat tingkahnya hanya mengangkat satu sudut bibirnya.

Sebelum mengejar dean, keduanya pernah dekat. Bahkan hampir jadian, namun ternyata jave memilih mendekati gadis lain. Dan mella hingga kini belum tau siapa perempuan itu.

Sejak itu, mella membenci lelaki itu. Bahkan melihatnya saja sudah membuat suasana hatinya menjadi buruk. Namun dia tak benar benar menyukainya, dia sengaja mendekati jave hanya untuk menjadi semakin populer dikampus.

Mella tak mempunyai banyak teman dikampus. Karena sikap angkuhnya, banyak orang yang enggan dekat dengannya.

Gadis itu merasa semua orang dikampus harus mengakuinya sebagai the only one cewek paling cantik dan populer disana. Tadinya dia berteman dengan jeanny, tapi karna suatu hal membuat hubungan mereka kini menjadi renggang bahkan tak lagi hanya sekedar bertegur sapa.

Setiap berpapasan keduanya saling membuang wajah mereka kearah lain atau saling melemparkan tatapan sinis.

Bahkan setiap melihatnya, membuat jeanny ingin terus mengumpat pada gadis itu. Dia lebih memilih selamanya bersahabat dengan dara, walaupun dia gadis yang dingin dan ketus.

Baginya memiliki satu teman seperti dara lebih baik daripada seribu orang seperti mella.

Di parkiran, kedua lelaki itu masih belum masuk kedalam mobil.

"Mau kemana kita?" Tanya karel.

"Deluxe" jawab dean singkat

Jawaban dean membuat mata karel seketika berbinar binar. Tentu saja dia suka diajak kesana. Makanan disana enak enak dan juga pastinya dia akan ditraktir oleh lelaki itu.

Saat dean membuka pintu mobil,

"Apakah mau saya setirin juga yang mulia?" tanya karel yang masih tersenyum manis.

"Stop rel! Gue merinding" Jawab dean sinis.

Karel hanya terkekeh dan mengikutinya masuk kedalam mobil. Lalu dean bergegas mengendarainya keluar dari halaman kampus.