webnovel

DANGER!

Kim Hongjong hanyalah manusia biasa yang dipertemukan dengan Park Seonghwa. Seonghwa adalah arwah yang berkeliaran disekolahan Hongjong. Disanalah mereka bertemu. Dan dimulai dari sanalah kisah mereka dimulai.

syffya · Horror
Sin suficientes valoraciones
4 Chs

eps.2 (ternyata)

Bell pulang sekolah sudah berbunyi.

Aku berjalan di koridor sendirian. Mingi pergi ke kelas Wooyoung. Yunho masih ada urusan dengan guru untuk mewakili sekolah olimpiade matematika.

Ah iya aku teringat, aku menyimpan buku catatan Yunho kemarin diloker. Aku berjalan kearah loker. Untuk sampai diloker aku harus melewati toilet.

Aku kira toilet disini kosong karena jarang digunakan, ternyata ada seseorang. Jujur saja aku tak peduli, tapi ucapan orang itu membuat ku ingin mendengarkan nya. Aku mendekatkan telingaku ke pintu toilet.

"Apa semuanya akan terus seperti ini?....

Sungguh aku merindukanmu Park....

Kau kakak ku yang terbaik....

Kenapa kau harus pergi?"

Kata seseorang yang ada didalam. Aku bisa mendengar isakan dari dalam sana. Apakah orang itu menangis? pikirku.

"Park? Park Seonghwa?" monolog ku.

"Aishh ingat Hong, seseorang yang menggunakan marga Park itu sangat banyak." lanjutku.

Aku masih setia dalam posisi seperti orang yang ingin mencuri saja. Dan apa ini, bahkan aku tak sadar akan pintu yang sudah terbuka. Aku hanya bisa menahan malu.

"Apa yang kau lakukan?" baiklah aku mengenal suara ini.

"Sorry, tadi kaya ada orang nangis." bohongku.

"Bohong." kata Yeosang.

"Hmmm baiklah, iya aku menguping mu." kataku.

Yeosang tidak merespon. Aku pikir dia marah. Tapi itu wajar sih, aku juga tidak sopan mendengarkan nya.

"Yeosang..." panggilku. Yeosang tidak merespon sama sekali dia terus berjalan. Jujur aku tak suka jika diabaikan seperti ini.

Tapi aku maklumi karena sifat nya yang memang seperti itu. Aku berjalan menjejerkan diriku pada Yeosang.

"Apa Park yang tadi kau maksud itu Park Seonghwa?" tanya ku dengan tak sadar mungkin itu membuatnya tersinggung.

Ku kira dia tak akan peduli. Dan lihatlah dia berhenti lalu melihat kearah ku.

"Apa maksudmu." katanya.

"Aku hanya bertanya." kataku.

"Ck, kau tau dari mana nama Park Seonghwa?" tanya Yeosang.

"A-aku, aku hanya menebak saja." jawabku asal.

"Kim Hongjong, kau ingin berbohong lagi?"

"T-tidak."

Satu detik kemudian Yeosang langsung menarik kerah seragam ku. "Beritahu aku dari mana kau tau nama itu." katanya.

Siapapun tolong aku. Aku tak pandai berkelahi. Hanya ada satu cara untuk menghindar.

Aku menganggukan kepalaku.

.

.

.

Berakhir lah aku dengan Yeosang berada dikantin sekolah. Suasana disini sangat sepi. Huh aku benci ini. Rasa canggung muncul tiba-tiba itu karena aku tak terlalu kenal dengan Yeosang.

Yeosang terus melihat kearah ku dengan tatapan dinginnya. Aku memalingkan wajah ku. Sungguh ini seperti detik-detik aku akan pergi dari dunia.

"Jadi, apa penjelasan mu tentang tadi?" kata Yeosang.

"Sudah ku bilang aku hanya menebak." kataku; berusaha untuk menghilangkan rasa canggung.

"Kau itu bohong." katanya.

"Tidak." bela ku.

"Buktikan." katanya.

Eh, tunggu apa? Buktikan?

Bukti apa. Apa Yeosang sudah tidak waras?. Apa coba bukti yang dia maksud.

"Maksudku buktikan bahwa kau pernah bertemu dengan Seonghwa hyung." kata Yeosang tiba-tiba. Dia tau saja pikiran ku.

Tapi, apa katanya tadi? buktikan bahwa aku pernah bertemu Seonghwa?. Dan dia memanggil Seonghwa dengan sebutan hyung?. Oh, apa dia cenayang.

"Apa maksudmu?" kataku.

"Aku tau kau pernah bertemu dengan Seonghwa hyung kan." kata Yeosang.

Aku hanya memasang raut wajah bingung. Apa yang harusku jawab. Mungkin saja dia mengetahui semuanya. Bahkan kehidupan ku.

Oh aku sudah muak dengan Yeosang. "Kau itu siapa nya Seonghwa ha?" tanyaku.

Bisa ku lihat Yeosang hanya tersenyum miring. "Benarkan kataku kau tau tentang Seonghwa hyung." katanya.

Aku hanya memasang wajah sedatar mungkin. "Lalu? apa urusanmu Kang?" ucapku; sambil memiringkan kepalaku.

"Tak ada." kata Yeosang lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar kantin. Sebelum pergi terlalu jauh Yeosang berbalik lalu berkata. "Katakan padanya jika kau bertemu dengannya lagi...." ucap Yeosang. Dia mengantungkan ucapnya itu.

"Aku, aku minta maaf." sudah. setelahnya dia langsung pergi.

"Maaf? dia kenapa sih?" monolog ku.

.

.

.

Aku sudah berada didepan rumah sekarang. Segara aku mengunci motor lalu masuk kedalam. Ini sudah sore jadi aku langsung mandi dan makan.

Selesai makan aku berjalan ke kamar. Aku membuka pintu kamar.

Seonghwa, itulah yang ku lihat pertama. Dia sedang melihat kearah luar jendela. Kaget? sangat, aku sangat kaget. Tapi aku berusaha untuk biasa saja. Toh kedepannya aku akan selalu diikuti olehnya.

"Apa yang kau lakukan?" kataku sambil menutup pintu.

Seonghwa berbalik. "Ah tidak, rumahmu sangat nyaman Kim." katanya.

Inilah yang aneh. Disaat semua orang memanggil ku dengan sebutan 'Hong'. Sedangkan Seonghwa? dia masih memanggilku dengan sebutan 'Kim', sama seperti Yeosang.

Tunggu, aku jadi ingat tentang Yeosang saat berada dikantin tadi. Apa perlu ku sampaikan kepada Seonghwa?.

"Kau kenapa?" kata Seonghwa membuatku terkejut.

"Tidak apa-apa kok." jawabku; langsung berjalan kearah meja belajar dan menata jadwal.

"Oh? kulikurum kita sama Kim." kata Seonghwa.

Aku hanya meliriknya. Kulikurum sama, lalu apa urusannya denganku. Aku hanya mengangkat bahu.

"Kau suka kimia?" tanya Seonghwa.

"Tidak, jika nyaman aku akan menyukainya dan sebaliknya." jawabku.

Seonghwa hanya menganggukkan kepalanya. "Kau tau aku juga suka kimia, apa gurunya masih Bu Suzy?" katanya.

"Iya." jawabku.

Seonghwa masih setia melihat buku-buku ku. Apa hantu ingin belajar juga ya?.

"Kau kenapa melihat buku ku terus?" tanyaku.

"Ah, tidak kok aku hanya merindukan suasana sekolah saja." katanya.

Sekarang bergantian, aku hanya menganggukkan kepalaku. Aku berjalan kearah kasur dan duduk disana. Entah setan apa yang membuatku menepuk sisi disebelah ku, agar Seonghwa datang dan duduk disana.

Mungkin Seonghwa mengetahui maksudku. Jadi dia langsung duduk disebelah ku.

"Apa kau ingin bersekolah?" tanyaku. Seonghwa hanya diam saja.

Mungkin saja dia berfikir bahwa aku gila karena bertanya seperti itu. Tapi jujur aku tak bermaksud untuk menyinggung nya.

"Kau tau kan jika aku ini hanyalah arwah." katanya.

"Iya, aku tau, tapi jika kau ingin kau bisa kan datang kesekolahan kapan saja? Kau kan hantu." ucapku.

"Oh? Iya juga ya, padahal tadi aku juga datang ke sekolahan." katanya.

"Oh! Lalu apa maksudmu berada dibawah meja ku tadi?!" teriakku.

"Hehehe maaf, aku hanya memberi tahu mu kalau nilaimu jelek." katanya.

Sudah jadi arwah, sekarang mau jadi cenayang. Tapi benar juga yang dia bicarakan.

Omong-omong aku jadi ingat soal Yeosang. Apa perlu ku tanyakan langsung atau tidak.

"Hwa, apa kau memiliki adik?" tanyaku. Baiklah mungkin ini penting jadi aku bertanya untuk basa-basi dulu.

Seonghwa mengerutkan keningnya. "Adik?" dia tampak berfikir.

Aku terus menatapnya. Dan apa ini, pikiranku berkata bahwa dia itu sesuatu yang cantik.

Tiba-tiba Seonghwa berseru membuatku tersadar. "Oh! Ada-ada, tapi bukan adik kandung." katanya.

"Ha?, Orang tua mu mengangkatnya dari panti asuhan?" tanyaku.

"Bukan-bukan seperti itu." kata Seonghwa.

"Lalu?"

"Jadi mamahku sudah tidak ada saat aku berumur 6 tahunan mungkin? aku lupa....

Lalu saat usiaku beranjak 10 tahun, ayah memperkenalkan ku pada tante Yira, dia juga sudah memiliki anak mungkin sekarang sudah kelas 11...

Dan setelahnya mereka menikah, tante Yira sangat baik padaku. Tapi anaknya itu mungkin kurang suka...

Aku tak pernah berbicara padanya..

Tapi entah karena apa aku jadi dekat dengannya, dia adik terbaikku dan aku kakak terbaiknya." jelas Seonghwa.

Seonghwa tidak menangis?

Aku hanya menganggukkan kepalaku. "Lalu kenapa kau bisa meninggal?"

"Aku menyelamatkan adikku dari kecelakaan." ujarnya. "Tak apa aku seperti ini, asalkan dia selamat." lanjutnya.

Seonghwa masih belum menangis.

Aku jadi penasaran apakah hantu tidak bisa menangis. Padahal jika mendengarkan cerita Seonghwa itu sangatlah sedih.

"Hmmm, kecelakaan apa jika bolehku tau?"

Anggap saja disini aku sebagai orang yang sangat kepo.

"Saat mendaki gunung, dia tak sengaja menginjak pinggiran tebing lalu aku menariknya dengan sepontan juga aku melepaskan tanganku darinya. Jadi aku yang jatuh." kata Seonghwa.

"Kenapa kau tidak menangis?!" protes ku. Mungkin benar hantu tidak bisa menangis.

"Eh? Untuk apa menangis?" tanya nya.

"Untuk apa, untuk apa. Ya untuk kisahmu lah!" kata ku.

"Hahaha memang kisah ku kenapa?" tanya Seonghwa.

"Kau kan belum dekat dengan adikmu itu, tapi setelah dekat kau malah meninggal." kata ku.

Seonghwa hanya tersenyum. "Karena aku ingin memiliki seorang adik dan karena aku menyayanginya." kata Seonghwa.

"Tapi percuma untuk adikmu, dia jadi tak memiliki kakak kan?" kataku.

Seonghwa menundukkan kepalanya.

"Iya, tapi aku masih memantau nya saat dirumah, aku tak tahu dia bersekolah dimana." kata Seonghwa. "Dan kau tau Kim, ibunya sudah meninggal gara-gara dia frustasi saat tim SAR tidak menemukan ku."

Ini lebih sedih dari yang ku kira.

"Cukup! Cukup! Jangan ceritakan lagi kisah konyolmu itu!" kata ku sambil menutup telinga.

"HONG! KAU KENAPA?!" teriak mamah. Aku melirik ke jam tanganku, baiklah ini sudah jam 7. Mamah sudah pulang kerja. "Tidak apa-apa kok mah!" jawabku.

"Jika ada apa-apa bilang ya!!" kata mamah.

"Iya!"

Aku melihat lagi ke Seonghwa.

"Apa adik mu marganya sama denganmu?" tanyaku.

"Tidak, saat tante Yira menikah dengan ayah. Dia tetap memakai marganya. Kang."

Kang? Kang Yeosang?

"Kang Y-yeosang?"